Suhu dingin yang menembus pori, bau anyir yang menyengat, sakit kepala yang menusuk, membuat kesadaran Cesya perlahan-lahan menghilang. Tubuh mungil nya sudah tidak bisa menahan semua ini.
grep.
Tubuh kecilnya hilang keseimbangan dan akhirnya jatuh kedalam pelukan Kai. Warna merah yang perlahan-lahan memudar menggantikan iris mata berwarna cokelat tengah menatap sendu pucuk kepala gadis kesayangannya. Lengan kekarnya melingkar sempurna pada tubuh Cesya. Memeluk begitu erat gadis didekapannya. Sekarang terdapat sedikit penyesalan pada pikiran Kai. Penyesalan karena tidak membunuh Dare dan Lusy lebih cepat.
Merasa kasian dengan gadisnya, Kai pun menggendong Cesya ala bridal style, lalu berjalan pergi meninggalkan gedung tua itu bersama mayat yang telah dia bunuh.
Setelah keluar dr bangunan tua itu, kaki jenjangnya menapak menyusuri jalanan yang di sinari cahaya bulan purnama. Perlahan-lahan pantulan bayangan telinga dan ekor serigala yang terlihat ditanah mulai menyusut.
Sinar redup namun indah yang menyinari kedua insan itu membuat mereka terlihat seperti peran utama dalam sebuah novel fiksi. Pria tampan bak ukiran, psikopat, dingin namun hangat pada kesayangannya, dan sangat obsesi pada miliknya. Dengan gadis mungil dipelukannya, sifat penyayang, tulus, dan baik, itu lah yang membuat Kai terobsesi memiliki nya.
***
Menggosok tanganya diwastafel dengan busa sabun yang sudah memenuhi seluruh telapak tangannya. Menyalakan kran, lalu membasuh setiap sela jari nya agar noda darah yang menempel dikulit hilang sempurna. Menurunkan wajah mendekati wastafel lalu membersihkan bercak darah yang menempel dikulit putihnya dengan mengusap menggunakan telapak tangannya. Selesai, Kai menarik kembali wajahnya menjauh dr wastafel, lalu menghadap cermin. Terlihat dipantulan cermin bibir tebalnya terangkat sebelah, dg sorot mata penuh kepuasan terpancar dr mata tajamnya.
Berdiri tegap, lalu memutar kakinya. Melangkahkan kaki menuju kamar gadis miliknya.
***
Berdiri disamping ranjang dengan motif mawar merah yang diatasnya terdapat gadis berwajah pucat, dengan rambut yang berantakan, baju yang terkena darah, serta bagian atas baju yang sedikit terbuka. Menyeringai memandang gadis miliknya yang masih belum sadarkan diri. Merendahkan tubuh dengan tangan yang mulai mendekati kemeja crop berlengan pendek berwarna caramel dengan satu kancing bagian atasnya yang sudah terlepas. Dengan hati-hati jemari Kai melepas kancing baju Cesya. Setelah melepas 1 kancing wajah bak ukiran itu menatap penuh napsu bagian atas tubuh Cesya. Menghentikan aktifitasnya, lalu Kai mengangkat tubuh kecil Cesya menuju kamar mandi.
***
Mengerutkan dahi, perlahan-lahan kelopak matanya terbuka. Mengerjapkan beberapa kali sampai pandangan matanya terlihat jelas. Melolot melihat wajah Kai yang begitu dekat dg wajahnya. Terlihat jelas kulit putih tak berpori, hidung mancung, bulu mata yang lentik dan panjang, serta bibir tebal tertutup rapi. Jika menyebut Kai adalah ukiran mungkin semua orang akan percaya.
Menggeser tubuhnya agar membuat jarak dari Kai. Setelah merasa cukup jauh, tubuh kecilnya bangun. Memegangi kepalanya dengan kedua tangan, namun yang sampai hanya satu tangan. Tangan kirinya terhalang sesuatu, dan akhirnya tidak bisa memegang bagian kiri kepalanya. Merasa ada sesuatu yang mengganjal pada tangannya, sontak Cesya menoleh kesamping. Melebarkan mata melihat pergelangan tangan kirinya terdapat pita berwarna merah melingkar cantik disana. Mengikuti ujung pita yang lain, untuk yang kedua kali Cesya melebarkan mata melihat pita berwarna merah itu terkait pada pergelangan tangan kanan Kai. Kembali menatap pergelangan tangan nya, lagi-lagi mata cantiknya dibuat kaget oleh pemandangan lengan baju panjang yang membungkus kulit putihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak, Kau Milikku
Romance"Mereka bertindak seolah-olah tau segalanya tentang diriku, dan itu sangat menjijikan" -Kai Erson - "Tidak perlu memaksa, krna hati yang tulus akan selalu ada walau kau telah pergi" -Cesya Narenda . . . Klo penasaran baca aja ya Beberapa Bab S1 udh...