10. Menarik Perhatian

136 5 0
                                    

Setelah mendapatkan kembali mobilnya dari rumah Kenan, Clarissa langsung menuju ke kantor Leo tepat pada saat jam makan siang. Ia pikir itu adalah waktu yang tepat untuk datang menemuinya karena sudah memasuki waktu istirahat bekerja.

Saat tiba di area lobby, tak sedikit orang yang melihat ke arahnya seperti tatapan orang asing yang belum pernah bertemu. Walaupun tak dikenal di sana sama sekali, ternyata mayoritas orang yang ia temui tetap bersikap ramah padanya dengan tersenyum tipis ketika tatap mata mereka bertemu. Clarissa sempat terheran karena sudah terbiasa acuh tak acuh dengan orang lain sejak tinggal bertahun-tahun di luar negeri sampai lupa dengan kebiasaan budaya tak tertulis di negaranya sendiri itu.

"Ck, mana dari tadi pagi perut gue sakit banget," keluh Clarissa yang semakin merasa kurang nyaman pada kondisi perutnya itu. Ia terus mendumel dalam hati di sepanjang langkahnya memasuki perusahaan.

"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya seorang perempuan yang bertugas di lobby tersebut.

"Saya mau ketemu sama Om-ah maksudnya Pak Leo sekarang. Dimana ruangannya?" tanya Clarissa langsung pada intinya.

"Maaf, dengan ibu siapa? Apakah sebelumnya sudah membuat janji Bu?"

"Clarissa, sudah kok. Tadi dia sendiri yang menitah saya untuk datang ke sini."

"Baik, dimohon tunggu sebentar. Saya akan menghubungi beliau lebih dulu."

Sang empu menganggukkan kepala dan menunggunya dengan sabar. Selama itu pula ia mengedarkan pandangannya ke seluruh arah di sekitarnya, mengamati kemegahan kantor tersebut. Ia baru mengetahui dan tak menyangka sebelumnya jika Leo adalah pemilik sekaligus pemimpin perusahaan besar dan ternama itu. Di usianya yang terbilang tak muda namun juga tak tua sudah termasuk hebat bisa mendapatkan jabatan tinggi sepertinya.

"Silakan, Bu. Saya antar menuju ke ruangan Pak Leo sekarang," ujar perempuan tadi dengan mengantarnya sampai ke ruangan Leo.

Keduanya berjalan beriringan menuju ke arah lift untuk naik ke lantai paling atas, di lantai 14. Mereka sama-sama tak bersuara apalagi berbincang satu sama lain karena etika pekerjaan yang sudah menjadi tugas sang resepsionis itu dengan atasan ataupun tamu di perusahaannya. Setibanya mereka di depan ruangan Leo, ternyata Clarissa diantar sampai ke dalam tanpa harus membuatnya merasa canggung jika harus datang sendirian.

"Permisi, Pak. Ini ibu Clarissa datang ingin bertemu dengan Anda," lapornya pada Leo yang masih sibuk dengan berkas-berkas di mejanya.

Bahkan Clarissa sendiri sampai terheran dengan Leo yang sangat sibuk itu meski di jam makan siang seperti ini yang seharusnya digunakan untuk beristirahat sejenak.

"Oh iya. Saya minta tolong untuk sampaikan pada OB yang bertugas untuk menyediakan minuman segera."

"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi."

Setelah tugasnya untuk mengantarkan Clarissa usai, ia langsung meninggalkan ruangan Leo dan menyisakan mereka berdua di dalam sana tanpa ingin ikut campur urusan mereka.

"Nggak usah minuman segala, Om. Gue cuman mau ambil dompet sama lipstick aja dan langsung balik kok."

Seperti biasa, Clarissa tidak seformal itu untuk berbicara dengan Leo. Meskipun usianya lebih muda dan terbilang baru untuk mengenalnya.

"Maaf karena saya tidak bisa mengantarnya," ujar Leo sembari memberikan semua barang milik sang empu.

"Nggak apa-apa. Justru gue yang harusnya say sorry karena udah ganggu waktu sibuknya."

Leo hanya menggelengkan kepala dengan wajah tak berekspresi seperti yang Clarissa dapati kemarin.

"Kalau gitu gue balik sekarang ya, Om."

Terpaksa NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang