7. Perubahan Fazaira

8 2 0
                                    

"Selamat pagi, Darsa!" seru seorang gadis sembari mendahului langkah Darsa menuju kelasnya. Alis lelaki yang disapa lantas bertaut tak mengerti, ini merupakan kejadian langka karena gadis idamannya menyapa duluan.

"Pagi, Faz."

Fazaira menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga. "Pulang ngampus nganggur gak, Sa?"

Darsa menolehkan kepala ke sekitarnya, cukup sepi dan tidak banyak mata yang memandang aneh kepada mereka. Lelaki itu hanya takut akan menjadi bahan perbincangan setiap mahasiswa di kampus, lebih kasihan kepada Fazaira harus menerima kabar menyimpang.

"Kayaknya aku latihan, Faz. Memang ada apa?"

"Latihan? Latihan apa, Sa? Kalau aku mau lihat boleh?" tanya Fazaira bertubi-tubi.

Sontak mata Darsa terbelalak sembari menutup mulutnya, hampir saja akan menyebutkan bahwa  dirinya adalah salah satu anggota grup musik yang cukup terkenal meski tidak mempunyai identitas.

"Emm ... anu, gimana ya, Faz," kikuk Darsa.

Wajah Fazaira langsung berubah, berawal dari semringah menjadi murung seperti kecewa. Hal ini membuat Darsa merasa bersalah dan semakin kikuk. "Eh, Faz. Ta–tapi kalau kamu mau ngobrol sesuatu yang penting, aku bisa kok. Makannya aku tanya, ada apa?"

Masih dengan wajah memelasnya, Fazaira mengembuskan napas gusar. "Nggak terlalu penting sih. Aku cuman mau bicara sama kamu."

"Boleh, kita jadwalkan setelah bubaran nanti ya," ujar Darsa dengan ramah.

Perlahan senyum merekah kembali hadir di wajah cantik Fazaira, menandakan bahwa ia senang karena Darsa mau menerima ajakannya. Fazaira setelah itu berterima kasih meski Darsa tetap merasa tidak enak sudah menjatuhkan suasana hati gadis itu, melihat punggung Fazaira yang jalan duluan hingga menghilang masuk ke dalam kelas.

Waktu terasa lebih cepat menurut Darsa jika sudah memiliki janji dengan gadis pujaan hati, jantungnya saja tidak bisa lagi Darsa kondisikan untuk tenang. Berbagai kalimat pun telah Darsa rangkai agar pertemuan nanti tidak melulu Fazaira yang membangun topik pembicaraan.

'Aku tunggu di taman kampus, yaa.'

Pesan tersebut Darsa kirimkan melalui aplikasi pesan, sesekali matanya melirik kepada Fazaira yang duduk di bangku paling depan. Terlihat alis gadis yang sedang membelakangi papan tulis untuk memasukkan barang bawaan ke dalam tas itu bertaut dan menatap Darsa dari kejauhan, sebelum akhirnya membalas pesan Darsa.

'Loh? Kenapa?? Kita ke taman bareng ajaa.'

'Jangan, nanti teman-teman curiga.'

Darsa kemudian memasukkan ponsel dan melangkah keluar. Ujung matanya setia bertatapan dengan Fazaira, tampak raut wajah tidak baik dari gadis itu. Mungkin bad mood atau sejenisnya karena tidak jalam bersama Darsa.

Sesampainya Darsa di taman, ia terduduk pada salah satu kursi yang ada. Beberapa menit Darsa menunggu, berpikir dan bermonolog seorang diri. Aneh, perasaannya hari ini tidak terduga sekali. Awal mula ketika akan berangkat ke kampus Darsa mengira kawan-kawannya akan mengolok-olok atas berita yang sedang hangat dibicarakan sedari kemarin, rupanya tidak ada satu pun yang memulai topik obrolan itu. Kemudian sikap aneh Fazaira, biarpun memang Fazaira sering membela Darsa dalam hal perundungan, tidak pernah sekalipun Fazaira mengajak Darsa berbincang empat mata.

Semenjak halusinasi Fazaira menjadi kekasih Darsa, sikap gadis itu berubah 180 derajat. Jauh lebih perhatian intens hanya kepada Darsa seorang, apalagi Darsa sangat mengingat betul tangisan pertama Fazaira yang dilihat Darsa, ia tidak mengetahui alasannya.

Melodi yang Hilang [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang