❥・•
Kini, tibalah waktu dimana Chanhee harus pulang. Jujur, begitu berat rasanya berpisah dengan sosok yg ia kagumi tersebut. Bahkan entah mengapa, Chanhee sampai menangisi perpisahan itu.
"Kita udah tukeran nomer telepon kan? Jadi kita masih bisa komunikasi terus abis ini. Ga ada yg perlu dikhawatirkan ya cantik. Jangan nangis.. sedih aku liatnya." Ujar lelaki tersebut dengan nada yg menenangkan.
"Kita masih bisa ketemu lagi kan kak?" Tanya Chanhee sembari mengusap kedua matanya yg basah dan membengkak merah.
"Tentu. Nanti biar gantian aku yg ngunjungin kamu kesana. Jadi jangan sedih ya?"
"Janji?"
"Iya aku janji.. udah ya? Sekarang kamu harus pulang sebelum ayah kamu marah marah lagi." Jawab lelaki tersebut diiringi dengan sebuah kecupan singkat di bibir Chanhee, yg kemudian membuat wajah Chanhee merona kemerahan dengan secercah senyuman.
"Nanti kalo udah sampe Korea kabari aku ya?" Pungkasnya sembari memeluk Chanhee untuk yg terakhir kali. Tentu saja Chanhee membalasnya dengan senang hati. Tak peduli pada ponselnya yg terus berdering. Puluhan notifikasi pesan dan telepon yg tak terjawab menumpuk disana, berasal dari Younghoon yg sedang bersemangat karna yg terkasih akan kembali pulang. Tanpa ia ketahui bahwa nantinya, Chanhee tak kan lagi sama seperti yg sebelumnya.
Belasan jam berlalu tanpa terasa karna pikiran Chanhee terus terpaku pada sosok lelaki yg belum lama ia kenal tersebut. Kakinya melangkah gontai mengikuti kemana sang ayah pergi. Tak lagi peduli dengan sekitar.
Rasanya seperti dejavu, yg mengingatkannya akan bagaimana rasanya ketika pertama kali bertemu dengan Younghoon dahulu. Apakah ia sedang jatuh cinta? Entahlah, Chanhee sendiri pun tak mengerti.
Hingga tanpa disadari, kini kakinya telah kembali menginjak tanah kelahirannya.
Sebenarnya, ada orang kepercayaan sang ayah yg menjemput di bandara, namun Chanhee menolak untuk pulang bersama. Ia sedang ingin sendiri.
Setelah menitipkan barang bawaannya di mobil yg ditumpangi oleh sang ayah, Chanhee mulai melangkahkan kaki menyusuri jalanan kota sendirian tak tentu arah.
Chanhee sedang membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Merenungkan banyak hal tentang sesuatu yg tak masuk akal, hingga membuat hati dan pikirannya porak poranda seperti orang yg tak mempunyai arah dan tujuan.
Pertama, bertemu dengan dua orang yg begitu mirip namun tak mempunyai hubungan darah, bahkan tak saling mengenal saja sudah tak masuk akal baginya. Kedua, kini ia malah meragukan perasaannya sendiri pada Younghoon, orang yg selama beberapa tahun terakhir mengisi singgasana dihatinya. Chanhee benar benar kacau dibuatnya.
Beberapa saat kemudian, Chanhee memutuskan untuk bersantai disebuah taman yg tak terlalu ramai. Menikmati udara sore yg hangat dengan hiruk pikuk jalanan di jam jam padat.
Sampai pada akhirnya ia dikejutkan oleh kemunculan Younghoon yg tiba tiba saja duduk disampingnya sembari merangkul pundaknya.
"Lagi ngapain disini? Bukannya pulang malah kelayapan. Lagian, udah berapa kali aku bilang jangan suka keluar sendirian? Ga paham paham nih anak kecil. Nanti kamu diculik orang gimana?"
Chanhee merotasikan kedua matanya malas. Lalu melirik Younghoon sekilas seolah tanpa minat, dan kembali sibuk menatap jalanan di depan sana tanpa bersuara sedikitpun.
"Kok ga dijawab? Mana jutek gitu. Kamu lagi sakit gigi kah? Terus juga kenapa ga langsung pulang kerumah? Aku nungguin tau.. kamu ga kangen sama aku emangnya? Padahal beberapa hari terakhir kamu asik sendiri disana sampe akunya dicuekin. Eh, asal kamu tau ya, aku udah mau mati rasanya nahan kangen sambil belingsatan kaya orang kesurupan tiap kali ngehubungin kamu tapi ga ada-
"Ck, diem. Bawel banget heran.." sela Chanhee.
"Kamu kenapa sih by?"
"Gapapa. Lagi pengen me time aja. Kamu tuh ganggu tau gak?!"
"Kok gitu? Padahal aku kangen banget.. yuk pulang yukkk.." pinta Younghoon dengan wajah memelas. Namun Chanhee justru merasa jengah karenanya.
Lalu, Chanhee pun beranjak dari tempatnya duduk dan kembali melangkah tak tentu arah menyusuri trotoar. Sementara Younghoon hanya dapat membuntuti di belakang kemana Chanhee akan pergi dengan mengendarai motornya pelan, dan kepala yg penuh tanda tanya akan sikap Chanhee yg tak biasa. Pasalnya, sebelum ini Chanhee tak pernah sekalipun mengabaikan eksistensinya bagaimanapun keadaannya. Bahkan, ia adalah orang pertama yg selalu dicari oleh Chanhee saat terjadi sesuatu, dan orang pertama pula yg mengetahui segala macam masalah yg Chanhee miliki. Tapi sekarang apa? Kenapa jadi seperti ini? Pikirnya saat itu.
Sejak hari itu, Younghoon berusaha untuk mencari dimana letak kesalahannya, namun selalu berakhir gagal. Dan ketika ia bertanya pada Chanhee, yg menjadi alasan selalu sikap posesifnya selama ini yg tak pernah membiarkan Chanhee hidup bebas padahal ia telah dewasa. Maka, Younghoon pun menerima alasan tersebut dengan lapang dada dan berusaha merubah sikapnya agar Chanhee merasa nyaman. Namun yg terjadi adalah, hubungan keduanya semakin merenggang, padahal kini keduanya berkuliah di tempat yg sama dan pastinya sering bertemu.
Chanhee semakin menjauh seolah tak dapat diraih, walaupun keduanya masih berada dalam sebuah ikatan cinta.
Jelas saja hati Younghoon sakit dibuatnya. Karna ia telah jatuh terlalu dalam sejak pertama kali mengenal Chanhee.
Bagai memakan buah simalakama, dua pilihan yg Younghoon miliki sama sama tak ada enaknya. Maju salah, mundurpun salah. Namun, karna tak ingin memperkeruh suasana, untuk sementara waktu Younghoon menuruti apa yg Chanhee inginkan walaupun harus menahan perih.
Tanpa Younghoon sadari, semakin lama ia semakin terbiasa dengan situasi tersebut, karna Chanhee sendirilah yg membuat Younghoon terbiasa sendiri.
Sementara itu, Chanhee masih sibuk bersama 'Younghoon'nya dengan versi yg lain.
❥・•