9. Kamar

68 13 3
                                    




"Tidur bareng sama kalian tuh bener-bener random, gila banget," ujar Dini, membuka obrolan.

Hari sudah berganti dari malam menjadi pagi. Kini mereka berdelapan sedang berada di luar Villa, duduk melingkar di bawah pohon rambutan sambil memakan cemilan. Mereka semua udah mandi, udah wangi, cantik dan ganteng. Berbeda dengan kondisi mereka semalam yang awut-awutan dan rasa takut tingkat tinggi.

"Ada perang kentut segala lagi," balas Bangkit.

Seketika Dini dan Bangkit tertawa cekikikan. Berbanding terbalik dengan yang lainnya yang terlihat bingung sekaligus malu. Malu karena mungkin saja mereka yang dibicarakan oleh Dini dan Bangkit.

"Lisya nih yang paling lucu," ucap Bangkit sambil menunjuk Lisya.

"Hah? Kok gue? Emang gue ngapain?" tanya Lisya, kaget karena tiba-tiba menjadi bahan obrolan. Seketika firasatnya memburuk, pasti hal aneh berbau aib yang akan dibongkar oleh Bangkit dan Dini.

"Lo tiba-tiba duduk anjir, terus bilang gini 'kalian aku pengen kentut' dan beneran kentut dong sambil miring kanan, miring kiri. Mana suaranya gede banget," jawab Dini sambil memperagakan gaya kentut ala Lisya yang miring kanan dan miring kiri.

Sontak hal itu membuat semua orang yang ada di sana tertawa, kecuali Lisya yang merasa malu karena ia tidak merasa melakukan hal itu. Apalagi melihat Rizky yang juga ikut menertawakannya, hilang sudah image cewek elegan dan angun didepan Rizky.

"Lisya matanya merem?" tanya Eko.

"Iya anjir, mata dia merem. Setelah Lisya tidur lagi, ada perang kentut antara Yunita, Aura, sama Wina," jawab Bangkit.

Bangkit dan Dini saling pandang, kemudian gelak tawa pecah di antara keduanya. Tak hanya mereka berdua, Eko, Puja, dan Rizky juga ikut tertawa. Menertawakan tingkah pacar mereka masing-masing. Emang ada aja kelakuan absurd yang tiba-tiba kebongkar.

"Udah deh. Wajarlah kayak gitu, namanya juga orang lagi tidur!" ucap Aura, bete jadi bahan tertawaan.

"Tenang beb, kamu punya kebiasaan kentut tiap tidur juga aku tetep cinta sama kamu," ucap Puja sambil merangkul Aura yang duduk di sebelahnya.

"Ih apa sih. Jangan pegang pegang deh!" sinis Aura sambil menepis tangan Puja.

Puja hanya diam sambil mengelus dada karena kaget. Entah apa lagi yang terjadi pada pacarnya dan apalagi kesalahan yang tidak sengaja ia lakukan sampai Aura tiba-tiba sinis padanya. Padahal ia sudah bersusah payah melupakan kejadian horor yang ia alami sebelumnya untuk memperbaiki hubungannya.

"Udah gaess urusan rumah tangganya di pending dulu. Kali ini ada yang lebih penting dari kentut," ucap Dini dengan nada serius.

"Apa tuh?" tanya Yunita.

Dini kemudian menyikut Bangkit yang duduk di sampingnya, Bangkit yang mengerti kemudian menunjukkan foto Magadir pada mereka semua. Puja dan Eko hanya terdiam karena mereka sudah tahu, sedangkan yang lainnya bergiliran melihat foto itu.

Kini satu persatu dari mereka yang belum mengetahui foto Magadir yang diambil oleh Bangkit bergiliran melihatnya. Seketika tubuh mereka menegang, kaget karenanya.

"Astagfirullah... Ini kunti merah di polaroid semalem kan?" tanya Lisya.

"Apa lagi ini ya Allah. Kenapa kita tiba-tiba diikutin setan sih?" tanya Aura, ia sudah dalam keadaan capek dan heran dengan rentetan kejadian horor yang mereka alami.

Bayangkan saja jika kalian berada di posisi Aura, kunti merah itu menyerupai dirinya dan membuat Puja ketakutan dan Aura seketika menjadi malas tiap kali melihat wajah pacarnya. Ia tak habis pikir kenapa kejadian buruk selalu menimpanya, bahkan bisa dibilang terparah dari yang lainnya yang sekedar ditampaki oleh hantu. Karena hantu itu menyerupai dirinya.


Journey to The West East North SouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang