BAB 6: Nyatanya Perduli

136 24 11
                                    

"Dia menunjukkan keperduliannya dengan cara yang berbeda."- Auristella Agnia.

CARA mengekspresikan keperdulian setiap orang itu berbeda-beda. Tidak semua orang bisa mengucapkan rangkaian kalimat indah untuk menyalurkan rasa perdulinya. Selain itu, beberapa orang kerap kali menyalurkan rasa perdulinya dengan cara yang terlihat berbeda.

"Buat apa lo foto hal kayak gitu brengsek?!"

Cowok berkaca mata yang kena di tatap nyalang oleh Jigar itu tidak bisa berkutik. Tubuhnya bergetar hebat sebab aksinya itu diketahui oleh Jigar.

"Lo punya telinga kan? Jawab sialan!" bentak Jigar yang membuat orang-orang di tempat itu memandangnya. Ia menarik kerah baju cowok di hadapannya itu dengan nafas yang memburu.

Stella yang mendengar suara lantang Jigar itu lantas menghentikan latihannya diikuti oleh teman-temannya yang lain.

"Itu si Jigar kenapa?" tanya Kamala bingung.

"Ada yang gak beres kayaknya. Jigar jarang banget marah sampai kayak gitu," jawab Stella.

Paula memandang takut-takut ke arah Jigar. "Anjir mukanya Jigar gak nyantai banget. Serem gue liatnya," celetuknya.

"Lo kayak gak tau aja prinsip Jigar gimana. Seantero sekolah ini juga paham Jigar tuh paling emosi kalau ada yang gak beres menurutnya," ucap Helena.

Damian bersama Baihaqi dan Lathif sontak menoleh pada Jigar. Melihat kilat amarah dari mata temannya itu membuat ketiganya cukup paham jika Jigar saat ini akan mengeluarkan amarahnya.

"Lo gak punya mulut?" tanya Jigar sarkas dengan posisi tangan masih menarik kerah baju cowok di depannya itu.

Tak ada reaksi dari cowok berkaca mata di depannya itu, Jigar dengan cepat menyeretnya dan memojokkannya di dinding. "Mau gue apain? Pukul atau lo hapus foto-foto sialan yang lo ambil tadi?!" bentak Jigar.

"Masih diam?" desis Jigar.

Bugh!

Jigar memukul kuat dinding tepat di sebelah wajah cowok tersebut. Ia menurunkan pandangannya pada name tag cowok itu.

"Andra Haderson?" Jigar terkekeh pelan setelah membaca nama pada seragam cowok itu. "Nama yang bagus, tapi gak sama kelakuan lo! Brengsek," bentaknya.

Satu pun dari orang di tempat itu tidak ada yang berani mencegah kemarahan Jigar saat ini apalagi menahan cowok itu.

Jigar Genandra memang terkenal baik dan tidak banyak bicara, namun tak mengenal kata ampun untuk orang-orang yang dinilai mengganggunya.

Bugh!

"Bicara, Sialan!" bentak Jigar.

Bugh!

"Pilih! Gue pukul atau lo hapus foto-foto itu?!"

Bugh!

"Jawab, Sialan!"

Andra menatap penuh ketakutan pada Jigar yang terlihat seakan-akan ingin membunuhnya saat ini. "G-gue hapus aja, Ji," jawabnya.

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang