13. Melarikan diri

120 5 3
                                    

Clarissa berdecak sebal dengan meraup wajahnya frustasi setelah melihat ke arah kursi penumpang di sampingnya. Ia benar-benar merutuki dirinya sendiri saat tersadar jika jas kerja milik Leo belum ia kembalikan. Padahal tujuan utamanya ke sini salah satunya adalah ingin mengembalikan jas tersebut pada sang empunya.

"Bego banget sih lo, Ca? Kenapa pake acara lupa segala?" monolognya geram.

Niat hati ingin melarikan diri dari Leo agar bisa terbebas dari urusannya, malah mengharuskan perempuan itu lagi dan lagi untuk bisa bertemu dengannya. Jika sudah begini tampaknya Clarissa memang tak diizinkan lari dari kenyataan sebelum bisa menghadapinya lebih dulu.

"Ck, bodoh amat gue. Kapan-kapan aja balikinnya. Masih bisa dititip sama temennya aja," batin Clarissa yang teringat jika masih ada sosok Kenan yang bisa membantunya untuk mengembalikan jas kerja itu.

Dan alhasil ia segera menyalakan mesin mobilnya dan bergegas pergi meninggalkan area restoran tersebut. Tanpa pamit dan salam, ia benar-benar menghilang dari hadapan Leo begitu saja. Bahkan Clarissa dengan sengaja untuk mematikan daya ponselnya setidaknya sampai nanti malam atau bahkan esok hari agar terhindar dari panggilan Leo yang mungkin sedang mencarinya.

"Sorry, Om. Gue cuman belum bisa jawab apa-apa. Gue terlalu takut bahas soal itu."

Sekitar puluhan menit Leo menunggu di tempat makannya tadi, bahkan makanannya pun juga habis namun Clarissa tak kunjung juga kembali. Hal tersebut mulai membuatnya penasaran dan mencari keberadaannya yang tak diketahui olehnya.

"Kenapa lama banget?" batinnya sembari mengecek ponsel untuk menghubungi Clarissa saat ini.

Akan tetapi pesan-pesan yang dikirim oleh Leo barusan tak mendapatkan balasan sama sekali. Bahkan panggilan yang ia hubungkan juga tak dapat jawaban sama sekali selain operator yang mengalihkan. Barulah Leo mulai panik dan mencarinya saat itu juga. Langkah panjangnya menyusul ke arah toilet perempuan, namun ia tak langsung masuk ketika tiba di sana dengan kebingungan mencari bantuan pada siapa agar bisa mengecek keberadaan Clarissa di dalam sana.

Alhasil ia meminta tolong kepada seorang pelayan wanita yang kebetulan tampak dan tak jauh dari posisinya berada. Pria itu juga menyebutkan ciri-ciri dari Clarissa dengan detail.

"Tolong carikan dia di dalam. Apa dia baik-baik saja di sana?"

"Baik, Pak. Saya akan masuk sekarang, mohon bersabar."

Leo menganggukkan kepala dan membiarkan pelayan itu masuk ke dalam toilet wanita selagi ia menunggu di depan. Dengan rasa cemas dan khawatir jika terjadi apa-apa dengan perempuan itu, Leo terus berjalan mondar-mandir tak menentu sendirian.

"Bagaimana? Apa dia di dalam?" tanya Leo langsung saat melihat pelayan itu keluar dari dalam toilet.

"Maaf, Pak. Tapi di dalam sana tidak ada seorang perempuan yang sama seperti ciri-ciri yang Anda sebutkan tadi."

"Tidak ada? Apa sudah dicari betul-betul?"

"Betul, Pak. Bahkan saya juga sudah menanyakan pada perempuan lain yang ada di dalam. Dan mereka mengatakan jika tidak ada perempuan yang persis seperti ciri-ciri tersebut," jelasnya membuat Leo semakin kepalang panik saat ini.

"Ck, kemana dia?" batin sang empu frustasi.

"Oh ya, kalau saya ingin melihat CCTV di sini bisa kan? Saya benar-benar kehilangan kontak dengan dia sekarang," pinta Leo kemudian meminta tolong padanya lagi.

"Baik, Pak. Saya akan minta izin dengan atasan saya sebentar."

Pria itupun berjalan cepat mengikuti kemana arah sang pelayan pergi. Meskipun awalnya terkendala dengan persoalan izin, Leo melakukan segala cara jika itu harus menggelontorkan uang dengan percuma agar bisa melihat sebentar untuk mencari tahu kemana Clarissa pergi.

"Silakan lewat sini, Pak."

Leo akhirnya bisa memasuki ruang kontrol dimana CCTV itu berada. Ia melihat di setiap sisi secara keseluruhan untuk menemukan Clarissa dengan seksama. Dimulai dengan awalan sisi yang ia lihat ke arah tempat makan mereka berdua tadinya. Dari sanalah semuanya bermula kemana sebenarnya ia pergi.

"Stop."

Tayangan CCTV yang diputar ulang itu langsung dihentikan oleh sang operator atas perintah Leo barusan. Kedua matanya dapat melihat jelas jika Clarissa memang menuju ke arah toilet tadinya, namun siapa sangka jika dengan mendadak perempuan itu malah berpindah arah untuk pergi meninggalkan restoran. Bahkan di sana juga terlihat jelas jika Clarissa berusaha untuk segera pergi dengan berjalan cepat sedikit terburu-buru, padahal kondisi kakinya saat itu belum sepenuhnya pulih.

Hingga pada rekaman CCTV yang menampakkan area luar restoran, Leo baru mengetahui jika Clarissa benar-benar pergi meninggalkan restoran tanpa sepengetahuan dirinya sama sekali. Pantas saja jika ia tak menemukan keberadaannya di sana sejak tadi.

"Tapi kenapa? Kenapa kamu juga tidak menjawab telepon saya?" batin Leo bertanya-tanya.

Ia jadi merasa bersalah setelah mengingat perkataannya tadi yang mungkin sudah membuat Clarissa pergi begitu saja. Dan sekarang Leo tak lagi mencarinya dengan kalang kabut seperti tadi karena mengetahui alasan pasti di balik semua itu.

Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke meja makan tempatnya tadi untuk mengambil kunci mobil dan juga jas kerja miliknya yang sampai ia tinggal begitu saja karena saking paniknya Clarissa tak kunjung kembali. Akan tetapi ia malah menemukan beberapa lembar uang yang tergeletak di atas kursi yang diduduki gadis itu tadi.

"Ternyata kamu memang sengaja pergi," monolognya pelan dengan tersenyum kecut.

Tak heran jika Clarissa bersikap demikian, karena memang Leo lah yang terlalu mendadak dan sepihak untuk mengajaknya menikah. Bahkan hubungan di antara mereka berdua saja baru sebatas kenal dari beberapa hari yang lalu. Tentu saja Clarissa melarikan diri dan mungkin menganggapnya gila sekarang.

Sepertinya takdir memang sudah memberinya jawaban untuk bisa menerima saja perjodohan konyol itu. Meskipun Leo sendiri menolak dan selalu menentangnya, jika Tuhan menggariskan takdirnya seperti itu juga tak bisa dielakkan lagi. Dan mau tak mau Leo harus tetap menerimanya.

"Kenapa gue selalu buruk kalau soal asmara? Emang gue gak selayak itu buat bahagia dan jatuh cinta dengan perempuan pilihan gus sendiri?" monolognya lesu dengan berjalan malas menuju ke tempat parkir.

Terpaksa NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang