❥・•
"Dek bangun.. udah siang.. dek? CHOI CHANHEE!!"
"Hng??? Naganya mana bun?"
"Gini nih anak perjaka kalo bangun kesiangan. Ngelantur jadinya."
"Naganya udah sembuh kan bun? Kasian dia lagi sakit.."
"Mending kamu buruan mandi deh. Biar sadar. Apaan bangun bangun nanyain naga? Sejak kapan kita pelihara naga?"
"Ih bunda, aku punya temen naga lucu tau!"
"Naga itu cuma mitos ya adek keciiillllll.. kamu stress kah abis ujian akhir? Mau liburan? Nanti bunda obrolin sama ayah dulu ya? Sekarang mending kamu mandi terus berangkat sekolah. Jangan bahas naga mulu. Kebanyakan nonton netflix kamu tuh."
"Ohh cuma mimpi ternyata.."
"Ya terus kamu pikir??? Kalo naga beneran ada, kaya nya manusia udah lama punah deh dek."
"Kenapa tuh?"
"Apa ga di mam kita sama naga?"
"Emangnya naga jahat? Temen aku baik tuh. Aku diajakin terbang keliling dunia."
"Wahh parah nih anak. Ke psikolog yuk dek? Bunda khawatir deh sama kamu."
"Ishh, padahal aku lagi nyeritain mimpi yg tadi. Tau ah kesel!"
Sejujurnya Chanhee malas pergi ke sekolah, karna tak ada lagi hal yg bisa ia lakukan disana setelah ujian akhir tingkat sekolah atas usai digelar beberapa hari yg lalu.
Yaaa walaupun sebenarnya hari ini adalah pengumuman kelulusan, namun ia bisa meminta tolong pada Changmin atau Kevin, teman sekelasnya, untuk mengecek namanya di dalam daftar kelulusan.
Namun karna Chanhee terus menerus memikirkan mimpinya semalam yg terasa sangat nyata, maka ia putuskan untuk pergi ke sekolah.
Sepertinya benar apa yg dikatakan oleh sang ibu, mungkin ia terlalu sering menghabiskan waktu luangnya setelah lelah bergulat dengan ujian untuk menonton film. Dan fantasi lah yg menjadi genre favoritnya akhir-akhir ini.
Jika biasanya Chanhee pulang pergi ke sekolah menggunakan bus, maka hari ini ia putuskan untuk berjalan kaki. Niatnya ingin menikmati hawa diluar rumah karna ia jarang sekali keluar. Toh ia punya banyak waktu luang.
Remaja berparas manis tersebut melangkah riang menyusuri trotoar sembari berdendang, dengan headset yg bertengger dikedua telinganya, menyalurkan suara musik dari ponselnya yg berada disaku.
Namun karna kurang hati-hati, kakinya tersandung batu dan mungkin saja wajah cantiknya itu akan terluka saat beradu dengan permukaan trotoar yg kasar jika tak ada sebuah lengan besar yg melingkar dari arah belakang, dan menahan tubuhnya agar tak terjatuh.
Setelah ia menengok kebelakang, yg ia dapati adalah seorang pemuda berparas tampan dengan tinggi yg semampai, berkulit putih pucat dan berbibir semerah darah. Oh, jangan lupakan aura dinginnya yg menguar hebat. Tatapan matanya juga tajam dan garis wajahnya tegas. Auranya sangat mendominasi hingga membuat Chanhee menciut dan sedikit gemetar.