PROLOGUE

348 45 11
                                    

SMA GARUDA, sekolah itu dicap sebagai gudangnya para cowok tampan. Tak lupa pula Garuda sudah menjadi tempat dimana terbentuknya sebuah geng motor besar yang kini namanya tak asing lagi di telinga siapapun.

DARK SHADOWS, satu-satunya geng besar yang diisi oleh ratusan pemuda itu menjadi tempatnya para remaja menuangkan segala keluh kesah dan juga melakukan aktivitas kemanusiaan lainnya.

Paras menawan yang dimiliki oleh para cowok yang bergabung di geng besar itu sudah menjadi rahasia umum. Bahkan, hal tersebut bukanlah hal yang asing lagi untuk siswa dari sekolah lain.

Disturbing our territory, you can die without respect!

Slogan itu sudah mendarah daging untuk DARK SHADOWS dan akan selalu menjadi ciri khas geng motor besar itu.

"Nyebat gak lo?"

"Berhenti nyebat. Gue gak mau lo mati tiba-tiba."

"Jigar anying! Kalau ngomong pedes banget."

Jigar Genandra, cowok itu memang dikenal tidak banyak bicara, namun sekalinya berbicara akan mengeluarkan kata-kata pedas menohok.

Keluarga Genandra memang tampaknya identik dengan tipikal pendiam, namun mematikan.

"Nanti pas bunyi bel, semuanya langsung masuk. Jangan ada yang cabut," titah Jigar tegas.

"Yang kebiasaan cabut tuh mah si Damian, Ji!" adu salah satu dari mereka.

Damian Geo Panjaitan, cowok itu mendengus memandang sosok menyebalkan di depannya itu. Siapa lagi kalau bukan seorang Baihaqi El Amin.

Baihaqi terkekeh pelan melihat ekspresi temannya itu. "Kenapa lo? Gak seneng?"

"Muka lo jorok banget buat dipandang. Gumoh gue," jawab Damian santai.

"Kalau diliat-liat muka lo lebih jorok," sahut seseorang yang kini memberikan pandangan mengejeknya pada Damian.

"Bajing! Lo kenapa ikut-ikutan ngebelain dia, Tha?!" pekik Damian.

Attha Gunadhya, cowok pemilik hidung mancung itu tertawa pelan. "Lo cocok jadi bahan bully," jawabnya santai.

"Kalau Damian yang jadi bahan bully, gue dukung banget, Bro," timpal seseorang yang kini duduk di sebelah Jigar.

"Heh jelek! Gak usah sok-sokan mau ngebully gue deh. Gue sentuh boneka Ice bear punya lo, lo aja udah mencak-mencak, Tip," sungut Damian.

Lathif Ikram, cowok yang kerap dipanggil Latip atau pun Atip itu menunjuk wajah Damian. "Woi buruk rupa! Ngotak dikit bego! Lo nyentuh, tapi sambil narik-narik kepala boneka gue monyet!"

Gelengan kepala hanya bisa dilakukan Jigar melihat tingkah gila teman-temannya yang sekaligus merupakan pasukan inti dari DARK SHADOWS angkatan 4.

"Stella gimana kabarnya?" tanya Attha tiba-tiba membuat Jigar melemparkan pandangan herannya pada cowok itu.

"Kenapa nanya gue? Bukan urusan gue," jawab Jigar.

"Jigar, dia temen lo juga. Stella gak jahat, Ji," sahut Lathif.

"Gue gak perduli," balas Jigar acuh. "Dia bukan siapa-siapa gue," lanjutnya.

Baihaqi melempar sampah botolnya ke hadapan Jigar. "Gue rasanya pengen mukul kepala lo. Sekali-kali denger penjelasan tuh cewek," sewotnya.

"Jangan benci orang terlalu dalam, Jigar," tutur Damian serius.

Seseorang yang baru saja dibahas oleh mereka itu muncul tiba-tiba dengan sekotak bekal di tangannya. Gadis pemilik mata teduh itu memandang Jigar penuh harap.

"Gue buatin lo makanan, Ji. Gak ada racunnya jadi jangan takut mati abis makan ini."

Jigar memandang bekal itu lalu menariknya perlahan dan melemparkannya ke tong sampah secara tiba-tiba.

Pandangan tajam cowok itu seakan mengunci tatapan teduh gadis yang memiliki tubuh lebih pendek darinya itu.

"Gue selalu benci lo, Auristella Agnia. Jangan mencoba untuk memperbaiki situasi ini. Pembunuh bakalan tetap jadi pembunuh."

***

"We back again! Disturbing our territory you can die without respect!"

TBC

JANGAN LUPA MENINGGALKAN VOTE DAN KOMENTAR KALIAN DI SETIAP
CHAPTER.


@diantizaff

16 Juli, 203

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang