Setelah hening panjang. Bianca kini mulai kembali bersuara. "Kak kesungai itu yuk" ajak Bianca menunjuk ke bawah ke arah sungai, berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Lo aja"
"Yaudah" kata Caca beranjak dari sana, dan berlari kecil menuju sungai. King yang berada di atas rumah pohon itu hanya melihat gadis kecil itu. Ada perasaan kecewa di hati King. Kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa menyaring mana yang harus dan yang tidak.
Seharusnya King tidak menyimpan Bianca, karena ia tahu Bianca sudah memiliki pasangan.
"Awhhh,,," ringis Bianca saat ia terpeleset di bawah sana.
"Fuck.!" Umpat King yang kemudian beranjak dan menghampiri Bianca.
King melihat Bianca yang duduk di bebatuan besar, ia berhenti sejenak untuk mengambil ponselnya di saku. Bibirnya tersenyum setelah membuka kamera.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kaki lo gapapa,?" Tanya King basa-basi yang sebenarnya ia juga tau Bianca tak apa-apa.
"Aman ko kak" jawab Bianca.
"Udah lumayan sore, balik yuk. Nanti keburu mendung"
Bianca kemudian berdiri menandakan bahwa ia tidak menolak ajakan King untuk pulang.
Mereka keluar dari hutan dan melajukan motornya menuju kota, namun di perjalanan sebelum mereka menempuh kota gerimis kecil mulai membasahi jalan dan mereka berdua. Segera King menepikan motornya di sebuah pondok di tepi jalan.
"Kok hujan kak,?" Bianca berlari kecil untuk berteduh setelah turun dari motornya.
"Ya mana gue tau, udah takdir lah" jawab King juga mengekor di belakang Bianca.
"Yahh, hujan" kesal Bianca karena hujan tiba-tiba menghadang perjalanannya menggantikan gerimis.
"Kita masih di daerah pegunungan. Hal biasa kalo hujan tuh" kata King. Bianca hanya mengembangkan pipinya.
"Lo butuh jaket,?" Tawar King pada Bianca yang memeluk tubuhnya sendiri.
"Gue bukan cowok yang peka, jadi gue ngga tau kalo lo sebenernya mau tapi malu-malu" kata King kemudian melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Bianca.
Bianca merasakan dingin yang mengelilingi tubuhnya kini perlahan hilang saat Jaket King memeluk tubuhnya.
"Kak King ngga dingin apa?" Tanya Bianca.
"Aman," kata King menyalakan rokoknya lagi.
Bianca benar-benar mengamati King yang duduk dan merokok itu. Dengan rasa tanpa beban King menghisap dan menghembuskan asapnya keatas secara pelan-pelan.
"Ngapain liatin gue gitu?" Tanya King yang tanpa melihat Bianca pun King tau Bianca sedang mengamatinya.
Bianca segera duduk di samping King "rokok tuh rasanya apa sih kak?" Tanya Bianca.
"Ckk! Ngga enak!" Jawab king ketus
"Kalo ngga enak kenapa kakak ngerokok mulu,?" Tanya Bianca.
"Ngga ada yang mau ngerokok Bianca, tapi keadaan yang maksa orang buat ngerokok" kata King. "Ini buat kesehatan bahaya banget, tapi buat pikiran ngaruh banget di tubuh efeknya dahsyat banget." kata King dengan melihat rokok yang terapit 2 jarinya.
"Lo mau rokok ini ngelakuin apa buat lo, dia bisa nurutin. Lo capek dibawa ngerokok capeknya ilang, lo stres dia bisa bikin lo sedikit tenang. Lo berantakan dia bisa bikin semuanya seolah baik-baik aja. Ya walaupun cuma sebentar seenggaknya dia bisa ngabulin." jelas King dengan menatap rokok yang ia pegang.
"Percaya ga percaya bahkan rokok bisa menghangatkan gue di saat cuaca dingin kaya gini" jelas King menatap Bianca.
"Ini perumpamaan aja, gue ngga nyuruh lo ngerokok. Gue ga pengen juga lo ngerokok. Bahkan kalo bisa gue pengen berhenti" Kata King.
"Kenapa?"
"Lo bakal nyesel kalo udah kecanduan rokok."
"Jadi Kakak nyesel udah kecanduan rokok?".
"Sering. Bahkan setiap hari gue nyesel karena apa-apa dikit gue harus ngerokok, sehari aja ga ngerokok ngga bisa. Karna udah kecanduan" kata King.
"Ngga mau berhenti kak?" Tanya Bianca.
"Mauu,,, tapi belom ada yang bisa menggantikan posisi rokok di hidup gue" kata King menatap Bianca. "Dia temen gue, dia ada pas gue kenapa-kenapa, gue tau efeknya bahaya." Jelas King berharap Bianca bisa mencerna setiap kata yang keluar dari mulutnya.
King segera mematikan rokoknya dan membuang.
"Ko di buang? Kan masih panjang itu?" Tanya Bianca.
"Gue gila kali ngerokok di samping cewek," kata King.
"Ohh,, Bianca geser deh" Bianca hendak sedikit menjauh namun King mencegahnya.
"Disini aja, udah gue buang juga" kata King memegang lengan Bianca. Bianca pun menurut pada King.
"Kayanya bakal lebih nyaman di liat kalo jaketnya lo pake yang bener" kata King memakaikan jaketnya yang sebelumnya hanya menempel di punggung Bianca. Tanpa keberatan Bianca menerima bantuan King yang memakaikan jaket untuknya.
***
Hari sudah sore, Bianca juga sudah sampai di rumahnya, setelah seharian dia tidak masuk kerja dan malah healing bersama King ke puncak. Bianca merasa senang karena itu pertama kalinya ia melihat indahnya pegunungan secara langsung.
Ceklekkk...
Tap...tap...tapp...
"Caca pulang" sapa Caca saat memasuki rumah, matanya melihat Leon tengah duduk di kursi tamu.
Bianca tersenyum energinya tiba-tiba bertambah menjadi 100% dari yang sebelumnya 90%. Ia segera duduk di samping Leon. "Leon, kamu kok disini,?" Tanya Bianca.
"Kaya lagi seneng,?" Tanya Leon melihat Bianca duduk di sampingnya.
"Loh Caca udah sampe,? Mandi dulu sana ihh, malu bau timah solder!" Kata Dian dengan meletakkan minuman untuk Leon.
"Iya mah bentar, mamah masuk dulu aja"
"Jangan lama-lama!" Kata Dian dengan berjalan masuk.
"Kamu kangen aku ya,?" Tanya Bianca menggelayut di lengan Leon.
Leon tersenyum melihat Bianca, namun detik berikutnya alisnya menaut. "Ca, kok kamu bau rokok,?" Tanya Leon. Bianca langsung panik, ia mengendus tubuhnya sendiri. Dan ternyata benar.
"Leon, namanya juga di bengkel yang orang-orangnya kebanyakan cowok terus pada ngerokok" jawab Bianca mencari alasan, menutupi fakta dimana ia sebenarnya keluar bersama King dan tidak masuk ke bengkel karena bengkel mendadak libur.
Leon terdiam melihat wajah Bianca. "Yaudah mandi dulu sana."
"Eumm,,, yaudah. Aku mandi dulu bentar" pamit Bianca masuk ke dalam. Jantungnya masih berdegup panik merasa bersalah. Ia tidak habis pikir dengan khilaf yang ia lakukan.
Bianca merubah ekspresinya menjadi ketakutan, ia rasa bangkai yang ia sembunyikan sudah mulai tercium.
Dan untuk yang kesekian kalinya Bianca mengutuk dirinya sendiri karena bodoh karena memainkan 2 perasaan milik orang.
Berburu ia masuk untuk membersihkan diri, Bianca mulai mengendus lagi tubuhnya untuk mematikan Apakah baunya menyengat. Mengingat ia dan King sedekat itu disaat King tengah merokok.