Chapter 07

1.9K 318 11
                                    

Blue Lock Fanfiction

•••♧•••

"[Name] kau telat juga, ya."

[Name] menutup matanya menahan sakit sembari mengelus pantatnya yang lagi dan lagi mendarat ke tanah. Ia tidak memperdulikan lelaki bermarga Bachira yang membuatnya terjatuh itu. Pantatnya kebas untuk kedua kalinya dalam waktu yang berdekatan. Sedangkan Bachira melihat tembok tinggi didepannya.

"Woah, tinggi juga ya temboknya," katanya sembari menyentuh tembok itu dengan telapak tangan.

"Iya ya, tinggi sekali," ucap [Name] sarkastik sembari tersenyum manis.

Hei, Bachira, kau baru saja membuat anak orang terjatuh loh. Tapi kemana rasa peduli mu itu?

[Name] menghela nafas panjang, lalu berusaha bangkit berdiri. Sebelah tangan [Name] sibuk mengelus pantatnya dan sebelahnya lagi menyentuh tembok untuk menyeimbangi tubuhnya yang sudah lelah. Sudah banyak bulir keringat yang jatuh dari pelipis dan punggung [Name] hingga membuat baju seragamnya basah.

"Mau membantuku menaikinya? Setelah itu aku akan membantumu dari atas, bagaimana?" Tawar [Name] pada Bachira. Ia menawarkan win-win solution untuk mereka berdua.

Selagi ada Bachira disini, ia bisa menawarkan itu untuk mereka. [Name] merasa kalau ia tidak bisa naik jika sendirian memanjat tembok itu. Bahkan tembok itu hampir setara dengan tiga kali lipat tubuhnya. Apalah daya [Name] yang hanya memiliki tinggi 156 cm ini. Sangat cebol untuk seukuran teman-teman sekelasnya.

Bachira mengusap ujung dagunya seraya berpikir kemudian mengangguk menyetujui penawaran [Name] yang patut dicoba. "Okei, kau boleh pijak kaki ku kalau begitu." Lelaki itu melepaskan tas sandangnya lalu melemparnya ke tanah dan mengambil posisi supaya kakinya bisa dipijaki oleh [Name].

"Hanya sekali coba, ya. Kalau gagal kau akan ku tinggal disini," kata Bachira terdengar seperti ancaman bagi [Name].

Apa dia baru saja membalasku?

"—bercanda."

Reflek [Name] memukul lengan Bachira lantaran kesal. Jantungnya berhenti sejenak mendengar perkataan Bachira yang menyebalkan untuk didengar itu. "Aku hampir saja ingin menginjak wajah mu loh~" ucap [Name].

Tanpa pikir panjang [Name] mengancam Bachira kembali, dan menutup mulutnya cepat setelah sadar dengan apa yang baru saja diucapkannya. Bola matanya berputar kesana kemari melihat keadaan dan menghela nafas pelan setelah tahu kini sedang aman. Hahh, syukurlah.

"[Name]-chan," panggil Bachira, dibalas gadis itu dengan dehaman.

"—ada satu hal yang selalu membuatku penasaran. Ada apa denganmu? Apa ada seseorang yang mengganggumu? Kau tampak aneh akhir-akhir ini, seperti sedang ketakutan," jelas Bachira akhirnya. Rasa penasarannya selalu membuncah setiap melihat gerak-gerik [Name] yang aneh. Tidak hanya saat bersamanya, terkadang saat sendirian [Name] terlalu waspada terhadap sekitarnya.

"Apa ada yang bisa kubantu? Aku bisa membantumu untuk menghancurkan orang itu kalau kau mau." Bachira menawarkan dirinya sembari tersenyum lebar membuat tubuh [Name] seketika merinding melihat lelaki itu.

"A-apa sih? Tidak ada yang seperti itu kok. Hahaha." [Name] memaksakan tawanya untuk mengalihkan obrolan mengenai dirinya itu.

Sial, apa terlalu kentara sikapnya selama ini? Ck, tapi mau bagaimana lagi, ia sudah terdoktrin oleh banyaknya tokoh sinting, gila, miring didalam novel ini. Setidaknya ia harus waspada dan berhati-hati jika kedapatan menginjak ranjau.

"Aku akan melompat, tahan kakimu dengan kuat." Buru-buru [Name] mengalihkan pembicaraan agar Bachira tidak lagi membahas masalah itu. Bachira yang niatnya ingin mengatakan sesuatu, kembali menutup mulut.

Into The New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang