𝔅𝔞𝔟 𝔰𝔞𝔱𝔲 : ༺𓆩𝕄ℙ𝕃𝕊𓆪༻

447 27 21
                                    

"Jadi kurang lebih begitu garis besarnya. Ada yang mau ditanyakan?" Pixis mengakhiri penjelasan mengenai konsep MPLS pada seluruh muridnya.

Tak lama kemudian, pria dengan potongan rambut undercut mengacungkan tangan. Setelah diberi persetujuan oleh Pixis, pria itu bangkit dari kursinya.

"Apa muridnya boleh dipilih?"

"Oh, tentu saja tidak boleh. Pihak sekolah yang akan menentukannya untuk kalian. Berdoa saja semoga kau tidak mendapat anak yang merepotkan, Levi."

Pria bernama Levi itu menjatuhkan punggungnya ke kursi dengan malas. Ia paling tidak bisa jika harus berbicara dengan orang baru.

Ia mempunyai masalah dalam pergaulan. Di kelas ini saja, hanya beberapa orang yang biasa berbicara dengannya.

Levi lantas menghela nafas kasar. Belum apa-apa ia sudah lelah duluan, membayangkan betapa merepotkannya nanti.

Pasalnya tahun ini SMA Sina membuat konsep MPLS yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Tahun ini para senior kelas XI dan XII diberi tugas untuk membimbing satu murid kelas X dalam masa pengenalan tersebut.

Pihak sekolah bilang tujuannya adalah untuk mengurangi penggunaan tenaga berlebih. Jika OSIS dan para guru saja yang berpartisipasi, pasti akan sangat melelahkan. Di samping itu, konsep ini juga dapat mempererat hubungan antara senior dan junior.

"Jangan terlalu stres memikirkannya," ujar gadis berkacamata yang kita tau sebagai Hange. Ia duduk tepat di depan Levi.

Hange adalah kebalikan dari Levi. Ialah orang yang paling antusias dalam acara ini. Matanya berkilat semangat.

"Aku tak sabar ingin menemui juniorku, pasti mereka lucu-lucu, hehehe!"

Levi menatap datar Hange. "Iya lucu. L-U-C-U, Loudly, Ungracious, Cheesy, dan Uncontrollable."

"Pembagian siswa ini dilakukan secara acak, terima saja apa yang kalian dapat. Pastikan besok datang lebih awal," ujar Pixis di depan kelas usai membagikan lembaran pada setiap siswa.

Semua murid kelas XI-1 menatap selembar kertas yang berada di tangan mereka. Di sana tercetak jelas wajah serta informasi dari murid yang akan mereka bimbing.

"Wooohhhooo! Lihat, aku dapat pemuda imut pirang ini!" Hange mengangkat kertas tinggi-tinggi, kemudian membenarkan kacamatanya. "Bagaimana denganmu, Levi?"

Levi hanya menjawab melalui gumaman panjang. Matanya menatap wajah pria berambut cokelat yang ada di kertasnya.

"Tidak buruk."

***

Hari MPLS tiba. Saat dirasa semua murid kelas X sudah hadir, para senior segera berpencar untuk mencari adik kelas mereka masing-masing.

Pada awalnya, Levi dan Hange sepakat untuk mencari murid mereka bersama. Namun, sepertinya Levi harus berjalan sendiri ketika tak berapa lama kemudian Hange berlari ke arah bocah pirang bermata biru.

Sementara dirinya masih sibuk celingak-celinguk mencari keberadaan pemuda berambut cokelat miliknya.

Matanya kemudian menangkap pria beriris emerald dengan rambut yang diikat ponytail tampak mematung di tengah lapangan. Mata pemuda itu menatap seluruh temannya yang kini sudah memiliki pendamping, sementara ia masih diam seperti anak hilang.

Levi menghela nafas, melangkahkan kakinya menuju pemuda itu dengan perasaan tak puas. Haruskah ia benar-benar melakukan ini?

"Oi kau yang di sana," panggil Levi membuat pria itu menoleh.

𝕄𝕚𝕤𝕥𝕒𝕜𝕖𝕤 • 𝔼𝕣𝕖𝕟 𝕩 𝕃𝕖𝕧𝕚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang