𝔅𝔞𝔟 𝔰𝔢𝔪𝔟𝔦𝔩𝔞𝔫 : ༺𓆩ℂ𝕝𝕒𝕚𝕞𓆪༻

112 14 63
                                    

Entah sudah ke berapa kalinya bagi Hange untuk terus mendengar helaan nafas itu dari seseorang di belakangnya. Selama pelajaran Bahasa berlangsung, dia sama sekali tidak fokus. Menopang dagu, menjatuhkan kepalanya ke meja, lalu menghela nafas. Semua itu ia lakukan berulang kali tanpa disadari oleh guru.

Tepat saat guru wanita itu keluar, Hange berbalik dengan cepat, dan mendapati Levi yang menyembunyikan wajah di balik lipatan tangannya. "Kau dari tadi kenapa?"

Mendengar pertanyaan itu, Levi mengangkat wajahnya. Ia menatap Hange lekat-lekat, sekarang Levi butuh solusi untuk masalahnya, dan ia tak punya teman yang cukup dekat untuk diajak bicara masalah seperti ini selain Hange.

Tapi tetap saja! Levi tak ingin kehilangan muka terhadap Hange, mengingat sedari kemarin dia terus membantah tentang perasaannya pada Eren.

"Temanku ...." Pada akhirnya Levi menggunakan kata teman yang bersifat luas. "Dia memiliki masalah asmara, dan aku bingung harus melakukan apa untuk membantunya."

"Oh ya?" Mata Hange berkilat semangat. "Apa itu?"

"Begini ... temannya temanku kan ngasih kode ke temanku, tapi temanku ini--"

"Aish, stop! Stop!" Hange mengacak rambut kuncir kudanya. "Bisa sebut nama saja? Aku pusing mendengar terlalu banyak kata teman!"

Levi mendecak pelan. "Kalau begitu aku pakai si A untuk temanku, dan si B untuk temannya temanku."

Hange mengangguk. "Hn."

"Si B inikan ngejar-ngejar si A, sementara si A ini belum mau buka hati sama seorang pun, jadilah si A gantungin perasaan si B mulu, padahal si B udah ngode-ngode, bahkan sepertinya sudah menyatakan perasaan."

Hange mengangguk beberapa kali, ia menopang dagu sembari mengulas senyum beribu makna. Sesekali ia terkekeh kecil dan membenarkan letak kacamatanya saat mendengar Levi bercerita.

"Tapi si A ini juga suka kan sama si B?"

Mustahil gadis jeli seperti Hange tidak menyadari situasi sebenarnya dari cerita Levi. Baginya, dari planet Mars pun akan langsung terlihat jelas jika tokoh dalam cerita ini adalah Levi dan Eren. Hn! Seratus persen yakin!

Hange makin gemas rasanya ketika melihat bagaimana cara Levi mengangguk kaku, cerita dan situasinya menjadi tidak sinkron. "Lah tapi bukannya si A belum mau buka hati?"

Levi menggaruk tengkuknya, bingung. "Sebenarnya daripada belum buka hati ... si A ini lebih ke belum siap pacaran. Masih trauma sama masa lalunya."

Hange mengangguk-angguk. "Kalau begitu si A harus konsistenin diri dulu. Kalau beneran belum siap pacaran, lebih baik ngejauh dulu deh. Jangan kasih harapan lebih sama anak orang. Tapi kalo beneran cinta, ya harus berusaha buat siap pacaran dong."

Levi menjatuhkan pandangannya ke bawah. Benar juga, dilihat dari manapun sikap Eren sangatlah berbeda jauh dengan mantan pacar bajingannya itu.

"Jangan mentang-mentang karena sifat Eren sabar banget, kau jadi nunda-nunda terus. Bagaimana kalau suatu saat Eren capek nunggu dan akhirnya tidak mengejarmu lagi? Kau mau Eren diambil orang?"

Levi lantas mengangkat pandang. Keningnya berkerut menatap Hange yang masih tampak santai usai mengucapkan kalimat itu. "Kenapa jadi aku dan Eren? Sudah kubilang ini masalah temanku dan temannya temanku!"

"Oh you can't lie to me, Levi. Ini terlalu jelas! Eren itu sangat memperdu--"

"Levi!"

Keduanya berbalik lantaran seruan itu, dan kembali mendapati pria tinggi itu sudah bersandar pada pintu kelas Levi dengan senyum sumringah seperti biasa.

𝕄𝕚𝕤𝕥𝕒𝕜𝕖𝕤 • 𝔼𝕣𝕖𝕟 𝕩 𝕃𝕖𝕧𝕚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang