Sudah Ara bilang bukan kalau dia sangat mengidolakan tantenya sebagai sosok yang memberinya banyak motivasi serta semangat dalam membangun kariernya selama ini, selain dari do'a kedua orang tuanya dorongan Berlin tentu sangat memberikan pengaruh besar sehingga Ara bisa berani merangkak menggapai kesuksesannya. Berlin itu pintar, cantik, tangguh, dan juga berhati luas. Hal-hal baik selalu muncul jika itu menyangkut tentang Berlin dan dibanding Juan maupun Janu, Berlin adalah anak kakek yang tidak pernah ikut campur sedikitpun dengan perusahaan keluarga. Dia membuktikan bahwa dia bisa berdiri sendiri meski sempat mendapat tentangan dari orang tuanya.
Berlin menikah dengan seorang menteri, dikaruniai seorang anak laki-laki yang tampan dan juga sama cerdasnya. Meski dikenal sebagai wanita dengan high value, namun Berlin tidak pernah merasa bahwa dia lebih tinggi dari suaminya. Dia tetap menjadi istri dan ibu yang baik serta memprioritaskan keluarga diatas segalanya. Jadi, bagaimana mungkin Ara tidak mengidolakannya?
"Tante udah lama banget gak main kesini, aku kangen banget tau!" Ara memeluk Berlin dengan erat yang langsung dibalas oleh tantenya tersebut.
Berlin mengecup puncak kepala Ara dengan lama. "Tante sibuk banget ngurus Zio sama projek, Sayang. Tante minta maaf. Look, Tante bawa apa buat kamu?" Kedua mata Ara berbinar tatkala melihat papper bag yang Berlin serahkan kepadanya.
Senyuman Ara kian melebar ketika mendapati sebuah handbag dengan merk kenamaan, benda tersebut terlihat begitu indah dan mewah. "Tante, serius?" Berlin mencubit pelan hidung keponakannya dengan gemas.
"Emang Tante pernah isengin kamu, hm? Ini gift buat kamu yang udah bekerja dengan sangat keras sampai akhirnya EO ini berkembang dengan baik." Ara menipiskan bibirnya dan kembali memeluk Berlin.
"Makasih banyak, Tante. Pokoknya Tante Berlin paling the best! Ayo, kita masuk ke ruanganku."
Suasana dikantor terpantau lancar selama beberapa pekan terakhir, semuanya tertata dengan baik dan pada tempatnya. Meski masalah sempat menghalangi pekerjaan semua orang disana, namun Ara berhasil membersihkan semua 'kotoran' yang menempel dengan baik. Dengan kepala dingin Ara bisa berpikir jernih dan sekarang keadaan kantornya terasa begitu tenang.
Ara menyajikan dua cangkir teh diatas meja serta membuka toples berisi camilan yang biasa dirinya serta anak-anak makan ketika sedang lembur, wanita muda itu duduk disampingnya dan menatap Berlin yang sedang menyesap tehnya penuh dengan kenikmatan.
"Jadi, gimana? Tante denger dari Mbak Adel katanya ada orang iseng disini? Udah beres?" Berlin melayangkan tatapannya pada sang keponakan.
"Udah, kok, Tan. Sekarang kita lagi sibuk beresin schedule bulan ini, minggu kemarin urus event ulang tahun universitas. Pokoknya hectic banget!" Jelas Ara dengan kobaran semangat dalam matanya.
Berlin menganggukan kepalanya. Jika mengingat Ara yang dulu selalu merengek padanya meminta diajarkan berbisnis dia tidak expect gadis itu bisa sebesar sekarang, Ara benar-benar tekun dan serius terhadap apa yang ingin dirinya tuju dan Berlin salut untuk yang satu itu.
"Mama kamu juga bilang katanya kamu udah ada gebetan baru. Emang iya?" Kedua mata Ara melebar, sedangkan Berlin sedang memasang tampang menggoda dan menaik-turunkan kedua alisnya.
"Gak ada! Mama bo'ong itu!"
"Ck, jujur aja kali. Keponakan Tante itu cantik, pinter jangan ditanya, siapa yang gak bakalan naksir coba?"
"Gak ada, Tante! Ara masih sendiri, kok." Ara terus mengelak dan memasukan biskuit ke dalam mulutnya, sedikit kesal karena bisa-bisanya Mama bercerita seperti itu kepada Berlin. Jadinya kan dianggap serius.
"Terus cowok yang diceritain Mamamu itu siapa? Masa kalo gak ada apa-apa dia sampe masak dirumah. Kalo tamu doang kan pasti sungkan," tanya Berlin masih berusaha mengulik sosok pria yang dikabarkan dekat dengan keponakannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH (TAMAT)
Romance(Judul sebelumnya Redflag) Ara itu tidak suka cowok kasar. Sebagai pembaca setia dan penikmat novel romansa, Ara sering sekali membaca cerita dengan pemeran utama pria dengan karakter keras dan tegas lalu berakhir akan menyakiti si pemeran wanita. B...