2. Berangkat

120 19 6
                                    



Hari yang ditetapkan untuk berlibur akhirnya tiba. Sore ini mereka berdelapan telah berkumpul di rumah Rizky yang dijadikan sebagai titik temu. Mereka kini berada di depan mobil van yang muat untuk 11 orang.


Pintu bagian depan mobil terbuka, dengan Rizky yang sedang memanasi mesin mobil, sedangkan yang lainnya ada yang berdiri sambil bersandar di mobil atau hanya berdiri sambil minum dan makan cemilan yang mereka bawa.


Sehari sebelumnya, semua barang-barang mereka sudah dibawa ke Villa oleh Rizky dan Eko yang diantarkan oleh supir. Jadi saat mereka berangkat, tidak perlu membawa barang terlalu banyak, hanya barang pribadi seperti obat dan minyak kayu putih yang mereka bawa.


"Mau berangkat jam berapa, nih?" tanya Dini yang bosan menunggu.


"Nanti dulu, Fhina belom dateng," balas Lisya.


Mendengar nama itu disebutkan membuat Dini jengkel dan ingin marah. Karena ia adalah orang yang paling menentang adanya orang asing ikut di acara liburan mereka. Setelah keinginan mengajak adiknya ditolak.


Jika bukan karena dibujuk oleh Bangkit dan Rizky, Dini mungkin tidak akan pergi bersama mereka dan lebih memilih berlibur di rumah neneknya.


"Gatau diri, udah gak diundang malah ngaret," cibir Dini.


Lisya yang mendengar cibiran Dini hanya bisa diam. Ia sudah faham dan akan menerima semua kata pedas yang keluar dari mulut sahabanya itu. Karena ia sudah mendengar ceritanya dari Aura. Setelah mengetahui semuanya, ia merasa tidak enak pada Dini dan semuanya. Namun, sudah terlanjur.


"Udahlah By, kita pindah dulu, yuk. Kalo disini terus yang ada mood kamu makin jelek," ucap Bangkit. Ia sengaja mengajak Dini pergi ke kursi taman yang tak jauh dari tempat mereka kumpul, sengaja menjauhkan pacarnya dari hal yang berbau keributan.


"Jangan sakit hati ya, Sya. Dini kayaknya masih kesel sama lo," ujar Yunita. Setelah Dini dan Bangkit menjauh.


"Iya, gue faham kok."


"Emang ya tu anak sensian banget. Tapi kalo gue jadi dia, gue juga bakal marah sih sama lo. Masa adek temen sendiri yang udah kenal banget gak boleh ikut, tapi orang asing yang akrab sama satu orang doang malah boleh ikut," sindir Puja. Ia menggelengkan kepalanya sambil menatap Rizky yang hanya diam seolah-olah tak peduli dengan obrolan mereka.


"Gak usah kompor meleduk anjir! Sampe sana kacangin aja si Fhina," balas Eko.


"Yeu Lu juga sama aja anjir!" balas Aura sambil melempar Eko dengan ciki yang sedang ia makan.


Lisya terlihat tak terima dengan sindiran dan candaan dari Puja dan Eko. Ia ingin membalas ucapan mereka, namun tersela oleh Puja.


"Gak boleh gitu, dia sahabat gue, sama kayak kalian," cibir Puja sambil menirukan gaya bicara Lisya.

Journey to The West East North SouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang