13. Laras

36 9 0
                                    



"Nathan! Tunggu aku!"

Dini dan Lisya saling pandang, mereka terkejut saat membuka matanya. Pemandangan yang ada di hadapan mereka berubah, bukanlah ruangan bernuansa merah, melainkan halaman rumah dengan dua anak kecil yang sedang bermain di hadapan mereka. Satu anak laki-laki dan satu lagi anak perempuan.

"Sini Laras! Aku mau buat rumah-rumahan!"

Kedua anak kecil itu bermain dengan riang, mereka tampak menggemaskan satu sama lainnya. Keduanya terus bermain seolah tak melihat Dini dan Lisya yang sedang memperhatikan mereka berdua. Bahkan keduanya menembus Dini dan Lisya saat bermain kejar-kejaran, seolah keberadaan Dini dan Lisya tak nyata di dalamnya.

"Kita di mana, Din? Kenapa mereka berdua bisa nembus kita?" tanya Lisya pada Dini yang masih kebingungan sambil melihat ke sekitar mereka.

"Gak tahu. Tapi nama mereka gak asing, Sya. Nathan dan Laras," balas Dini sambil terus memperhatikan Nathan dan Laras.

"Nathan... Laras... sini, nak! Makan dulu!" panggil seorang wanita paruh baya dari teras rumah sederhana. Ia melambaikan tangannya sambil menggendong bayi di pinggangnya.

Nathan dan Laras yang dipanggil langsung berlari ke arah rumah. Mereka berdua menghampiri wanita paruh baya itu, kemudian masuk ke dalam diikuti oleh wanita yang memanggil mereka berdua.

"Din, itu Mama nya Rizky. Jadi ini kehidupan keluarga Rizky?" tanya Lisya. Ia tak asing melihat wajah wanita itu, wanita itu adalah Mama nya Rizky, sosok yang ia kenal.

"Mungkin ini yang mau Laras kasih tau sama kita," bals Dini.

Seketika suasana di hadapan Dini dan Lisya berubah. Mereka berdua kini berada di sebuah ruangan yang terlihat seperti kamar. Dari pandangan mereka berdua, terlihat kedua orang tua Rizky yang sedang duduk di atas kasur kecil, seperti sedang mendebatkan sesuatu.

"Aku capek, Mas! hidup serba kekurangan! Kebutuhan kita semakin banyak! Nathan sebentar lagi masuk sekolah, Rizky juga butuh susu!" ucap Mama Rizky.

"Iya, sayang. Aku juga udah capek hidup serba kekurangan! Aku akan cari cara supaya kita hidup berkecukupan secara instan!"

Lagi-lagi suasana di hadapan Dini dan Lisya berubah. Pemandangan kali ini memperlihatkan rumah yang semula mereka lihat sepi, kini ramai dikunjungi oleh orang-orang yang seperti akan berbelanja. Rumah itu kini berubah menjadi ruko yang menjual kebutuhan rumah tangga seperti sembako dan alat-alat rumah tangga lainnya.

Selain itu, mereka berdua juga melihat sosok Nathan dan Laras yang sudah memasuki usia remaja. Mereka berdua melihat Nathan dan Laras yang mengenakan seragam putih biru sedang belajar di saung. Keduanya tampak bahagia, seolah tak ada beban yang terlihat di wajah mereka.

"Laras, nanti kalau kita udah dewasa, kamu harus selalu sama aku, ya. Gak boleh pergi jauh-jauh," ujar Nathan di sela-sela waktu belajar mereka.

Laras yang mendengarnya terlihat kebingungan. Namun, wajahnya tak bisa berbohong. Pipinya memerah karena malu mendengar kata yang keluar dari bibir Nathan.

"Lho? Emang kenapa?" tanya Laras, ia terus menatap Nathan, meminta jawabannya.

"Yaa gapapa."

Dini dan Lisya saling sikut, mereka berdua ikut merasa salah tingkah melihat interaksi antara Nathan dan Laras. Sudah terlihat jelas bahwa Nathan dan Laras saling menyukai.

"Ternyata kak Nathan lucu juga ya," bisik Lisya.

"Iya. Mereka lucu banget," balas Dini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Journey to The West East North SouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang