🏠40

1K 49 20
                                    

Ramein VOTE dan COMMENT-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ramein VOTE dan COMMENT-nya

30+ VOTE
30+ COMMENT

°°°

🔞MATURE CONTENT🔞

°°°

"Ah... wow... wow..."

Sehun mengangkat tubuhku seperti induk koala menggendong anaknya. Di bawah sana, tautan kelamin kami masih menyatu - sepertinya Sehun tidak akan melepaskan itu juga. Ia mengajakku melakukannya dengan posisi gendongan koala, sampai akhirnya punggungku membentur dinding saat Sehun membawaku ke pojokan dengan posisi yang sama seperti tadi.

Kedua kakiku diangkat ke atas, melayang di udara sambil ditahan kedua lengan Sehun yang membiarkan sendi engsel di tulang lututku menggelantung di sana.

"Aaah... aaah!!!"

Ini bukan salah satu posisi favoritku sebelumnya, tapi sodokan-sodokan milik Sehun yang terasa sampai menyentuh mulut rahimku rasanya membuat ini harus masuk daftar posisi bercinta favoritku. Apa karena saat bersama Soohyuk aku tidak pernah diajak bercinta seperti bagaimana Sehun menawarkan petualangan yang serasa membuatku naik sampai lapisan langit yang paling tinggi.

Hangat nafas Sehun terasa berembus di philtrum, lekukan yang terletak di antara bawah hidung dan di atas mulut posisinya. Netra kami bertemu, ia menatapku dalam tapi bukan sorotan nafsu yang kulihat darinya meski tubuh kami menyatu dan pinggul Sehun masih memacu kewanitaanku di bawah sana. Tatapan Sehun terasa dalam dengan segenap perasaan yang terbesit dalam hatinya.

Ia seakan mengatakan bahwa segenap hatinya hanyalah untukku. Begitu pun yang kurasakan sekarang. Meski seluruh darahku berdesir dengan segenap hasrat di mana aku ingin pergumulan ini tidak pernah berakhir, relung hatiku terus membatin ingin memiliki Sehun setiap detik yang berlalu dalam hidupku. Tatapan kami yang bertemu mengantar keinginanku untuk mendaratkan kecupan di bibirnya. Bukan hanya bagian selatan kami saja yang menyatu akan tetapi bibir kami pun tak pernah berhenti untuk saling bertaut melampiaskan apa berguncang dalam perasaan ini.

"Aah!"

"Aah!!"

Pinggul Sehun menghentak dalam sampai kudapat merasakan ujung penisnya menabrak mulut rahimku. Ia mendorong keluar hingga relung kemaluanku terasa melonggar namun sebelum benda itu keluar semua, ia menghentak lagi sekaligus — mengantarku berteriak keras.

"Aaahhhh!!!"

PLOOK...

PLOOOK...

PLLOOOOK...

Celaka, ruang VIP yang sakral dan ekslusif untuk tamu naratama sekarang ternoda oleh dua anak manusia yang bergumul bersandar di dinding dekat jendela yang menghadap keluar. Sehun benar-benar tidak ingin aku mendapat celah untuk melarikan diri. Sekali pun kakiku sudah merasa pegal, Sehun tidak menurunkanku sepenuhnya. Ia menurunkan satu kakiku — mengizinkannya untuk menapak di lantai tapi tidak membiarkan kaki yang satunya. Ia mengangkat kaki kananku lebih atas dan asal kalian tahu, di dalam sana ia masih betah menikmati pijatan dari dinding kemaluanku yang menyerang batangnya yang kerasan di dalam.

[M] The Ladyland & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang