Chapter 14

1.5K 232 17
                                    

Blue Lock Fanfiction

♣︎

Warn: Part khusus Erika, yang mau lompat chapter, silahkan langsung ke chapter selanjutnya.

•••♧•••

Bolehkah Erika mengutuk kedua orang tuanya saat ini?

Akhir pekan yang seharusnya dilalui dengan menyenangkan, berubah menjadi sangat menyedihkan. Pagi sekali ibunya membangunkannya untuk mempersiapkan diri. Malam nanti akan ada pertemuan penting katanya. Siapa yang akan mereka temui emangnya? Utusan negara? Perdana Menteri? Atau Kaisar dinegara ini?

Ia tidak diperbolehkan sarapan dan hanya diberi air. Makan siang diberi roti dan yoghurt. Bukankah ini pembunuhan berencana namanya? Ingin rasanya Erika membalikkan meja makan dan menyuruh pelayan dirumahnya untuk memberikan makanan yang layak.

Tidak selamanya menjadi orang kaya enak ternyata. Menyesal ia telah mengatakan 'menjadi orang kaya sangat menyenangkan' ketika memasuki tubuh Furukawa Erika kala itu. Kini jati dirinya dipertaruhkan.

"Nona muda, silahkan pilih gaun yang anda inginkan."

Beberapa gaun cantik berkilauan terpampang dikedua matanya. Pelayan dirumahnya berebut memberitahu gaun yang cocok untuk dipakainya. Namun, bagi Erika gaun itu begitu mencolok hingga mata Erika bisa buta hanya dengan melihatnya. Telunjuk gadis itu menunjuk gaun paling sederhana dari antara semuanya.

"Aku mau yang itu," pinta Erika.

"Baiklah, nona muda."

Tubuh Erika dibaluti oleh gaun yang dipilihnya. Kalung berbandul bulan dipasang sempurna dilehernya. Surai pirangnya diberikan beberapa pernak pernik kilau. Terakhir, wajahnya didandani dengan riasan tipis—ia yang meminta karena tidak suka riasan yang tebal.

"Sudah selesai, nona muda."

Erika menatap takjub wajah rupawan yang berada dicermin. Gila, secantik inikah dia? Jangankan laki-laki, ia yang perempuan saja menyukai wajah ini. Erika memegang pipinya, tekstur kulit yang lembut membelai tangannya. Untuk kali ini Erika ingin mengatakan kalau Itoshi Rin sangat bodoh. Kenapa dengan wajah secantik ini dia bisa tidak menyukainya?!

Tetapi, jika dipikir-pikir begitu mengingat karakter perempuan ini yang gila, bisa dimaklumi lah.

Sangat disayangkan wajah cantik ini, batin Erika menyayangkan wajah rupawan itu.

"Nona muda, anda dipanggil oleh tuan besar."

Erika mengangguk paham. Dengan langkah pelan gadis itu keluar dari kamarnya berjalan menuju tempat ayahnya berada. Kedua mata Erika melihat ayah dan ibunya yang telah siap dengan penampilan mewah mereka.

"Tuan, mobil telah siap."

"Baiklah, ayo kita pergi," titah Tuan Furukawa.

Erika memasuki mobil bewarna hitam tepat dibelakang mobil milik ayah dan ibunya. Kemudian kedua mobil itu berangkat meninggalkan mansion. Disepanjang jalan Erika menatap keluar kaca jendela. Berpikir makan apa bagusnya ia jika sudah sampai nanti.

"Nona muda, kita sudah sampai."

Erika keluar dari mobil. Maniknya menatap restoran ala Jepang didepannya. Seketika pikirannya menjadi-jadi, makanan khas Jepang berseliweran dikepalanya. Gadis itu meneguk ludahnya, perutnya berbunyi lantaran menahan lapar. Aku harus makan banyak setelah menyiksa perut mungilku ini.

Into The New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang