10. Almost is never enough

63 14 3
                                    


Sejak Yurika ikut tidur di Ruang TV, Lisya, Aura, dan Yunita sepakat untuk mengamati gerak geriknya. Mereka bertiga yakin bahwa ada sesuatu yang menyebabkan Magadir terpecah belah menjadi dua. Mereka bertiga juga yakin bahwa penyebabnya berkaitan dengan kejadian mistis yang terjadi di Villa.

Berbeda dengan ketiga temannya, Dini memilih untuk tidak bergabung dan melakukan hal lain. Ia tidak mau terpancing emosi setiap kali melihat Yurika. Apalagi Yurika masih saja mencoba untuk menggoda Bangkit. Ia lebih memilih mencaritahu dengan melakukan hal lain, tanpa perlu terlibat dengan Yurika. Pagi ini ia hanya duduk di ayunan sambil menatap ke depan, pikirannya penuh dengan apa yang harus mereka lakukan untuk mencaritahu dan mengatasi semua ini.

"Mabar lah yuk!"

"Astagfirullah... Ngagetin aja lo!"

Dini refleks mengusap dadanya dan langsung memukul punggung Puja yang telah mengagetkannya.

Puja hanya terkekeh pelan sambil memerhatikan gadis yang duduk di sampingnya. Matanya tertuju ke depan, seperti sedang memikirkan sesuatu dan tidak menghiraukan kehadirannya.

"Lo ngapain sendirian di ayunan?" tanya Puja.

"Gapapa," jawab Dini sambil terus melihat ke depan.

"Pasti ada apa-apanya nih. Ngomong aja sama gue," balas Puja. Karena perempuan kalo lagi ada masalah selalu bilang 'Gapapa', dan ia yakin pasti ada sesuatu yang sedang disembunyikan.

Helaan nafas terdengar dari mulut Dini, ia kemudian menoleh dan menatap Puja yang sedang menatapnya.

"Gimana ya, gue ngerasa bingung sama semua yang udah kita alami di sini, Ja. Kayak ini tuh sebenernya apa sih? Kenapa bisa kayak gini?"

"Semua kejadian horor?" tanya Puja.

Dini mengangguk mengiyakan. Sedari tadi ia hanya memikirkan apa yang menjadi penyebab dari semua yang telah terjadi pada mereka.

"Gue juga bingung, Din. Kenapa cuma gue yang ditampakin paling horor? Udah liat lo ngomong sendiri di bawah pohon rambutan, ketemu setan yang nyerupain cewek gue pula. Terus sekarang Aura malah menghindar terus dari gue, gue harus gimana?" ujar Puja, dari nada bicaranya terdengar frustasi dan kesal.

"Iya yaa. Dari kita keluar dari penginapan, hubungan lo sama Aura jadi renggang," balas Dini. Ia memutar kembali memorinya tentang Aura dan Puja yang mulai merenggang sejak keluar dari Penginapan gaib dan makin renggang setelah sampai di Villa. Entah apa penyebabnya.

"Nah, awalnya adem ayem aja, kan? Gue juga bingung. Salah gue dimana?" ujar Puja. Ia kemudian tertunduk lesu, meratapi nasibnya yang menyedihkan.

"Lo selingkuh kali!" tuduh Dini.

"HEH! Sembarangan lo, ya! Gini gini juga gue setia!" protes Puja, tak terima dituduh oleh Dini.

"Halah... Lo aja masih suka deket-deket sama gue. Kenapa? Belom move on dari gue?" balas Dini, menantang Puja.

Puja hanya diam dengan tatapan mata yang cukup tajam. Ia merasa harga dirinya sudah hilang di depan Dini. Bahkan sekarang gadis di depannya sedang tersenyum mengejeknya.

"Rese lo!"

"Loh kenapa? gamon? Jadian aja gak pernah, hahaha," cibir Dini, kemudian tertawa setelahnya.

Lagi-lagi Puja hanya bisa diam sambil menahan malu sekaligus menahan emosi. Ucapan Dini tidak bisa ia bantah dan memang benar adanya, meskipun sekarang tidak seperti itu. Dulu ia memang pernah memiliki perasaan lebih pada Dini, namun hal itu tidak pernah terealisasikan dengan baik karena satu dan lain hal.

Journey to The West East North SouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang