Touch - Bagian 24

10.8K 735 29
                                    

Orang tua bilang, katanya disaat hubungan memasuki jenjang keseriusan maka cobaan akan mulai datang untuk menguji seberapa kuat ketahanan hati mereka dalam menghadapi godaan sebelum pernikahan. Dan nampaknya Lucy menjadi salah satu cobaan dalam hubungan yang harus Ara cobain.

Demi apapun Lucy benar-benar menyebalkan dan Ara sangat tidak menyukainya terlepas dia adalah teman kekasihnya sendiri. Setelah mengganggu waktunya bersama Aruna dengan mencuri perhatian gadis kecil itu, ternyata Lucy juga berniat mengalihkan perhatian Yardan darinya. Seolah tidak tahu malu, Lucy ikut bersama mereka untuk mengurus beberapa persiapan awal pernikahan.

Iya, Lucy ikut dan mengecoh mereka semua. Benar-benar handal sampai rasanya Ara ingin sekali menarik leher wanita itu sampai putus.

Dari awal Ara sudah keberatan kalau Lucy ikut mengingat mereka bukan ingin jalan-jalan atau main, tapi mengurus hal penting. Tapi Lucy memaksa dan membuat Yardan tidak bisa menolak, tak berhenti sampai disana Lucy juga mengambil alih kursi didepan sehingga Ara harus duduk dibelakang bersama Aruna. Katanya dia suka mual kalau duduk dikursi belakang.

Kalau suka mabukan, ya, sedari awal harusnya Lucy tidak udah ikut. Merepotkan saja! Dumal Ara dalam hati.

"Kamu inget gak sama piano mainan yang dulu kamu buat aku, Dan? Ternyata itu masih ada tau, disimpen sama Mama aku dan kemarin ketemu. Rasanya langsung nostalgia ke masa remaja kita, kangen banget!" Yardan yang tengah menyetir hanya tersenyum dan menatap mirror depan, dimana dia sedari tadi memerhatikan Ara dibelakang.

Wanita itu terlihat asyik bercengkrama dengan Aruna, sesekali tertawa kecil saat menggoda keponakannya. Yardan merasa bersalah karena harus menempatkan Ara pada situasi yang membuat kekasihnya tidak nyaman, kalau Lucy tidak keras kepala sudah pasti perjalanan mereka akan sangat menyenangkan hari ini.

Lucy disampingnya terus mengoceh meskipun Yardan tidak mendengarkan semua perkataannya. ".... terus nanti aku ganti, deh, baterainya. Kayaknya bakalan bagus lagi." Lucy menolehkan kepalanya dan menatap Yardan yang sedari tadi hanya diam, ternyata sedang melirik ke atas mirror. Wajahnya merengut seketika.

"Aku denger katanya Ara punya EO, ya?"

Senyuman diwajah Ara perlahan meluntur ketika mendengar pertanyaan Lucy sekarang tertuju padanya. Dia menghela napas dan tersenyum pada Aruna yang sedari tadi menatap kearahnya.

"Iya, nih." Dia menjawab meski enggan.

Lucy ber-oh ria lalu menarik senyuman simpul. "Kenapa nikahnya gak pake EO sendiri aja? Bukannya lebih hemat dan gampang, ya? Jadi gak perlu jauh-jauh cari EO orang. Menurut aku lebih praktis aja," lanjutnya sembari melirik Yardan yang akhirnya melihat ke arahnya.

Ara menarik sudut atas bibirnya dan menatap kepala Lucy dari belakang. "Itu hari pernikahan saya sama Yardan, otomatis kru saya juga saya undang dong sebagai tamu. Saya gak mau membuat mereka bekerja dihari bahagia saya. Selain itu ... mau dimanapun kami nyewa EO, itu gak akan membuat rugi siapapun, kok." Jawaban bernada sinis tersebut membuat Lucy mengepalkan kedua tangannya, sedangkan Ara kini mendelik.

Bilang saja cemburu, muka dua! Batinnya.

"Lucy, tadi Papamu kasih tau saya katanya siang nanti kamu harus ketemu koleganya di rumah." Pria itu mencoba mengalihkan pembicaraan sebelum suasana diantara mereka semakin panas, selain itu dia juga tidak mau membuat Ara lebih lama berada satu ruangan dengan Lucy.

"Oh, ya?" Wanita itu menatap Yardan keliru.

"Liat aja kalo gak percaya." Lucy menghembuskan napas dan menyandarkan kepalanya pada kursi. Papanya merusak rencananya.

Ara mengulum senyuman, mengabaikan Lucy dia kembali mengajak Aruna untuk mengobrol. Jelas itu lebih menyenangkan dibanding berbicara dengan Lucy yang membuat emosinya tersulut.

TOUCH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang