Redflag - PROLOG

42.1K 1.8K 7
                                    

Ara menyerahkan kembali buket bunga mawar ke tangan seseorang yang memberikannya benda tersebut. Sikapnya tersebut kontan saja membuat si pemuda yang berdiri dihadapannya, menautkan sebelah alisnya bingung.

"Maaf, tapi Ara gak mau jadi pacar Yardan." Kalimat tersebut terucap dari bibir plump Ara, suaranya boleh saja terdengar halus dan mendayu, namun artinya menancap dengan kuat pada hati Yardan. Pemuda yang baru saja mengutarakan perasaannya pada gadis tersebut.

Yardan seketika menarik sudut atas bibirnya hingga membentuk seringaian tipis. "Ini kali ketiga lo nolak gue," ujarnya sumbang. Ya, ketiga kalinya Yardan mendapat penolakan namun dia tak juga kapok dan kembali melakukan kebodohan yang sama.

Ara menatapnya dengan lekat ---meskipun lehernya terasa sakit karena terus mendongak agar bisa memandang Yardan yang jauh lebih tinggi darinya. "Yardan bisa cari cewek lain, tapi maaf Ara gak bisa."

"Kenapa? Apa alesan nolak gue?"

"Karena Ara gak suka Yardan. Alesannya masih gak berubah!" Tekan gadis itu, mencoba untuk membuat Yardan paham bahwa sampai kapanpun perasaannya tidak akan berubah.

Namun seolah tak puas, Yardan kembali mengajukan pertanyaan sama, "Kenapa lo nolak gue?" Ulangnya kali ini terdengar penuh penekanan. Ini yang Ara tidak sukai dari Yardan.

"Yardan itu galak, bukan tipe Ara!" Jawaban Ara kali ini sukses membuat tawa Yardan mengurai. Pemuda itu menyibak rambutnya yang basah oleh keringat.

Kini, ditatapnya Ara dengan pandangan lebih santai. "Terus tipe cowok lo gimana?" Ara gelagapan, dia mengeratkan jemarinya satu sama lain dan mulai berpikir.

Kali ini dia harus memberikan jawaban yang meyakinkan agar Yardan berhenti untuk mengejarnya dan membuat Ara merasa risih. Selain itu, Ara malu karena terus diejek oleh teman sekelasnya karena didekati pemuda spek Yardan yang terkenal sangar.

"Yang bukan kayak Yardan!" Seloroh Ara lantang, bola matanya yang bulat terlihat berbinar tatkala melayangkan pernyataan tersebut membuat Yardan menganggukan kepalanya mengerti.

"Okay." Hanya itu kata terakhir yang Yardan berikan sebelum akhirnya melengos begitu saja, meninggalkan Ara yang masih berdiri ditempatnya.

Gadis itu menghela napas penuh dengan kelegaan. Berpikir bahwa sekarang sudah waktunya dia menjalani sisa waktu disekolah dengan tenang.

_________________________________________

Gelak tawa terdengar disalah satu meja dimana disana telah terisi oleh beberapa belas orang yang sedang berkumpul sembari berbincang. Semuanya terlihat begitu menikmati waktu untuk bercerita bersama teman semasa sekolah mereka setelah lama tak bersua, pun hal tersebut juga berlaku bagi Ara. Gadis yang sejak tadi begitu heboh bercerita dengan teman-temannya.

Reuni yang diadakan setahun sekali ini menjadi salah satu kesempatan bagi mereka melepas rindu dan mengikat tali persaudaraan dengan sahabat semasa sekolah, karena setelah berpisah dan memilih jalan masing-masing, mereka nyaris tak bertemu dan fokus pada impian masing-masing. Jadi, Ara bersyukur karena bisa memiliki waktu bertemu bersama mereka.

"Sumpah, sih, Ra lo makin cantik banget! Gak nyangka bisa liat lo sesukses sekarang!" Ara tertawa sedikit meringis setelah mendengar celetukan Sasha barusan. Entah itu pujian atau ejekan.

"Ara yang kita kenal dulu itu si anak Mami yang suka nangis kalo dijailin sama Umar, kalo Ara yang sekarang di kompeten dan pemilik EO terkenal!" Sambar Linda yang duduk diseberang mereka, lagi-lagi Ara hanya tertawa menanggapinya.

Gadis itu mengambil segelas minuman dengan warna merah terang lalu menyesapnya sedikit. "Guys, kita gak pernah tau tentang masa depan. Tapi jangan lupa, lho, kalo ada acara hubungin EO gue, oke?" Balasnya dengan nada gurauan diakhiri mempromosikan usahanya yang sudah digeluti selama 7 tahun terakhir ini.

"Bulan depan anak gue mau ulang tahun, bisa kali ya gue pake EO lo? Harga sahabatlah, boleh dong?" Ara terbahak sembari mengangguk-anggukan kepalanya, tahu bahwa apa yang temannya katakan itu sebuah guyonan namun bukan tidak mungkin juga jika Ara memberi diskon untuk teman-temannya.

"Wih, Bos kita akhirnya datang juga!"

"Selamat datang, Bosquu!"

Pekikan heboh para pria yang duduk dibarisan paling depan membuat Ara mengalihkan perhatiannya karena merasa penasaran. Dia menyelipkan rambutnya yang menutup jarak pandang sampai akhirnya matanya menangkap figur seorang pria berpakaian serba hitam, yang baru saja datang dan berpelukan bersama temannya. Kedua kelopak mata Ara melebar seketika.

"Eh, itu si Yardan, 'kan?"

"Gila si Yardan makin mateng makin cakep, ya?"

"Ara itu si Yardan yang dulu suka ngejar lo?"

Semua pertanyaan tersebut berseliweran ditelinga Ara namun tidak ada satupun yang ditanggapi olehnya, karena Ara masih fokus pada apa yang dia lihat oleh matanya.

Yardan. Lelaki yang dulu sering sekali memberikan surat cinta padanya, memberikan bunga dan juga mengganggunya setiap hari. Lelaki yang menembak Ara sebanyak tiga kali dan sebanyak itu pula Ara menolaknya. Yardan Dirgayasa, benarkah itu dia?

Tubuh Ara seketika menegang kala pandangan mereka bertemu. Darahnya seolah mendidih ketika pria itu melemparkan senyuman devil yang tak asing dimatanya.

"Iya, dia Yardan."

_________________________________________

"Stop ngikutin gue!"

Kedua kaki Yardan seketika terhenti setelah Ara menyentaknya. Reaksinya tidak nampak terkejut ataupun tersinggung karena wanita itu secara tidak langsung mengusirnya ---untuk yang kesekian kalinya.

Kedua bola mata Ara nampak memerah dan berkaca-kaca, bibirnya bergetar selaras dengan perasaannya saat ini. Make up cantik yang Ara kenakan tak cukup kuat untuk menutupi kesedihan yang terpancar disana. Gadis itu sedang patah hati.

"Kenapa? Lo bahkan gak mau liat muka gue setelah lebih dari sepuluh tahun berlalu? Seenggak suka itu lo sama gue?" Tanya Yardan beruntun, mengabaikan apa yang sedang Ara rasakan saat ini.

Kedua tangan Ara mengepal dengan kuat, tatapannya berubah tajam. "Kenapa lo gak ngerti juga? Gue gak mau ketemu sama siapapun untuk sekarang, jadi jangan ikutin gue lagi!"

"Lo sedih karena Reno nikah sama Salsa?" Pertanyaan kali ini sukses membungkam mulut Ara. Yardan menarik senyuman miringnya. "Lo sakit hati? Karena tau cowok yang lo suka nikah sama sepupu lo sendiri. Ngerasa kalo dunia ini gak adil, gitu kan?" Rahang Ara mengetat.

"Lo ... jahat!" Desisnya.

Yardan mengangguk tak mengelak. "Iya, gue jahat dan akan selalu terlihat jahat dimata lo. Tapi apakah lo masih belum paham kalo lo gak bisa menilai seseorang dari penampilannya? Karena faktanya cowok yang lo anggap baik-baik kaya Reno, justru manfaatin lo demi bisa mendapatkan apa yang dia mau." Setitik air mata berhasil mengalir begitu saja dipipi kemerahan Ara. Hatinya serasa diremas dengan sangat kuat.

"Lo gak bisa kayak gitu, Ra. Lo harus ubah pandangan lo kalo lo gak mau terus ketipu."

"Gue gak ketipu siapapun! Salsa yang udah rebut Reno dari gue---"

"Reno cinta sama Salsa, dan itu kenyataannya!"

_________________________________________

Hallo ... aku kembali dengan prolog baru hehe. Semoga kalian suka dan gak bosen yaa sama genrenya yg itu-itu aja, tapi aku harap kalian tetep mau support lapak ini.
Sampai jumpa di part pertama!


Sukabumi, 11 Juli 2023

TOUCH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang