41✈️{P,MM!}

460 46 11
                                    

Don't forget
Vote and Coment ⟵⁠(⁠๑⁠¯⁠◡⁠¯⁠๑⁠)

🛫📍🛬

Di pagi hari tepatnya hari weekend. Akhir-akhir ini Hinata tidaklah seceria dulu, bahkan kakak, bibi serta ibunya ikut khawatir dengan tingkah Hinata.

Berada di dapur, Hanabi dan ibunya sibuk menyiapkan sarapan, sementara bibi Kurenai berada di meja makan bersama Neji-- yang merupakan anak Hikari dari pria lain. Ya, anak itu tidaklah nakal, melainkan lebih diam dan bersikap dewasa, membuat bibi Kurenai betah menemaninya.

"Ingin ku sobek saja mulut mereka. Mereka bisanya bicara tanpa berpikir, cih dasar!" geram Hanabi sambil memotong sayuran. Sebagai seorang kakak jelas saja dia marah ketika sang adik mendapat hinaan dan gosip dari mulut para tetangga mengenai Hinata adalah wanita murahan, wanita miskin sehingga wajarlah menikahi cucu Uzumaki demi harta, tidak tahu malu dan lain sebagainya.

Hanabi sendiri sudah pernah menggertak tetangganya, tapi... Namanya juga kecanduan julid!

Hikari menghela nafas berat, dia merasa bersalah sekali pada Hinata. "Aku harap Hinata tidak terlalu memikirkan ucapan orang-orang." Lirih Hikari sambil mencuci peralatan dapur. Sementara bibi Kurenai yang mendengarnya hanya menatap sendu, dia sendiri juga tahu sikap Hinata dulu dan sekarang...

"Apa pria itu bersikap kasar kepada Hinata?" tanya ibunya kepada Hanabi.

"Aku tidak tahu. Hinata tidak pernah menceritakan tentang hubungan mereka, tapi dia pernah bilang bahwa Naruto pria yang baik! Bahkan membuatnya jatuh cinta." Jelas Hanabi melanjutkan memotongnya.

Hikari senang ketika putrinya memiliki seseorang di hatinya, tapi keadaan lah yang tidak mendukung.

"Dia--" Cklekk! Hendak berbicara, seketika Hikari langsung diam, dan ketiga wanita di sana menatap ke arah Hinata yang baru saja keluar kamar dengan berpakaian rapi dan berwajah malas.

Merasa mendapatkan tatapan membuat Hinata bingung lalu berjalan ke arah dapur. "Aku akan pergi." Keputusan Hinata berhasil membuat ibu, kakak dan bibinya terkejut.

"Kau mau pergi kemana?" tanya khawatir terdengar dari suara Hanabi. Tak ingin membuat khawatir keluarganya, Hinata mulai tersenyum tipis. "Aku hanya akan pergi ke Nagoya. Aku mau mencari toko kecil untuk rumah makan ku nanti." Jelas Hinata.

"Apa? Kenapa harus ke Nagoya? Kau bisa mencari di Tokyo, ada banyak toko yang di jual dan sewa." Hanabi tak ingin Hinata berlama-lama di luar sana, dia tidak ingin adiknya terlalu mendengar banyak gosip tentangnya.

Seketika Hikari memegang pundak Hanabi untuk bersikap tenang, memberi anggukan kecil kepada putri pertamanya itu. "Ibu tahu kau ingin menjauh darinya, tapi ibu akan mendukung usahamu! Pergilah, dan selalu waspada di luar sana." Tidak ada alasan lagi untuk membenci ibunya, dia hanya membalas dengan senyuman.

Dan jika kalian tanya, darimana Hinata mendapatkan uang untuk tokonya nanti? Maka jawabannya adalah black Card Naruto. Saat di London, Hinata selalu membawa kartu berisikan uang, dan hal itu tidak di sia-siakan olehnya, dia menarik beberapa uang di kartu tersebut untuk dia tabung di wadah bekas Ice cream! Hinata sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa dia akan mengembalikan uang Naruto setelah berhasil membuka rumah makan. Toh Naruto juga tidak masalah meski dia sadar bahwa isi Black Card nya menipis karena istrinya.

Please, Marry Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang