𝔅𝔞𝔟 𝔢𝔪𝔭𝔞𝔱 : ༺𓆩𝕆𝕦𝕥 𝕠𝕗 𝕋𝕚𝕞𝕖𓆪༻

128 14 7
                                    

Levi sudah jatuh tertidur, sementara Eren masih sibuk memunguti tisu itu satu persatu dan memasukkannya ke keranjang sampah, ia juga membawa mangkok dan gelas kotor itu ke dapur.

Setelah selesai, ia menarik futon yang dimaksud Levi dari bawah kasurnya. Semula Eren berpikir, apakah futon itu tidak akan berdebu ketika diletakkan begitu saja di bawah kasur? Tapi saat ia menengok ke bawah, bawah kasur Levi amat bersih! Setitik debu pun tidak ada!

Usai mengatur futon-nya, Eren lalu kembali duduk dengan perlahan di dekat kepala Levi yang menghadap ke dinding. Eren memajukan tubuhnya agar bisa melihat bagaimana kelopak mata itu menyembunyikan manik kelabunya yang indah.

Eren mengelus rambut halus Levi, amat perlahan, agar tidak menggangu tidur pria itu. Teringat kembali bagaimana tatapan yang selalu Levi layangkan padanya. Tenang, tapi tetap waspada. Seolah sesuatu bisa menyakitinya ketika dia lengah.

"Kenapa tatapan matamu selalu terlihat seperti meminta pertolongan? Apa yang bisa kubantu untukmu?" Eren menghela nafas, dan menghabiskan beberapa menit lagi untuk tetap seperti itu.

***

"Diam dan bersikaplah seperti babu pada umumnya! Kau mencintaiku kan?"

.
.
.

"Kau bilang kau mencintaiku. Jadi hal sekecil ini, mustahil kau tidak bisa mengatasinya kan?"

.
.
.

"Kau boneka pelayanku, dan boneka tidak berbicara."

.
.
.

"Kau mencintaiku kan?"

.
.
.














"I'll wait for... you... in... hell."

***

"Tidak ... jangan lagi ....."

Eren terbangun lantaran mendengar suara lirih dari seseorang yang ternyata adalah Levi.

Ia yang tidur di lantai tak bisa langsung mengetahui keadaan pria itu. Maka dengan secuil kesadaran yang baru saja terkumpul, Eren lantas bangkit dan mendekati Levi.

Kondisi kamar yang gelap tak menurunkan ketajaman mata Eren untuk melihat tetesan air di sudut mata Levi. Bibir pria itu terus mengulangi kalimat yang hampir sama, diiringi isakan kecil.

Eren tau itu, Levi tengah memimpikan ingatan masa lalunya.

Ia dengan cepat naik ke kasur, kemudian memeluk pria itu erat. Kedua tangannya bergerak mengelus punggung dan surai hitam Levi. Ia bisa merasakan betapa dinginnya tubuh Levi.

"Aku di sini, kau tak sendiri, Levi. Tidak ada yang akan menyakitimu."

Hembusan nafas Levi yang awalnya memburu menjadi lebih tenang. Pria itu bahkan makin merapat ke dada bidang Eren, mungkin karena merasa hangat dan aman.

"Dia ... dia akan datang ... ia akan membawaku ke neraka bersamanya."

Levi mengigau. Eren mengerutkan keningnya. Siapa dia? Apa dia orang yang sudah membuat Levi seperti ini? Lalu ... neraka?

"Dia tak akan datang. Kalau datang pun, aku akan memukulnya hingga dia pergi, oke?" ujar Eren mencoba menenangkan Levi.

"Jangan tinggalkan aku ...."

𝕄𝕚𝕤𝕥𝕒𝕜𝕖𝕤 • 𝔼𝕣𝕖𝕟 𝕩 𝕃𝕖𝕧𝕚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang