31✈️{P,MM!}

398 41 31
                                    

Don't forget
Vote and Coment ⟵⁠(⁠o⁠_⁠O⁠)

🛫📍🛬

Pakaian sweater warna pink beserta celana krem, apakah cocok untuk di pakai dalam musim salju nan dingin saat ini? Entah, yang pasti saat ini Hinata mengenakannya dengan topi bubble pink melengkapi outfit-nya. Sementara sang uchiha sendiri mengenakan jaket tebal warna hitam serta sarung tangan hitam tanpa topi.

Langkah demi langkah mereka lalui, meninggalkan beberapa jejak kaki di pasir putih tersebut. "Kita mau kemana? Apa tidak apa keluar malam-malam?" Hinata sedikit takut karena suasana malam di tempat itu sangatlah sepi dan jauh dari kata perkotaan.

"Ada kedai bebek di sana, pemilik penginapan bilang bahwa kedai tersebut menjual daging bebek yang sangat lezat!"

"Sungguh!" pria itu mengangguk dan mereka masih berjalan berdampingan menyusuri jalanan yang ada. Sementara dua orang tadi pergi ke kedai, dia pasangan lainnya masih berada di dalam sebuah penginapan kayu, hanya berdua.

Naruto baru saja mengenakan jaket orange miliknya, hatinya merasa tak tenang ketika istrinya belum juga kembali. Pria bersurai pirang tadi masih berdiri di depan pintu dengan tatapan marah. "Kuso!" ia berjalan ke arah dapur, mengambil segelas air putih karena otaknya butuh kedinginan. Namun tiba-tiba, dia pasang tangan melingkari pinggang Naruto, memeluk erat tubuhnya sehingga melekat seperti perangko.

Naruto tahu siapa sosok yang saat ini memeluknya. Ia mulai meletakkan gelasnya dan masih tak bergerak sedikitpun. "Aku kedinginan!" rengek Sakura yang masih menempelkan pipinya di punggung si pirang.

"Kenapa tidak duduk di dekat perapian? Itu akan menghangatkan tubuhmu."

"Tidak mau, aku ingin kehangatan mu!" dengan nada manja penuh godaan. Naruto hanya diam serta bungkam, tangan kirinya sudah memegang tangan Sakura yang ada di depan perutnya.

Sedikit mencengkram nya, Naruto hendak melepaskan pelukan tersebut namun, seolah tahu pergerakan dari sang kekasih, Sakura mempererat lagi sehingga Naruto yang malang mengurungkan kembali niatnya. Ketidakberdayaan Naruto lagi-lagi menguasai dirinya.
.
.
.
.

Sudah 4 jam lebih, Hinata dan Sasuke masih berada di luar dan hujan salju kembali turun dengan deras. Saat ini di dekat perapian, Naruto duduk di sofa panjang sementara Sakura duduk di atas pangkuan Naruto, saling berhadapan namun keduanya berbeda ekspresi. Jika Sakura saat ini tersenyum lebar, maka Naruto masih datar tak berekspresi sama sekali, bahkan dalam pikirannya saat ini hanyalah memikirkan keberadaan istrinya yang masih saja belum kembali.

Selimut menyelimuti tubuh Sakura yang saat ini hanya mengenakan dress tanpa lengan yang sengaja dia pakai. "Sudah ku bilang, berada di pelukan mu lebih hangat! Kau ingat Naruto, dulu saat salju turun di Jepang, kita selalu berpelukan seperti ini!" wanita cantik dengan semburat merah di pipinya itu masih memeluk tubuh kekar kekasihnya, menenggelamkan wajahnya di leher si pirang, menghirup bahkan memberinya kecupan kecil di sana.

Sementara Naruto masih saja diam, sampai kedua tangan Sakura mulai meraih kedua tangan si pirang dan meletakkannya di pinggang rampingnya. "Aku sangat mencintai mu!" Sakura mengalungkan kedua tangannya di leher Naruto, mendekatkan wajahnya sehingga ia bisa merasakan nafas panas Naruto. Sedikit lagi bibir mereka akan bertemu. "Hentikan Sakura." Naruto berpaling menghindari aksi ciuman yang hampir saja terjadi.

Mendapati sebuah penolakan pertama kali dari mulut Naruto, membuat Sakura terkejut. "Ada apa?" tanyanya gugup serta takut.

Naruto balik menatapnya lagi dengan wajah sendu. "Ini tidak benar. Aku-- "

Please, Marry Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang