1. Tuntutan

986 12 0
                                    

Lampu gemerlap diskotik dengan dentuman suara musik yang keras sudah membuat pria dewasa berusia 30 tahun itu semakin merasa pusing. Kepalanya berdenyut sejak tadi setelah meneguk hampir 1 botol alkohol yang dipesannya pada seorang bartender kenalannya.

Leovandra Adinata. Pria 30 tahun pemilik paras tampan dan tubuh tinggi tegap dengan segala kelebihan yang dimilikinya pasti akan mampu membuat perempuan yang baru melihatnya takjub senang. Ditambah lagi ia juga baru saja menjabat sebagai seorang CEO di perusahaan milik kakeknya yang diwariskan kepada ayahnya itu sekarang nyaris resmi menjadi miliknya yang menambah nilai plus baginya.

Apapun bisa ia miliki dengan mudah dan cepat jika Leo mau. Meskipun dilihat dari segala bentuk sisi manapun tak membuatnya tampak kekurangan segala hal. Namun perangainya yang terkenal galak dan juga tega saat di kantor sama sekali tak akan berlaku jika saat ia berada di rumah. Apalagi jika harus dihadapkan dengan Bagas Laksana Adinata, ayahnya sendiri yang tak akan bisa ia atasi sama sekali jika sekali saja tak menurut akan perintahnya.

Dan satu fakta menarik mengenai Leo yang patut diapresiasi adalah saat dirinya yang tak pernah bermain gila dengan wanita manapun. Di saat semua rekan atau teman sebayanya yang hobi gonta ganti pasangan ataupun sudah hampir seluruhnya menikah pun tak membuatnya goyah sama sekali untuk tetap single.

Selain tak suka membuang waktu dan juga menghamburkan uang hanya untuk bersenang-senang dengan wanita, lebih baik ia hidup sendiri dan menikmatinya tanpa perlu memikirkan soal asmara sama sekali.

"Cukup, Le. Lo udah minum banyak banget daritadi. Lebih baik lo pulang ke rumah sekarang. Gue anterin sama Liam," ucap Kenan yang sudah kewalahan untuk mengatasi sahabatnya itu.

Bahkan ia harus meminta bantuan Liam sebagai adik kandung Leo untuk datang ke tempat mereka berada sekarang hanya untuk membantunya membujuk pria itu agar bisa berhenti minum.

"Ck, gak. Gue masih betah di sini," tolak Leo saat Liam dan juga Kenan berusaha membantunya bangkit dari duduk.

"Udahlah, pulang sekarang. Sebelum papa marah besar."

Mendengar perkataan Liam barusan malah membuat Leo tersenyum miring dengan menatap sayup ke arah adiknya itu.

"Kenapa harus marah? Bukannya udah biasa gue begini, hah?"

Dan ya, seperti yang dikatakan oleh Leo barusan. Pria itu memang seringkali pergi ke diskotik dan minum hingga mabuk di setiap kali merasa suntuk ataupun stress dengan segala permasalahan yang sedang menimpanya. Salah satu contohnya seperti sekarang ini.

"Susah ngomong sama lo."

Tanpa basa basi lagi Liam pun langsung menarik tangan kanan Leo untuk diajaknya pergi dari sana dengan bantuan Kenan. Mau tak mau mereka terpaksa menyeret Leo pulang sebelum semuanya semakin kacau.

"Biar gue aja yang nyetir, lo bawa mobil lo sendiri aja."

"Terus mobil lo gimana, Kak?"

"Gampang, nanti gue bisa ambil ke sini lagi setelah anterin Leo pulang."

Alhasil Liam setuju dan sesuai kesepakatan mereka, Kenan menyetir mobil milik Leo di saat sang empunya sendiri terduduk di kursi penumpang karena sudah tak bisa diajak kooperatif karena terlalu mahuk. Sedangkan Liam mengendarai mobilnya sendiri dengan membuntuti mereka dari belakang.

Tak begitu lama mereka sudah tiba di sebuah pelataran rumah megah dan mewah milik keluarga Adinata itu dengan sambutan baik oleh seorang satpam di rumahnya.

"Biar gue aja, Kak. Lo bisa pulang dulu. Sekarang udah larut malem," kata Liam dan berusaha mengambil alih Leo yang sudah hampir tepar.

"Serius? Gue bisa anter sampe dalem dulu baru gue cabut deh."

"Jangan, Kak. Khawatir papa masih belum tidur dan tau dia mabok bisa makin rumit dan lo malah kena imbasnya. Biar gue aja."

Kenan pikir ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Liam barusan. Ia tahu betul jika Bagas pasti akan marah besar setiap tahu Leo pulang ke rumah dengan kondisi mabuk berat seperti sekarang ini. Bisa-bisa ia yang akan dimakan mentah dan terkena amukan pula dari beliau karena sudah membiarkan Leo minum.

"Ya udah deh, kalau gitu bawa dia masuk sekarang. Gue mau cabut duluan."

"Biar gue minta Pak Damar anter lo balik ambil mobil ya?"

"Gak usah, gue bisa naik taxi aja di depan."

Liam mengangguk pelan dan membiarkan Kenan melepas bantuannya.

"Makasih udah bantuin gue bawa dia pulang. Hati-hati di jalan."

"Yoi, santai aja."

Sepeninggalan Kenan dari sana, Liam sedikit tertatih untuk membawa Leo masuk ke dalam rumah. Jalan mereka yang jadi sempoyongan itu mengundang perhatian seseorang yang saat ini sudah duduk sofa ruang tamu, seakan sengaja untuk menunggu kedatangan mereka.

"Mabuk lagi?"

"Pa?"

Bagas langsung bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat menghampiri kedua putranya itu. Ralat, lebih tepatnya tertuju ke arah Leo yang sama sekali tak bisa sadar sepenuhnya.

"Mau sampai kapan kamu terus-terusan begini, hah?"

Pria paruh baya itu sudah mencengkram kuat rahang Leo agar bisa mendongak menatap wajahnya. Walaupun sang empu setengah sadar, Bagas benar-benar tak pernah mau mentolerir putranya untuk menjadikan hal itu alasan agar bisa kabur dari hukumannya.

"Kenapa sih hobinya marah-marah mulu? Nanti cepet tua tau nggak," ujar Leo secara gamblang yang membuat Liam ketar-ketir saat ini.

Tentu saja kalimat tersebut memancing amarah Bagas yang sudah lama bersabar melihat kelakuan putranya ini. Semakin lama ia biarkan, ternyata malah semakin menjadi.

"Shhh."

Leo mendesis pelan dengan memegangi pipi kirinya yang terasa panas itu akibat tamparan kuat dari ayahnya barusan.

"Pa, udah Pa. Jangan."

"Selama ini papa selalu biarkan kamu melakukan hal apapun yang kamu suka dengan senang hati. Tapi ternyata kebebasan itu malah membuatmu jadi lalai dan selalu seenaknya seperti ini, Leo!" sentaknya dengan suara keras membuat Leo kembali menatapnya.

Sedangkan dari arah belakang ruang tamu sana, Rani sebagai ibu dari Leo serta Liam itu berlari kecil menghampiri suara gaduh yang berasal dari arah sana. Beliau kaget dan bergegas keluar kamar setelah mendengar pekikan suara dari suaminya tadi.

"Papa, kenapa ini? Ada apa?"

Seakan seperti angin lalu saja, pertanyaan Rani sama sekali tak digubris oleh Bagas. Karena fokusnya saat ini masih tertuju pada Leo saja.

"Jika lain kali kamu masih suka bermain-main lagi seperti ini, jangan harap jabatanmu di perusahaan akan baik-baik saja."

"Dan satu hal lagi yang harus kamu ingat, jika 2 minggu lagi kamu belum membawa apa yang papa minta, mau nggak mau kamu akan papa jodohkan!" lanjutnya sebelum beliau melenggang pergi meninggalkan ruang tamu untuk menuju kamarnya.

Liam dan juga Rani yang masih berada di sana langsung menolong Leo yang tiba-tiba saja bersimpuh di lantai. Keduanya tahu betul jika situasi ini membuat Leo tidak baik-baik saja.

Dan masalah tuntutan untuk membawa calon istri pilihannya sendiri yang diberikan oleh Bagas terhadap Leo lah yang ternyata sudah membuatnya memutuskan untuk pergi minum hingga mabuk seperti sekarang ini.

"Kenapa? Kenapa pak tua itu selalu memaksaku?" racau Leo sebelum ia benar-benar ambruk dan tak sadarkan diri.

Terpaksa NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang