❥・•
Pagi itu, Younghoon melangkahkan kakinya riang seolah tanpa beban. Menyusuri jalanan yg mengarah ke rumah putih favoritnya dengan senyum terkembang.
Dan senyuman itu semakin melebar kala ia sampai di tempat tujuan.
Tepat di depan pagar kayu usang yg mengelilingi bangunan tersebut, Younghoon melihat Chanhee yg sedang duduk sendirian diteras dengan wajah yg sedih. Namun, sesaat kemudian senyum hangat ikut terukir disana saat melihat kehadiran Younghoon di depan matanya.
"Aku pikir kakak gabakal balik kesini lagi. Aku nungguin kakak disini sejak seminggu yg lalu, sejak pertama kali kakak dateng.." ujar Chanhee lirih dengan mata berkaca kaca saat Younghoon mulai mendekat.
Lalu, saat tubuhnya direngkuh oleh Younghoon dan didekap erat, air matanya tumpah begitu saja. Mengalir deras dengan perasaan yg tak bisa dijelaskan.
Ada rindu, ada sedih, ada haru, ada bahagia, ada pilu, dan ada lega, ada sendu. Entahlah, perasaan Chanhee bercampur aduk tak menentu. Tapi candunya pelukan itu membuat indah apa yg telah layu.
Setelahnya, Younghoon mengangkat tubuh Chanhee ala bridal untuk dibawa masuk. Kini dimatanya, kondisi rumah tersebut masih sama seperti yg dulu, saat ia masih mengarungi bahtera rumah tangga dengan Chanhee, satu satunya orang yg sangat ia cintai. Bahkan jiwanyapun menolak untuk melupakan yg dicinta bahkan setelah bereinkarnasi, dan membawa langkahnya kembali ke rumah itu.
Benar, Younghoon yg sekarang adalah raga dengan jiwa yg telah berproses setelah kematian. Dan kini ia telah mengingat semua kisah di kehidupan masa lalunya.
Bagaimana bisa? Karna yg saat ini menemui Chanhee tak lagi ber-raga.
"Akhirnya setelah hampir seratus tahun lamanya, aku bisa ketemu kakak lagi.. aku ga sendirian lagi.. aku ga kesepian lagi.." ujar Chanhee dengan isakan yg teredam akibat pelukan suaminya yg semakin mengerat.
Tak ada yg lebih membahagiakan daripada menghabiskan waktu di kamar utama rumah tersebut seperti dahulu kala.
"Aku juga. Aku kangen banget sama kamu. Dan aku gamau ngambil resiko buat kehilangan kamu pas bereinkarnasi lagi nanti. Siapa yg bisa ngejamin aku bakalan inget sama kamu lagi apa engga dikehidupan yg selanjutnya? Yakan?"
"Kakak tau, pas kakak sakit parah dan orangtua kakak ngajakin berobat ke luar negeri waktu itu, aku terus terusan nungguin kakak disini. Walaupun nyatanya abis itu aku gapernah dapet kabar apapun soal kakak karna orangtua kakak mikirnya aku ga becus ngurus suami dan bikin kakak sakit sakitan. Aku nungguin kakak siang malem ga kenal lelah, sampe suatu hari aku ga sadar kalo aku udah mati. Makanya aku gabisa berproses. Karna urusanku di dunia belum selesai, kematianku juga ga wajar. Dan aku nungguin kakak sampe detik ini.."
"Maaf.. aku juga gatau kalo bakal kaya gitu kejadiannya. Tapi kayanya kita emang ditakdirin buat bersama, soalnya abis reinkarnasi, aku otomatis inget apa yg terjadi dulu. Aku inget semua tentang kita. Jadi aku pikir, sekarang lah saatnya aku yg berkorban. Jadi, aku ngambil jalan ini, biar kita gabisa pisah lagi. Maaf, karna udah bikin kamu nunggu lama, sayang.."
"Tapi kasian orangtua kakak.."
"Emang kaya gitu kan siklus hidup manusia? Semuanya dateng dan pergi sesuka hati. Toh dikehidupan yg selanjutnya mereka belum tentu jadi orangtuaku lagi. Udah gapapa, nanti juga lupa."
"Jadi, sekarang udah ga ada lagi hal hal duniawi yg bisa ngeganggu hubungan kita ya kak?"
"Iya, kita bakal barengan terus selamanya, sayang.. kamu ga akan kesepian lagi.. dan aku ga akan ninggalin kamu lagi."
Saat sedang asik melepas rindu sembari saling berpelukan erat diatas ranjang, kesyahduan suasana haru tersebut terusik oleh sebuah suara isakan yg datang dari luar ruangan.
"Orangtua kamu kesini kak."
Dan benar saja, diruang tamu Younghoon melihat kedua orangtuanya duduk bersimpuh dilantai dengan tangis yg tak terbendung. Ditangan mereka, terlihat setangkai mawar putih yg telah sedikit layu dan kemudian di letakkan di lantai.
"Younghoon, mama gatau kamu sekarang ada dimana, tapi gatau kenapa kaki mama ngajakin buat kesini. Kalo kamu liat mama, tolong maafin semua kesalahan mama.. maafin sikap mama yg kurang tegas ngebela kamu dan bikin kamu menderita sampe sampe kamu milih buat pergi buat selamanya, pergi ninggalin mama disini sendirian. Maaf Younghoon.. maaf.."
"Younghoon, papa emang bukan orang yg baik, harusnya sebagai kepala keluarga, papa bisa lebih bijak dalam memberi contoh dan mengayomi keluarga kecil kita ini. Harusnya papa nyari tau lebih dalam lagi sama apa yg terjadi pada diri kamu, bukannya malah skeptis sama hal hal diluar nalar manusia. Tapi semuanya udah terlambat. Kamu lebih milih buat pergi jauh. Younghoon, tolong maafin orangtua kamu yg ga becus ngedidik dan ngejagain anak ini.."
"Jiwa yg ngisi raga anak kalian itu merupakan bentuk reinkarnasi dari jiwa yg pernah hidup dimasa lampau.. dan disinilah asalku.. cintaku juga nungguin disini sejak kematianku yg terdahulu. Tolong ikhlasin.. aku bahagia ada disini dengan kondisiku yg sekarang. Pergi.. lanjutin hidup kalian dengan baik, karna sejatinya apa yg bersifat duniawi itu hanya sementara. Dan terimakasih karna telah menjadi bagian dari kehidupan terakhirku. Maaf, aku harus ngambil jalan yg ga baik ini karna aku gamau berproses lagi. Aku pengen hidup disini sama Chanhee." Bisik Younghoon lembut di telinga kedua orangtuanya, sebelum pada akhirnya lenyap begitu saja bersama Chanhee. Entah kemana..
Sebelumnya..
❥・•
Selesai.
See you in the next chapter..
Di universe yg berbeda juga tentunya.— nad.