15✈️{P,MM!}

300 37 13
                                    

Walcome and Happy Reading

🛫📍🛬

🛫📍🛬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🛫📍🛬

Karena terlalu lelah setelah mencari keberadaan makam Hyuga Hikari, Hinata yang merasa sedih Nn sendu juga malas memasak, tak ada pilihan lain buat mereka untuk beli makanan cepat saji malam ini.

Kini Naruto dan Hinata sudah sampai dan mereka tengah duduk di meja makan dengan hidangan yang ada. Pria itu menatap sejenak ke arah Hinata yang masih memainkan makanan miliknya sambil melamun. Jujur saja, memang hubungan keduanya tak seakur pasangan lainnya, tapi percayalah kepada duo yang masih memiliki hati baik masing-masing.

"Jangan terlalu di pikir. Aku akan menyuruh orang mencarinya." Naruto mencoba mencairkan suasana hati buruk Hinata sambil mengutak-atik makanan miliknya agar menghilangkan rasa canggungnya sendiri.

Hinata menatap Naruto yang masih sibuk melahap. "Bukan itu." Balasan Hinata membuka Naruto penasaran sehingga kini keduanya saling memandang.

"Ucapanmu... Apakah ibuku memiliki nama lain?" seharusnya Hinata tak boleh menanyakan hal seperti itu, itu sama saja mencurigai sang ibu. Naruto memandang nya sejenak, lalu balik menunduk dan melahap makanannya. "Mungkin." Jawab Naruto-- bukan maksud Naruto menjadi kompor, cuman hal seperti itu juga biasa terjadi di kalangan masyarakat. Apalagi di Jepang juga sama, mengganti identitas supaya orang lain dan keluarga mengira mereka meninggal padahal tidak. Itu sudah biasa terjadi, dan Hinata juga sudah besar dan pasti tahu.

"Lupakan dulu. Setelah pernikahan kita usai, kau mau berbuat apa?" dan itu berhasil, Hinata akhirnya melahap makanannya, ekspresi nya juga sudah kembali seperti biasanya.

"Entah."

"Boleh aku sarankan?"

"Apa?" pandangan keduanya kembali terjadi.

"Bukalah sebuah restoran! Masakan mu cukup enak untuk restoran bintang lima." Puji Naruto tidak berbohong. Hinata sedikit tersenyum malu mendapatkan sebuah pujian pertama kalinya dari mulut seseorang pria.

Dengan semangat Hinata menjawab. "Tentu! Aku juga berpikir seperti itu dan untuk itu... Kau akan menjadi juriku!" Naruto terkejut mendengarnya sampai gumpalan makanan masih terkumpul di dalam mulutnya. "Apa?"

"Ya (mengangguk penuh semangat) aku akan membuat sebuah resep baru dan kau yang akan mencicipi pertama kali!"

"Akan ku usahakan. Siapa tahu kau akan meracuniku." Hal itu cukup membuat si wanita mulai kesal, Naruto tak memperdulikannya dan mengabaikan ocehan Hinata, memilih menghabiskan makanannya seolah tuli.

Please, Marry Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang