"Din! Gue liat lo ngomong sendiri di bawah pohon rambutan!"
Ucapan Puja sukses membuat kaget semua orang, apalagi Dini. Kini semuanya semakin mendekat ke arah mereka berdua. Mereka juga dengan otomatis memisahkan Dini dan Puja agar menjauh.
Dini hanya diam sambil menatap Puja dengan tatapan tak percaya. Ia yakin betul tadi pagi ia berbicara dengan anak kecil bernama Daniel di bawah pohon rambutan. Puja pasti berbohong padanya.
"Lo gak usah becanda sama gue," balas Dini.
"Buat apa gue becanda, Din. Gak ada untungnya buat gue!" balas Puja.
Gak mungkin, gak mungkin ia salah lihat. Daniel tampak begitu jelas di matanya. Sentuhan tangan Daniel juga terasa hangat, tidak mungkin Daniel adalah sosok hantu anak kecil.
"By, kamu liat kan di bawah pohon rambutan tadi ada anak kecil?" tanya Dini pada Bangkit, mencari pembenaran tentang apa yang ia lihat. Ia yakin Bangkit juga melihat Daniel, apalagi saat Bangkit datang, Daniel sedang duduk di sampingnya.
Bangkit hanya diam, tak menjawab apapun. Karena ia tidak melihat anak kecil di bawah pohon rambutan, hanya Dini lah yang ia lihat di sana tadi pagi.
"Noh kan, Bangkit gak liat siapa-siapa," ucap Puja setelah tidak ada jawaban dari Bangkit.
Seketika tubuh Dini lemas, ia tak menyangka jika Daniel ternyata adalah sosok hantu anak kecil. Ia tidak ingin percaya pada Puja. Namun jika Bangkit juga tidak melihat Daniel, maka besar kemungkinan bahwa Daniel adalah hantu.
"Ja, stop. Gak usah bahas itu lagi," ucap Bangkit.
"Iya, gak usah bahas itu dulu. Kita seneng-seneng aja dulu malam ini, jangan ngomongin sesuatu yang aneh," balas Rizky.
"Iya bener. Dini udah bakar daging buat kita, kita makan aja yuk. Lupain dulu masalah yang tadi," ujar Aura.
Mereka bertiga sebisa mungkin mengembalikan suasana agar kembali seperti semula.
Aura meminta Puja duduk di kursi dan memberinya minuman. Berharap pacarnya menjadi lebih tenang. Untungnya Puja menurutinya, meskipun pandangan matanya tak lepas dari Dini dan Bangkit yang ada di hadapannya.
Entah apa yang dipikirkan oleh Puja, Aura juga tidak mengetahuinya. Sekarang, ia hanya ingin semua orang tenang dan menikmati malam yang seharusnya menyenangkan. Bukanlah suasana canggung dan tidak menyenangkan seperti saat ini.
"Woi ini nanas punya siapa? Gosong anjir!" teriak Eko dari arah panggangan.
Awalnya Eko berniat memanggang sosis di panggangan. Namun, ia mengurungkan niatnya setelah melihat nanas gosong di atas panggangan.
Seketika Puja menepuk jidatnya. Ia terlalu fokus pada Dini sampai melupakan nanas yang ia panggang tadi belum diangkat.
"Abisin ya nanasnya, bestie," sindir Dini yang membuat Puja langsung pergi menghampiri nanasnya.
Lisya yang sedari tadi diam dan memperhatikan terkekeh pelan. Semuanya terlihat lucu karena tiba-tiba suasana tegang mencair dengan sendirinya. Hanya karena nanas gosong.
Ia juga bersyukur karena Fhina, Wina, dan Yurika cukup bersahabat malam ini. Tidak mengundang keributan seperti biasanya. Mereka bertiga terlihat tenang dan berbaur bersama meskipun masih terkesan berkubu.
"Liat nih, gosong sampe item terus ukurannya mengecil, udah kayak areng," ucap Eko sambil meletakkan nanas yang dipanggang oleh Puja ke atas meja.
Sudah tidak berbentuk dan malah terlihat seperti bongkahan arang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey to The West East North South
FanfictionKetika liburan dengan tujuan healing tidak sesuai harapan, akankah liburan tersebut menjadi hiiiy-ling?