Redflag - Bagian 2

21.6K 1.3K 18
                                    

Merantau ke negara orang untuk waktu yang cukup lama bukanlah hal mudah dan tidak semua orang berani untuk melakukannya. Perbedaan waktu serta budaya yang sudah sepatutnya dihargai meski bukan hal yang mudah, dan Yardan sudah mencobanya selama 10 tahun lamanya.

Melanjutkan kuliah di Mesir demi mengejar gelar arsitek, Yardan rela jauh dari keluarga yang juga melepaskan dengan berat karena tak mau berjauhan dengan putra tercinta. Tentu awalnya sangat sulit karena dari sudut manapun tempat tersebut sangat berbeda jauh dengan negara tempat ia dilahirkan juga tumbuh. Meski begitu, Yardan tetap bisa membuktikan bahwa dia bisa dan mampu berdiri disana seorang diri sampai akhirnya lulus, magang, dan akhirnya dikontrak disebuah perusahaan. Bukan hanya kebanggaan yang mampu Yardan berikan kepada orang tuanya, tetapi juga secara finansial Yardan berikan.

Dan setelah begitu lama akhirnya Yardan bisa kembali menghirup udara di Indonesia, jelas banyak perubahan yang terjadi mengingat selama apa dirinya pergi tanpa pulang. Jangan ditanyakan sebesar apa kerinduan yang Yardan rasakan, bahkan luasnya samudera pun sepertinya tak dapat dibandingkan. Yardan pulang dan dia tidak akan jauh dari keluarganya lagi.

Sembari menggeret kopernya, Yardan mengikuti langkah sang adik yang dengan baik hati menjemputnya dari bandara sejak pagi-pagi buta. Ditatapnya pemuda duplikat dirinya yang sekarang sudah tumbuh menjadi dewasa dan begitu tinggi, padahal terakhir kali bertemu adiknya itu masih bocah ingusan yang sering menjadi sasaran kejahilan dirinya sebagai seorang kakak.

"Kami pulang, Mama, Ayah!" Namun sepertinya kebiasaan anak itu yang selalu berteriak setiap kali pulang sekolah atau bermain, masih melekat hingga sekarang.

Yardan tersenyum kecil lalu menepuk bahu Jordan ---adiknya membuat pemuda itu menoleh dan kian melebarkan senyumannya. Sampai akhirnya pekikan paruh baya mengalihkan perhatian keduanya.

"Abaang!" Seorang wanita berdaster hijau terlihat mendekat dengan kedua tangan direntangkan, air matanya sudah membanjiri pipi membuat Yardan tak kuasa menahan tawa karena merasa lucu.

Lelaki itu lantas mendekat dan berhambur ke pelukan sang Mama sampai wanita tersebut bisa memeluknya dengan sangat erat, menyalurkan kerinduannya selama 10 tahun terakhir yang biasanya hanya bisa tersampai melalui telepon atau video call saja. Tidak heran kalau Mama sampai menangis sesegukan karena memang sudah sekangen itu terhadap Yardan.

"Kangen banget Mama sama Abang! Abang sehat, 'kan? Ya Allah badannya udah gede gini, udah bisa gendong Mama. Kangen banget!" Racau Mama seraya menepuk-nepuk punggung kekar Yardan, mengabaikan ringisan Yardan yang kesakitan.

"Iya, Ma, Abang udah pulang sekarang. Maaf, ya, pulangnya lama." Yardan mengecupi pipi Mamanya dan menggerakan tubuh mereka kekanan serta kiri, membiarkan Mamanya sepuas mungkin memeluk, mencubit, atau apapun itu asalkan bisa tersampaikan perasaannya.

Pemandangan tersebut tak elak menjadi pemandangan yang mengharukan sekaligus lucu bagi Jordan dan Ayah, padahal Mama sudah tahu kalau anaknya akan pulang hari ini tapi tetap saja sepertinya beliau terkejut melihat Yardan sampai ke rumah.

Setelah Mama melepaskan pelukannya, Yardan beralih pada sang Ayah yang kini sudah terlihat tak semuda dulu. Rambutnya terlihat sebagian memutih serta kerutan-kerutan halus nampak jelas di wajahnya. Tatapan Yardan berubah sedih, selama itukah dirinya pergi sampai-sampai kini orang tuanya sudah mulai menua.

Lelaki itu memeluk Ayahnya dengan tak kalah erat membuat Ayah kontan menepuk bahu putra besarnya penuh dengan kebanggaan. "Maafin Abang, Yah. Abang janji gak akan ninggalin kalian lagi. Abang minta maaf," bisik Yardan dengan lirih.

Ayah menarik setiap sudut bibirnya, dipejamkannya kedua mata dan menghembuskan napas yang terasa begitu lega. "Ayah bangga sama Abang. Terima kasih karena gak lupa sama kami." Yardan menggelengkan kepalanya dan menutup kedua kelopak matanya. Sampai matipun ia tidak akan pernah lupa pada keluarganya.

TOUCH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang