Touch - Bagian 27

12.9K 760 21
                                    

Warn *20+

Aku udah peringatin bagi yg dibawah umur untuk memilih skip. So, kalo ada yg maksa tetep baca, tanggung jawab ditanggung masing2 ya. Wkwk

♡♡♡

"Ate, bobonya ama Una, ya? Nanti main boneka dulu, Una punya banyak boneka. Dali akek."

Celotehan si kecil Aruna membuat Ara tak kuasa menahan gemas. Dia lantas menciumi pipi tembam gadis kecil yang sedang duduk diatas kasur hotel, menemaninya disaat yang lain sedang membeli makan malam diluar.

Setelah acara berakhir, Ara dan Yardan tidak langsung pulang melainkan menginap terlebih dahulu dihotel pun dengan keluarga mereka. Semuanya terlalu lelah untuk sekadar mengendarai mobil ke rumah masing-masing maka dari itu jalan keluarnya, ya, dengan menginap. Ara, sih, tidak masalah karena dimanapun itu yang penting dia bisa beristirahat dengan santai.

"Runa suka boneka banget, ya?" Tanyanya seraya menatap lekat Aruna. Sebenarnya Ara sudah sangat mengantuk, tapi dia dilarang tidur dengan perut kosong.

Selain itu ini adalah malam pertamanya, rasanya agak ragu juga kalau Ara tertidur lebih dulu. Kehadiran Aruna disini mampu membuat Ara merasa sedikit terhibur.
Aruna yang banyak bicara selalu bisa membuat suasana terasa ceria.

"Iyah ... Akek suka beliin Una boneka, Om Adan, Akek Ikas, Nenek Ana, semuanya suka kasih Una boneka!" Aruna menggerakan kedua tangannya membentuk lingkaran saat menjelaskan perkataannya, hal itu membuat Ara terkekeh pelan.

Diusapnya lembut surai kecoklatan tipis milik Aruna. "Nanti Tante beliin boneka Barbie, ya? Aruna suka Barbie gak?" Dengan cepat Aruna menganggukan kepalanya.

"Dibeliin Ate?"

"Iya, Sayang. Nanti Tante beliin dua boneka Barbie buat Aruna, sama bajunya juga. Bonekanya nanti bisa digantiin bajunya, bisa disisir. Pokoknya nanti bonekanya bisa jadi cantik," jelas Ara seraya terus mengelus rambut keponakannya itu.

Ara suka anak kecil meski bisa dibilang tidak begitu jago mengajak interaksi juga. Jadi, jangan heran kalau cara Ara berbicara tidak bisa dilembut-lembutkan atau dimanis-maniskan, yang terpenting bahasanya baik dan mudah dimengerti saja.

Kedua bola mata Aruna berbinar dan mulutnya sedikit terbuka mendengarkan ucapan Tantenya, sebelum akhirnya Aruna tersenyum dan mengangguk. "Mau! Una mau!"

"Okay, nanti Tante beliin buat Runa, ya?"

"Acih Ate!"

"Sama-sama, Sayang. Sini cium lagi!" Aruna merentangkan kedua tangannya yang langsung Ara terima, wanita itu mengangkat Aruna dan mendudukannya ke atas perutnya.

Dia ciumi pipi gadis itu seraya sesekali menggigitinya pelan sampai membuat Aruna tertawa kegelian. Pemandangan tersebut menjadi hal pertama yang menyambut Yardan, pria itu terlihat tersenyum saat mendapati keponakannya sedang asyik menempel pada Ara. Tawanya yang sangat renyah saat diciumi membuat hatinya menghangat.

"Udah dulu, ya, mainnya. Makan dulu, yuk!" Panggilannya berhasil menginterupsi Ara dan Aruna, dua perempuan berbeda generasi terlihat bangkit dari posisi mereka.

Ara menggendong Aruna mendekati Yardan, mendudukan diri pada sofa panjang dan menahan Aruna ditengah-tengah. "Om beliin Aruna ayam goreng, ya. Makannya mau disuapin atau enggak?"

"Mam cendili," jawab Aruna seraya mengulurkan kedua tangannya dengan lucu.

"Yaudah, makannya hati-hati, ya. Om simpen minumnya disini, ya?"

"Acih, Om!"

"Sama-sama, Sayang. Buat bayi besar, aku pesen ayam taliwang sama capcay." Senyuman Ara merekah sempurna saat aroma makanan yang dibawakan oleh suaminya berhasil membuat perutnya berbunyi.

TOUCH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang