Chapter 26

270 39 2
                                    

Blue Lock Fanfiction

•••♧•••

Percaya atau tidak percaya, suasana sekolah menjadi lebih tenang ketika Harumi pindah sekolah. Lagipula apa yang bisa gadis itu lakukan lagi. Buku penolongnya sudah habis tak bersisa, orang-orang sudah tidak percaya padanya, pengikut setianya menghilang seakan tidak tahu.

Pergi adalah salah satu cara, bukan?

Sebuah kotoran harus di bersihkan sebelum membandel. Dan itu yang dilakukan [Name] sebelumnya. Ia sudah melakukan hal yang benar.

"Selamat tinggal, buku."

[Name] menilik buku itu untuk sesaat sebelum ia menjatuhkannya ke dalam api. Buku itu terlahap habis sehingga hanya menyisakan abu yang bewarna hitam. Ia tertawa mengingat bagaimana gadis itu menjaga buku ini tetap aman.

Tetapi sayang beribu sayang, ada celah dimana ia bisa membawa buku ini untuk sampai di tangannya.

"Jangan salahkan aku. Kau lah yang membuat keadaan menjadi seperti ini." Setelah mengatakan itu, [Name] pergi meninggalkan buku yang menjadi abu itu di sana. Teruntuk Harumi yang entah di mana, kuharap kau selalu terkena sial.

Di halaman depan sekolah, kiranya Bachira sudah menunggunya. Ia menunggunya sembari bermain bola. Ketika melihat dirinya yang sudah kembali, reflek lelaki itu menghentikan permainan bolanya dan beralih memeluk bola kaki itu di tangannya.

"Sudah selesai?" Lelaki itu tengah memastikan padanya jika buku itu telah hilang.

[Name] mengangguk dan seperti biasa menjulurkan jempolnya, tanda buku itu hilang bersama dengan pemiliknya. Meski menurutnya kejadian beberapa hari yang lalu itu belum setimpal dengan masalah yang telah disebabkan oleh gadis yang tidak mau ia sebutkan namanya lagi dikarenakan hatinya masih belum menerima gadis gila itu hanya di pindahkan.

Hei, ia hampir saja meregang nyawa bila kalian tidak ingat. Jikalau saat itu ia benar-benar terjatuh, ia tidak akan terima dan menghantui gadis itu sampai menginginkan kematian yang sama.

"Wajahmu menakutkan."

Renungan [Name] terpecah tatkala kata itu memasuki indra pendengarnya. Di sebelahnya Nagi berjalan mengikuti langkah kaki nya yang pelan. Kali ini ia tidak sedang bermain ponsel seperti sebelum-sebelumnya.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Ah, itu... tidak ada." [Name] mengeratkan pegangan pada tasnya. Ia merasakan bahwa Nagi memperhatikannya, itu malahan membuatnya semakin tidak nyaman.

"Kau meng—"

"Oh iya, Bachira tadi kemana? Perasaan dia masih berada di samping ku tadi." [Name] memperhatikan kanan kiri nya. Selain merasa canggung, ia mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Saat aku tiba, Bachira berjalan ke arah sebaliknya. Mungkin kau tidak sadar."

[Name] mengangguk paham dan mencoba fokus melihat ke depan. Cara jalannya yang kaku itu menjelaskan bahwa gadis itu tengah merasa tidak nyaman. Ia ingin mencairkan suasana, tetapi bingung dan membuat suasana menjadi lebih tegang.

Tidak tahan dengan suasana ini, akhirnya Nagi menahan tangan [Name] dan membawa tubuh gadis itu untuk berhadapan dengannya. Ia menyentuh kedua lengan [Name].

"Kau mencoba menghindariku."

Tatapan [Name] berhenti di dada Nagi, tidak berani menatap matanya. Ia menggigit bibirnya canggung. Selain itu, kenapa Nagi tiba-tiba jadi seperti ini sih, kan ia jadi takut.

Into The New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang