Redflag - Bagian 7

15.3K 1.1K 29
                                    

Reno Alamshah. Cucu dari seorang hakim terkenal yang namanya tersohor diberbagai kalangan dan sering wara-wiri ditelevisi untuk membahas perihal hukum. Dan hari ini, Yardan mendapati namanya terpampang begitu jelas bersama dengan seorang wanita yang juga Yardan kenali.

Reno dan Salsa, keduanya terlihat bak sepasang saja dan ratu yang sangat serasi. Satu tampan dan satu cantik. Salsa dulunya adalah adik kelasnya saat di SMA, gadis yang sering dia tolong saat dibully ternyata adalah anak orang kaya dan sekarang dinikahi cucu orang terpandang pula. Yardan pikir bagus juga nasib gadis itu.

Yardan berada disana untuk memenuhi undangan yang ditujukan pada ayahnya, dia tidak tahu apa hubungan mereka ---dan pihak siapa yang berhubungan dengan ayahnya, tetapi dia setuju datang ketika Ayah menyuruhnya. Beliau tidak bisa datang karena asam uratnya kambuh. Maklum, kalau sudah tua itu banyak yang terasa katanya.

Namun yang menjadi perhatian Yardan saat ini bukanlah lagi sepasang pengantin tersebut, melainkan sosok wanita cantik yang baru saja naik keatas dan menyelamati mereka. Yardan tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan tetapi melihat dari ekspresi Salsa setelah dipeluk oleh wanita itu, sepertinya bukan hal yang baik.

"Arabella?" Gumamnya pelan dan terus memerhatikan wanita yang masih berhasil mencuri perhatiannya hingga detik ini.

Entah panah dengan racun seperti apa yang Ara tancapkan, hal tersebut berhasil membuat Yardan selalu memokuskan perhatian hanya padanya. Gadis itu boleh saja tubuhnya mungil dan terkesan petit, tapi aura yang Ara punya tidak bisa dianggap remeh.

Yardan melipat kedua tangannya didepan dada lalu menautkan sebelah alisnya ketika melihat langkah Ara yang semakin lama semakin pelan, dia juga melihat wanita itu menjatuhkan air matanya ---sangat berbanding terbalik dengan wanita full confident yang Yardan lihat saat naik di pelaminan.

Seolah ditarik oleh sebuah magnet, kaki Yardan melangkah mengikuti Ara tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Raut wajahnya semakin tidak enak terutama ketika isakan Ara mulai terdengar sampai akhirnya tubuh wanita itu terhuyung dan dengan cepat Yardan menangkapnya.

"Lo gakpapa?" Tanyanya dengan selipan nada khawatir, terutama ketika dia melihat wajah pucat Ara. Benar-benar pucat seperti kekurangan darah.

Melihat Ara yang hanya terdiam dan tidak bernapas membuat Yardan semakin dilanda panik. Pria itu lalu menepuk pipinya. "Heh! Arabella lo kenapa?!" Kedua mata Ara mengerjap dan seolah sadar, dia langsung mendorong Yardan sampai mereka berdua terlepas.

"Gue gakpapa," jawabnya yang sudah jelas ada sebuah kebohongan.

"Muka lo pucat, mending lo istirahat---"

"Gue bilang gue gakpapa dan gak usah bersikap sok peduli sama gue, Yardan!" Wanita itu membentak. Yardan menelengkan kepalanya, padahal niatnya baik tetapi Ara tetaplah Ara ---yang tidak akan pernah bisa melihatnya sebagai sesuai yang positif.

"Gue nanya baik-baik karena emang peduli, lo bisa jawab biasa aja gak perlu senyolot itu!" Ara mendengus dan lalu berjalan pergi meninggalkan Yardan tanpa mengucapkan terima kasih setelah apa yang lelaki itu lakukan padanya.

Yardan terkekeh sumbang. Tidak menyangka kalau kebencian yang Ara pupuk untuknya sebesar itu. Ditatapnya punggung kecil Ara dengan tajam, memangnya apa salahnya sehingga Ara menganggap dirinya sebagai sesuatu yang patut dijauhi?

Maka dengan tekadnya yang besar, Yardan melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju Ara. Jika memang Ara tidak suka berada didekatnya, maka Yardan akan membuat itu sebagai sesuatu yang menyenangkan. Yardan akan mengubah sudut pandang Ara terhadap dirinya.

Yardan melepaskan kancing jasnya dan membiarkannya terbuka begitu saja, dia juga melonggarkan dasi dileher. "Awas lo, Arabella!" Gumamnya tanpa melepaskan sedetikpun tatapan dari figur mungil Ara.

TOUCH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang