Chapter 25

228 38 4
                                    

Blue Lock Fanfiction

•••♧•••

"—Aku tidak tahu mengapa, tapi dia selalu menatapku seakan-akan aku kotoran. Bisa kalian bayangkan, bagaimana rasanya? Karena itu, aku kesal padanya—"

"—Hei, kalian mendengarku?"

"... i-iya, kami mendengarmu."

"Pokoknya aku benci padanya. Aku ingin melihat gadis sial itu hancur. Setelah ini aku akan membuat cerita yang baru, kalian tenang saja. Aku akan membuatnya mengemis-ngemis memohon untuk kita. Akan aku perlihatkan bagaimana kerja buku kesayanganku pada kalian."

"... Erika bukan lawan yang pantas untukku."

Setelah suara rekaman itu selesai, lelaki bermanik ocean blue itu menekan tombol off pada Audio Mixer. Matanya melirik lelaki bersurai Dark Green yang tampak merenung di dekat jendela dengan mata yang mengarah ke bawah.

"Semuanya sudah berakhir, jika kau ingin meminta maaf padanya, kau belum terlambat. Mungkin." Kaiser menepuk bahu lelaki itu beberapa kali sebelun melangkahkan kaki keluar klub penyiaran sekolah.

Sesuai perkiraan mereka, sekolah tampak ricuh, lebih dari sebelumnya. Ini tidak separah tuduhan beberapa hari yang lalu, karena ini fakta. Sementara itu, ia mengangkat kedua sudut bibirnya melihat Harumi yang terlihat kalut dan tertekan dari jauh.

Lelaki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan bersiul pelan, lalu berjalan di samping Harumi. Begitu kedua mata mereka bertemu, Kaiser sengaja tersenyum mengejek ke arahnya dan berlalu tanpa melihat reaksi gadis itu.

"Menyenangkan juga." Ucapnya.

Sedangkan di luar sekolah, Erika terlihat terdiam. Bachira membiarkan itu, karena ia paham pasti Erika membutuhkan waktu untuk berpikir. Yah, mau bagaimana pun, ia lega masalah ini selesai tanpa hambatan. Tinggal melihat bagaimana reaksi Harumi.

"Itu... kenapa? Bukan, maksudku, siapa yang merekam? Dan bagaimana bisa?"

Erika tidak bisa berkata-kata. Ini sungguh di luar prediksi nya. Rekaman suara itu bisa membantah semua rumor buruk tentangnya. Air mata yang mulanya tertahan di pelupuk mata, berakhir jatuh di pipinya. "Aku... aku..."

Bachira menepuk pelan kepala Erika dan berbalik badan, membiarkan Erika mengeluarkan semuanya. Pandangannya naik ke atas atap sana, melihat [Name] yang tersenyum sembari memberikan jempol padanya.

Kau benar-benar teman yang baik, [Name]-chan.

Dan [Name] yang melihat itu merasa lega. Berkurang sudah beban di hati nya. Awalnya ia memang hendak tidak memperdulikan semua masalah yang berkaitan dengan gadis gila itu. Tetapi, ketika temannya jatuh terlalu dalam, tidak mungkin ia tidak menolong. Lagipula ia sudah muak.

Dan mungkin masih ada satu lagi. Pandangannya jatuh ke arah buku dengan sampul tua itu.

"Gadis brengsek! Aku tahu kau pelakunya! Sialan!"

"Sudah datang, ya." Gumamnya, sebelum berbalik menghadap gadis itu yang seakan ingin mencabik-cabiknya.

"Kau! Apa yang kau lakukan?!"

Seperti orang kesetanan, Harumi maju mendekatinya dan meraih kerah seragamnya. Mata merah yang melotot marah, tangan yang dengan kuat mencengkeram bajunya, serta mulut yang mengeluarkan kata-kata kotor. Tidak seperti Harumi biasanya.

Dan [Name] senang bisa menarik sifat itu keluar dari dirinya.

"Jangan tersenyum, sialan! Kau jalang!"

Into The New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang