BAB 3: Kita Semua Keluarga

150 20 12
                                    

"Ini bukan hanya tentang perkumpulan biasa. Ini tentang kami, kenangan, dan Garuda."- DARK SHADOWS.

PETIKAN gitar terdengar memenuhi tempat yang disebut markas oleh orang-orang yang menjadi penghuni tempat besar dan mewah itu.

Berdesain minimalis dengan warna tembok perpaduan abu-abu dan putih serta perabotan yang berwarna serba hitam terlihat sangat mengesankan.

Pasukan inti yang diisi oleh Jigar dan keempat temannya itu memang ahlinya dalam bermain gitar. Baik gitar akustik maupun gitar listrik dapat mereka mainkan dengan bagus.

Jigar Genandra, terlihat sangat keren saat ini sebab memainkan gitar sembari menyanyikan lagu dan grup musik kesukaannya.

Do I Wanna Know, lagu dengan intro keren itu berhasil membuat Jigar tertarik untuk memainkan sesaat ini.

"Gagah banget lo!" pekik Attha heboh. Jika saja dirinya cewek, mungkin Attha akan menggilai seorang Jigar sama seperti perempuan lainnya.

"Pelan-pelan, Pak Supir!" timpal Lathif tak kalah heboh.

Baihaqi merekam kejadian itu dengan ponselnya. "Ini perlu di abadikan. Kalau gue post ke ig pasti nanti ig gue mendadak ramai," kekehnya.

"Emang boleh sepansos ini?" sindir Damian.

Baihaqi segera menampar pelan wajah Damian dari samping. "Minimal ngaca! Gue masih mending post nya di snapgram doang! Lah elo?! Langsung masuk feeds ig. Mana banyakan muka Jigar dari pada muka lo," balasnya.

"Jangan buka kartu gitu lah monyet!" sewot Damian.

Permainan gitar Jigar tak terasa sudah selesai setelah beberapa menit. Entah ide gila dari mana, tetapi Attha ingin menyanyikan lagu yang bertujuan menyindir Jigar.

Attha itu memang wakil DARK SHADOWS angkatan 4 dan juga seseorang yang terkenal lebih dekat dengan Jigar ketimbang ketiga temannya yang lain.

Sebagai seseorang yang dekat dengan Jigar, Attha tentunya mengenalnya dengan baik. Terlebih lagi untuk urusan Stella, ia juga mengenal gadis itu cukup baik.

Attha mengerti mengapa Jigar sangat membenci Stella, tetapi ia juga menyadari bahwa ada perasaan lebih yang dimiliki Stella kepada temannya itu.

Bukannya tidak sadar, malahan Attha sangat sadar dari cara Stella memandang Jigar. Ketulusan yang dimiliki oleh gadis itu memang tidak ada lawannya.

Attha takut jika suatu saat apa yang dipikirkan Jigar mengenai Stella itu salah.

Karena waktu terus berjalan dan tentunya permainan takdir tidak ada yang mengetahuinya.

"Gue mau main yang akustik aja," ucap Attha sembari menggapai gitar akustik berdesain kayu yang ada di tempat itu.

"Mau nyanyi apa lo?" tanya Lathif sembari memandang Attha.

Attha tersenyum miring sembari melirik Jigar yang kini tengah sibuk menaruh kembali gitar listrik milik markas tersebut ke tempatnya.

Ku pernah coba bertahan
Namun sering kau lupakan
Ku pernah coba melawan
Tapi aku tersingkirkan
Lebih baik berpisah
Dari pada terus terluka
Karena ku selalu yang salah
Jujur aku trauma

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang