Eren menarik tubuh kecil itu hingga ke bagian ruang laboratorium IPA, letaknya dekat dengan gudang. Tidak banyak murid yang berlalu-lalang di sana, hingga membuatnya sering menjadi tempat-tempat kejahatan. Terlebih di sini sama sekali tidak ada kamera pengawas.
Kejahatan yang dimaksud adalah seperti pembullyan, pemalakan, dan mungkin ... sesuatu seperti pelecehan? Yeah, you know what i mean.
Eren pernah beberapa kali mendapati siswa siswi yang berduaan di sini. Entah apa yang mereka lakukan, tapi pasti itu hal yang tidak baik.
Dan di sinilah main couple kita sekarang.
Eren menarik Levi dan tidak sengaja menghempaskan tubuhnya hingga membentur dinding.
"Akh!"
Catat! Itu tidak disengaja! Terlihat dari bagaimana raut wajah Eren yang tadinya datar lantas berubah menjadi khawatir. Sepertinya ia sedikit kelepasan lantaran perasaannya saat ini yang tercampur aduk.
"Maaf! Aku terlalu berlebihan. Apa kau baik-baik saja?"
Eren mengulurkan kedua tangannya untuk mencapai bahu Levi, berniat membantu pria itu untuk berdiri tegak, tapi langsung ditepis kuat oleh Levi.
Pemuda bersurai legam itu melayangkan tatapan sinis pada Eren. Sakit di punggungnya memang tak seberapa, tapi ia tetap tidak suka diperlakukan kasar seperti itu. Hal tadi hanya mengingatkannya pada Zeka.
"Kau ini kenapa?! Aku belum makan seutas spaghetti pun! Ah, Hange pasti sudah melahapnya sekarang!" ujar Levi dengan kekesalannya.
"Kau yang kenapa?" Eren berusaha tetap menjaga intonasi suaranya agar tetap di bawah Levi. Ia tidak ingin sampai membentak pria itu. "Menghindar dariku, lalu terlihat sengaja mendekati Hange-san. Tapi setelah itu semua kau malah mengatakan padanya bahwa ingin berbaikan denganku?"
Levi mengerjap cepat. Ya ampun, sejauh mana Eren mendengar pembicaraannya dengan Hange? "Y–ya itu juga karena kau! Siapa suruh kau berselingkuh!"
Eren mengerutkan keningnya. "Hah? Kapan aku berselingkuh?"
Levi melipat tangannya di depan dada lalu memutar bola matanya malas. "Jangan pura-pura bodoh! Kau pikir aku tidak tau apa yang terjadi antara kau dan si pirang itu?"
Eren terlihat berpikir sejenak. Pirang? Oohh! Eren tiba-tiba mendapatkan pencerahan di otaknya. Meski ia sudah tau siapa yang dimaksud Levi, Eren masih ingin menggoda pria itu lebih lama.
"Pirang? Pirang dari kelasku? Siapa? Armin? Annie? Reiner? Historia?" Eren seketika menyebutkan semua murid berambut kuning di kelasnya.
Mendengar nama Armin yang muncul pertama, membuat kekesalan Levi semakin memuncak. "Dia yang matanya biru!"
Eren membuat wajah berpikir. "Tapi semua nama itu juga memiliki mata biru. Ya kecuali Reiner sih."
Levi sudah gregetan sendiri, ingin rasanya ia mencakar muka tidak berdosa itu. "Arlert! Nah, apa itu kurang jelas sekarang? Jika kau masih tidak tau aku yakin otakmu benar-benar bermasalah!" bentak Levi dengan segala kekesalannya.
"Ohhh Armin?" Eren tak bisa lagi menahan senyumnya melihat tingkah laku Levi.
"Tidak tau, aku tidak peduli." Levi membuang muka.
"Sepertinya kau sudah salah paham, Levi." Eren mengulurkan tangannya untuk menepuk kepala Levi saat pria itu melirik tanpa menoleh sedikit pun. "Kedekatanku dengan Armin selama ini ada alasannya."
Mendapati tatapan tidak percaya dari Levi, Eren menghela nafas. "Soal aku yang menginap di rumah Armin, apa kau marah karena itu? Kalau begitu coba kau buka lagi room chat kita, dan perhatikan gambar yang aku kirimkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕄𝕚𝕤𝕥𝕒𝕜𝕖𝕤 • 𝔼𝕣𝕖𝕟 𝕩 𝕃𝕖𝕧𝕚
Lãng mạn𝘽𝙖𝙜𝙞 𝙇𝙚𝙫𝙞, 𝙙𝙪𝙖 𝙠𝙚𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙧𝙗𝙚𝙨𝙖𝙧𝙣𝙮𝙖 𝙙𝙞 𝙢𝙖𝙨𝙖 𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙢𝙚 .... "𝘼𝙠𝙪 𝙩𝙖𝙠 𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙪𝙡𝙖𝙣𝙜𝙞 𝙠𝙚𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙙𝙞 𝙢𝙖𝙨𝙖 𝙡𝙖𝙡𝙪! �...