Chapter 21

1.7K 201 14
                                    

Blue Lock Fanfiction

•••♧•••

[Name] keluar dari ruang guru dengan wajah merengut. Sudah konsekuensinya setelah menampar orang lain untuk mendapatkan hukuman. Tetapi, ia sama sekali tidak menyesal setelah melakukan itu. Malahan ia merasa lega dari hati yang paling dalam. Kalau bisa ia ingin sekalian menampar gadis di sampingnya.

"Apa yang dikatakan sensei?" Serobot Erika begitu [Name] keluar dari ruangan.

"Aku mendapatkan hukuman."

Hanya hukuman kecil tidak masalah baginya. Sudah hal yang biasa bukan bila telah melakukan sesuatu yang buruk akan mendapatkan ganjaran. Sekarang mari pikirkan bagaimana cara memusnahkan buku terkutuk milik Harumi.

Sore harinya, ketika semua siswa lainnya bersiap untuk pulang, hanya [Name] yang berjalan menuju gedung olahraga untuk membersihkan gedung tersebut. Kesal? Ya, sudah pasti.

Ia mulai memungut beberapa bola voli yang berserakan. Entah anak-anak klub voli diberitahu akan ada yang datang membersihkan atau bagaimana, kondisi gedung olahraga yang ditinggalkan kini sungguh amat sangat berantakan. Bola yang berserakan, beberapa bungkusan bekas makanan ringan, hingga tumpahan air. Demi Tuhan, ini sungguh kotor.

Helaan nafas keluar dari mulutnya. Umpatan demi umpatan tertahan di ujung lidah. Tampaknya semenjak ia memasuki dunia gila ini, tidak pernah sekalipun ia absen dalam mengumpat. Sudah berapa banyak pula dosanya kalau begitu.

Jika bukan karena gadis gila itu, ia tidak perlu melakukan ini. Semua hal sial yang terjadi padanya pasti ada kaitannya dengan Harumi. Tahu begitu tadi ia sekalian saja menampar Harumi, toh ia bakalan terkena hukuman juga.

"Oh? Kau juga kena hukum ya?"

Sosok manusia yang biasanya ia hindari kini berdiri di ambang pintu ruang perlengkapan. Di sebelah tangannya terdapat pel, dengan mata yang memandang ke arahnya.

"Ya begitulah, seperti yang senpai lihat."

[Name] jadi paham kenapa kakak kelasnya itu tadi berada di ruangan guru. Ternyata karena ini.

Baguslah, pekerjaan ini akan lebih cepat selesai bila dikerjakan berdua. Ia jadi tidak perlu repot membersihkan gedung olahraga yang besar ini sendirian. Melihat seberapa kotornya saja sudah bisa terbayang bagaimana lamanya waktu yang digunakan jika ia sendirian.

"[Name], tolong letakkan ini ke dalam." Suruh Kaiser pada [Name] yang masih memasukkan bola-bola ke dalam keranjang.

Tanpa banyak omong, [Name] segera mengambil pel itu dari tangan Kaiser—pas sekali seluruh bola sudah selesai ia pungut semua. Keranjang berisi bola dan satu tangkai pel, ia masukkan ke dalam ruangan perlengkapan. Sementara Kaiser mulai memungut bungkusan makanan dan memasukkannya ke dalam kantong plastik hitam.

Selesai dengan pekerjaannya, [Name] berbaring sebentar diujung lapangan. Sakit pinggangnya kambuh setelah memungut banyak bola itu. Rupanya bukan hanya jiwa [Name] saja yang pindah, tetapi penyakit pun. Penyakit pinggangnya juga ikutan pindah. Sialan.

Awalnya hanya berniat untuk menutup mata, membuat [Name] benar-benar terlelap di gedung olahraga itu. Beruntungnya sensasi dingin terasa di pipi sebelah kiri yang membuatnya kembali terbangun.

"Jangan tidur di sini, bodoh."

[Name] mengerjapkan mata berulang kali. Wajah bengongnya membuat Kaiser yang melihat tidak tahan untuk tidak tertawa. Butuh waktu sekitar tiga menit untuk gadis itu sadar dengan situasi. Segera mata itu mendelik dengan mulut yang mengeluarkan decakan.

Into The New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang