04✈️{P,MM!}

367 50 11
                                    

(⁠☞⁠^⁠o⁠^⁠)⁠ ⁠☞ Vote and Coment

🛫📍🛬

Masih berada di perusahaan. Terlihat dua orang berbeda gender tengah sama-sama meraih kertas-kertas dokumen di lantai. Beberapa kertas berada di tangan Hinata yang tersenyum kecut saat Naruto menatapnya penuh emosi, meraih kasar kertas yang ada di tangan Hinata hingga memberikan lirikan tak enak pada wanita itu.

"Jadi, kau temannya Ino?" sebuah pertanyaan mulai muncul. Naruto berbalik menatap Hinata setelah menata rapi mejanya. Pria itu duduk di atas meja, sementara Hinata masih berdiri kikuk.

"Iya. Dan aku tidak tahu jika yang di maksud Ino adalah menikah dengan pria seperti mu." Ketus Hinata masih meremas tali tas-nya. "Apa? Apa maksudnya seperti aku?" balas tak terima si pirang. Terkejut akan respon Naruto karena ucapannya barusan, Hinata langsung menggeleng cepat.

"Dengar Nona! Masih banyak wanita di sini, aku bisa menikahi mereka, kecuali kau." Sambil menunjuk tajam tepat di hadapan Hinata yang juga mulai emosi. Wanita itu tersenyum mengejek. "Cih, jika benar bisa-- kenapa kau masih jomblo tua?!! Upss, maaf!" ejek Hinata. Sebisa mungkin Naruto menahan hingga membuatnya rahangnya mulai mengeras.

Kini dalam lubuk hati, Naruto benar-benar ingin melahap kepala Ino rasanya.

"Baik! Lagipula, kau juga yang membutuhkanku!" pria itu mulai berjalan ke arah sofa panjang warna abu-abu, duduk bersilang kaki serta meletakkan tangan kanannya di punggung sofa, sementara tangan kirinya berada di pahanya. Seakan puas mengancam wanita itu, Naruto lupa akan dirinya yang tak mau menikah.

Sedangkan Hinata mendengar ucapan tersebut langsung membulatkan matanya. 'Aku membutuhkan uang! Tapi aku tidak mau dengan pria itu--- tapi aku membutuhkan uang!' Sedih Hinata dalam hati. Seketika ia berbalik dan ikut duduk di sofa, tersenyum lebar tapi palsu.

"Ah! Lupakan pertengkaran kita. Wajar jika pria menikah di usia tua' kan!!" senyuman Hinata mengerikan membuat Naruto sedikit merinding. Ia tahu wanita itu tengah memanipulasi dirinya.

"Kau membutuhkan seorang istri untuk pergi ke London! Dan aku membutuhkan uang untuk bisa pergi ke sana juga! Kita berdua sama-sama ingin pergi, jadi--- mari kita--- "

"Tidak." Senyuman lebar Hinata hilang saat mendengar suara bariton menyebalkan itu baru saja memotongnya.

"Aku tidak mau menikah dengan wanita seperti mu! Dan iya, jika kau butuh uang untuk pergi ke London... Aku bisa memberikan cash untukmu secara cuma-cuma, jadi untuk apa kita menikah?" wajah Naruto terlihat sombong dan penuh ejekan membuat tangan Hinata sudah terkepal erat.

Bruakkk.! "Kau pikir aku pengemis, huh? Dengar Rubah jelek, kau pria bodoh, menyebalkan dan pedofil! Uang mu banyak tapi sayang, kau bahkan tidak bisa pergi ke sana. CK, kasihan sekali!" Hinata kembali duduk melipat kedua tangannya ke dada sambil berpaling membuang nafas kasar. Mendapatkan cacian pertama kali dalam hidupnya, Naruto benar-benar merasa runtuh harga dirinya.

"Aku lebih kasihan pada wanita malang seperti mu! Aku sangat yakin, kau bahkan tidak bisa menabung dengan baik. Dan jikapun bisa, orang lain akan mencurinya darimu!" Hinata langsung menoleh dengan mulut terbuka membentuk O ketika ucapan itu adalah sebuah kebenaran.

"Apa? Kau wanita menjijikan, sok-sokan minum alkohol padahal sudah tahu jati diri jelek mu. Masuk ke kamar orang, menggodanya dengan nama Kapten Amerika, lalu muntah di sembarang tempat," Tak ada hentinya Naruto mencaci wanita yang saat ini hanya menganga emosi.

Please, Marry Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang