Suasana belakang panggung malam ini begitu riuh sangat penuh oleh suara, baik suara latihan suara maupun perdebatan antara Rega dan juga Darsa perihal keputusannya. Darsa ingin hari ini menampilkan visual asli, tidak dari balik bayangan seperti kebiasaan mereka.
"Jadi gini, Bang. Kita nanti tuh tampil aja kayak biasanya, nanti sampai akhir acara baru deh kita keluar. Kalo kalian gak setuju, yaudah gue aja yang nanti keluar."
Rega berdecak kesal. "Gila lo, Dar. Cuman karena cewek tadi lo mau bongkar rahasia? Mikir, Dar!"
"Gue cuman mau bahagiain dia, Bang." Darsa menimpali.
"Terus, lo udah ngerasa dibahagiain sama dia, Dar?"
Kali ini Darsa terdiam membisu. Kehadiran atas Kemilo menggugurkan pertahanannya dalam melawan argumentasi. Lelaki yang paling tua di antara semua anggota band itu berbicara dengan nada datar, sangat dingin terlebih kehadirannya yang tiba-tiba saja masuk ke ruangan.
Kemilo terus menghampiri Darsa hingga sofa itu sekarang diisi oleh tiga orang lelaki, suasana semakin menegang, tatapan Kemilo begitu menusuk terhadap mata Darsa hingga tidak bisa membalas pandangannya.
"Bagi gue, kehadiran Fazaira selalu membuat gue bahagia. Terlepas dari begitu lamanya dia sadar kalau gue sayang sama dia, paling tidak selama ini gue udah jadi motivator buat dia, Bang. Gue bahagia kalau liat dia bahagia, begitupun sebaliknya. Gue udah tau, kalau Fazaira seneng atas kehadiran Jenaka, tapi kali ini gue pengen Darsa yang hadir di hadapannya."
"Dan lo bakal ngelupain tentang prinsip lo sendiri?" celetuk Herawan.
Darsa kembali dibuat bungkam setelah diingatkan tentang prinsip dalam hidupnya. Dahulu Darsa pernah berjanji tidak akan mempublikasi wajah tanpa terkecuali apa pun, sebab ia sangat takut karir mereka aksn jatuh. Meski kasus yang dialami Darsa sudah hampir selesai, namun tidak menutup kemungkinan komentar jahat akan keluar.
"Udah lah, kita dukung aja apa pun keputusan dia. Darsa berhak bahagia, kan? Kalian sendiri yang bilang kayak gitu." Pradika menengahi pertengkaran kawan-kawannya.
Rega dan Herawan hanya bisa memutar jengah bola matanya sembari bergumam tidak jelas. Sementara Darsa tersenyum semringah dan memburu masuk ke dalam pelukan Pradika, ia sudah menyetujui permintaan Darsa untuk muncul menyambut Fazaira di tengah-tengah penonton lain.
Setelah berdiskusi kembali kepada pihak acara, mereka mengiyakan permintaan Darsa. Kebetulan konser yang biasa mereka laksanakan hanyalah dari kafe ke kafe, itupun masih dalam cakupan konser sederhana. Mereka belum mempunyai lagu original yang murni mereka ciptakan, hanya menampilkan ulang lagu milik artis yang sedang populer.
—【Melodi yang Hilang】—
Fazaira malam ini ingin tampil lebih anggun, memakai baju bersiluet vintage dengan dress ang menjuntai hingga ke bawah lutut. Rambut Fazaira diikat tidak terlalu ketat, membiarkan beberapa helai terulur indah agar menambah kesan kalem pada parasnya. Tinggal sekali sentuhan menggenakan maskara agar matanya tampak cantik.
Selesai dengan riasan, Fazaira beralih kepada ponsel yang tergeletak di atas meja. Melalui ruanh pesan pada aplikasi twitter, ada seseorang yang ingin Fazaira kabari untuk sebentar lagi pergi. Entah seperti ingin berjumpa dengan kekasih, Fazaira sangat antusias memberi kabar tentang kepergiannya.
'Jenaka, sebentar lagi aku akan pergi ke acara konsermu.'
Senyum Fazaira terukir jelas di wajahnya. Ia merasa Jenaka tidak akan membalas pesan tak pentingnya, maka gadis itu menaruh ponsel di atas meja dan kembali melakukan persiapan yang lebih matang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi yang Hilang [Tamat]
Teen FictionJenaka, dia kembali berbohong. Senyumnya tak setulus senyum hari ke belakang. Dia juga menggantungkan nasib terhadap bait yang diciptakan. Jenaka, dia kembali berdusta. Tentang harapan yang tak kunjung tiba membalas perasaannya. Tangan ringkih dia...