Beberapa minggu setelah kejadian itu, Ara kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Dia disibukan dengan pekerjaan sehingga membuat wanita itu tak memiliki waktu untuk mengingat hal-hal yang tidak penting, selain itu Ara juga sudah bertekad akan move on karena dia pikir tidak akan terlalu sulit mengingat dirinya dan Reno berpisah menyisakan kebencian dalam hati Ara, jadi dia tinggal menghadapi sisanya.
Mengenai Yardan, Ara sekarang jadi lebih santai dalam menghadapi pria yang satu itu. Meski tak menutup fakta jika mereka masih sering berselisih pendapat, seperti saat ini contohnya.
"Gue udah bilang, nyokap gue tuh suka sama bunga lily putih jadi gue mau dekorasinya pake bunga itu yang asli. Kenapa yang dateng malah mawar? Lo pikir nyokap gue kuntilanak?" Ara memijit keningnya yang berdenyut, ditatapnya Imam dengan seksama namun pria itu justru menggedikan bahunya.
"Mawar ini sebagai pendamping bunga yang lainnya karena keliatannya akan polos kalo cuman pake lily putih. Lagian lo udah serahin tanggung jawab ini sama gue, 'kan? Kenapa sekarang lo malah jadi sewot?" Lama-lama kesal juga Ara berada didekat pria itu. Tidak menyangka kalau Yardan bisa secerewet ini.
Yardan bertolak pinggang seraya menatap Ara tajam. "Gue komplain sebagi klien lo dan gue keberatan lo tambahin bunga mawar merah---"
"Ya, kenapa, sih, emangnya? Mawar merah itu melambangkan cinta yang berapi-api dan juga penuh gairah, makanya gue sandingin sama lily putih. Gue paling ngerti soal beginian jadi lo serahin semuanya sama gue dan please, biarin kita kerja dengan fokus. Berenti buat suasana makin pusing gue udah pusing!" Gadis itu nyerocos mengomeli Yardan dengan harapan Yardan bisa berhenti karena kepala Ara mulai panas mendengar suara lelaki itu.
Cuaca diluar sedang panas-panasnya ditambah dengan ocehan tak bermutu Yardan membuat Ara merasa semakin gerah seolah AC dirumah ini tidak memberikan efek yang besar.
Setelah melayangkan keberatannya, Ara lalu melengos sembari menggenggam kertas dalam tangannya dan mengabaikan panggilan Yardan kepadanya. Imam kontan terkekeh. Dia sudah menjadi saksi kehebohan Ara dan Yardan selama dua bulan terakhir, dari yang awalnya selalu merasa panik sendiri melihat Ara dan Yardan saling teriak sampai lama kelamaan merasa gemas karena interaksi mereka berdua dipikir-pikir cukup lucu.
Yardan mendengus kesal dan ikut berlalu untuk mendudukan bokongnya ke atas kursi, tangannya mengambil sebotol air dingin yang sebelumnya sudah disiapkan oleh Mamanya khusus untuk tim dekorasi sebelum akhirnya pergi jalan-jalan bersama Ayah.
"Kayaknya Pak Yardan deket banget, ya, sama Ara?" Kepalanya seketika menoleh untuk menemukan Imam yang baru saja duduk disampingnya.
Dia lantas tertawa pelan. "Kita seringnya berantem, Mas Imam pikir kita deket?" Imam tanpa ragu menganggukan kepalanya.
"Orang itu keliatan deketnya pas udah berani saling teriak-teriakan kayak kalian, Pak Yardan. Mungkin orang lain liat kalian itu kayak kucing sama anjing karena gak akur tapi saya liatnya justru, meskipun kalian banyak berantemnya tapi sorot mata kalian sama sekali gak ada benci atau semacamnya. Kalian berantem itu udah kayak kebutuhan yang mana kalo gak berantem sama dia sekali aja, kalian bakalan ngerasa ada yang kurang. Gitu gak?" Yardan tertegun seraya mencerna kalimat panjang yang baru saja Imam lontarkan kepadanya.
Sebagai seseorang yang bekerja sangat lama dengan Ara sudah pasti Imam juga mengenal Ara dengan sangat baik, percuma Yardan mengatakan sebuah kebohongan jika Imam sudah bisa melihatnya. Dan apa yang dia katakan tidak sepenuhnya salah.
Melihat Ara, Yardan selalu merasa dia ingin terus melihat wanita itu dan mendengar suaranya lebih lama. Selain itu dia juga selalu mengepoi akun instagram Ara yang isinya kebanyakan promosi EO-nya, namun hal tersebut seperti sebuah keharusan untuknya. Yardan tidak akan mengelak jika perasaan tertariknya pada Ara kembali tumbuh, tetapi rasanya lucu saja dengan hubungan mereka sekarang yang tidak ada manis-manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH (TAMAT)
Lãng mạn(Judul sebelumnya Redflag) Ara itu tidak suka cowok kasar. Sebagai pembaca setia dan penikmat novel romansa, Ara sering sekali membaca cerita dengan pemeran utama pria dengan karakter keras dan tegas lalu berakhir akan menyakiti si pemeran wanita. B...