Chapter 22

416 58 3
                                    

Blue Lock Fanfiction

•••♧•••

Entah kenapa untuk hari ini [Name] enggan untuk pergi ke sekolah. Gadis itu telah membuka mata bahkan ketika langit masih dalam keadaan gelap. Kedua iris matanya menatap langit-langit kamar dengan otak yang mulai bekerja. Tiba-tiba kejadian saat di lapangan bola voli memasuki kepalanya.

"Kalau kau benar tahu sesuatu, berarti aku boleh bertanya itu tentang apa bukan?"

Kaiser terdiam menatap [Name] yang bertanya tampak ingin tahu, namun sedetik kemudian lelaki itu tertawa lebar, membuat [Name] memberikan tatapan datar untuk sikapnya itu. Ia sungguh dibuat senang dengan gadis bernama [Name] Brianne ini. 

"Astaga, kau sungguh menggemaskan, kau tahu?"

"Itu tidak menjawab pertanyaanku." [Name] mulai tidak sabar. "Apa kau bisa langsung menjawab pertanyaanku saja?" tanyanya dengan nada lebih mendesak daripada sebelumnya.

"Hm, apa keuntungan yang akan kudapatkan jika aku memberitahumu?" Kaiser tersenyum miring melihat raut wajah [Name] yang mulai tampak kesal.

Gadis itu terdiam untuk beberapa saat. Dipikirkan bagaimana pun [Name] tentu tidak akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan itu. Memang keuntungan apa yang akan didapatkan oleh Kaiser setelah memberitahunya tentang lelaki itu yang mengetahui sesuatu tentangnya?

Tidak ada.

Haruskah ia menyerah saja untuk kali ini?

"Kau sungguh ingin tahu?"

Tidak mendapatkan jawaban, Kaiser lebih memilih melanjutkan. "Kalau kau memang segitu ingin tahunya, temui aku di perpustakaan, besok saat istirahat siang. Dan aku pastikan kau akan menemuiku."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, dengan santainya lelaki itu berjalan keluar, meninggalkan pertanyaan besar dalam benak [Name]. Gadis itu sendiri tidak yakin, apakah ia akan menemuinya setelah melihat sikap lelaki itu. Ia hanya takut membuang-buang waktu saja.

Sebenarnya siapa Michael Kaiser itu?

•••♧•••

Semakin tinggi matahari naik diatas langit, semakin tidak enak pula perasaan [Name]. Entah kenapa ia memiliki firasat buruk. Selama pelajaran berlangsung gadis itu tidak henti-hentinya menggerakkan kaki tidak sabar. Perasaan tidak enak itu tidak kunjung menghilang, membuatnya semakin frustasi.

"Ada apa? Kau terlihat tidak nyaman, kakimu terus bergerak dan tatapanmu terlihat tidak fokus." Tanya Bachira pelan seperti berbisik. Bachira sudah memperhatikan itu dari jam pelajaran pertama.

[Name] menghentikan gerakan kakinya dan menampilkan senyum tipis seperti biasa. "Aku hanya memikirkan makan apa saat istirahat nanti."

Merasa yakin tidak itu alasan sebenarnya, namun mencoba untuk tidak bertanya lebih lanjut dan memilih mengangguk. Bachira kembali fokus pada pelajaran yang diterangkan.

Sedangkan [Name] bersyukur melihat sikap Bachira yang memilih mempercayai perkataannya. Suatu berkah memiliki seseorang yang mengerti kita. Oleh karena itu, ia sangat bersyukur Bachira mengerti dengan keadaannya.

Into The New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang