𝔅𝔞𝔟 𝔱𝔦𝔤𝔞 : ༺𓆩𝔽𝕖𝕧𝕖𝕣 𝕒𝕟𝕕 𝔽𝕝𝕦𓆪༻

149 18 5
                                    

"Levi? Ohhhh, dia izin sakit hari ini."

Begitulah kalimat yang diucapkan Hange saat Eren bertanya padanya.

Usai jam pelajaran pertama, Eren langsung melesat ke ruang kelas anak XI untuk mencari sang senior, tapi ternyata? Pasti pria itu sakit lantaran kehujanan kemarin.

Sesaat Eren nampak ragu sebelum kembali bersuara, "Hange-san, tau di mana alamatnya?"

Hange terdiam. Yang mengetahui alamat Levi di sekolah ini hanya dirinya sendiri dan kepala sekolah.

Pria itu juga sudah berapa kali berpesan pada Hange agar tak memberikan alamatnya ke sembarang orang tanpa persetujuannya.

Tapi jika Eren sudah menatap dirinya dengan pandangan memohon seperti ini, Hange mana tahan.

Hange tentu tak hanya berdasar dengan itu. Ia yakin, kalau Eren tak akan melakukan sesuatu yang akan memperparah keadaan Levi. Malah sebaliknya, Eren mungkin bisa jadi penyembuh Levi.

"Baiklah, tapi kau harus janji agar tak memberitahu ini kepada siapapun."

***

Eren berdiri di depan pintu masuk berwarna putih, tangan kirinya menenteng sekantung bubur ayam yang ia beli di warung depan sekolah. Ia menatap sobekan kertas di tangan kanannya.

Apartemen Shingeki, nomor 025

Note = Levi tak suka kotor, jadi pastikan buka alas kakimu sebelum masuk!

Eren tersenyum saat membaca tips yang ditulis Hange, ia memang sempat menanyakan apa yang tidak Levi suka pada gadis itu.

Nice info, jadi setidaknya Eren bisa mengindari salah satu hal yang Levi benci.

Eren memasukkan sobekan itu ke dalam saku, dilanjut dengan mengetuk pintu. Saat tak ada jawaban, ia kemudian memutar kenop pintu.

Mata Eren sedikit melebar saat mendapati pintu sama sekali tak dikunci. Betapa cerobohnya, bagaimana jika Eren ini maling? Entah apa yang dipikirkannya saat ini. Ia dengan berani membuka pintu itu tanpa suara sedikit pun.

Ruang tamu yang bersih lagi rapi menyambut mata Eren, bau harum ruangan juga ikut menyapa hidungnya. Eren merasa jika kemampuan bersih-bersih Levi lebih baik ketimbang ibunya di rumah.

Ia kemudian melangkah masuk setelah membuka sepatu kets hitamnya, tak lupa kembali menutup pintu.

Dengan langkah senyap, Eren menjelajahi ruangan itu lebih dalam, mencari sang puja- bukan! Maksudnya sang senior.

Eren melewati salah satu kamar yang pintunya sedikit terbuka, menampilkan seseorang yang tengah meringkuk di balik selimut dengan nyaman.

Eren benar-benar gila saat ini. Ia bahkan belum pernah memasuki kamar ibunya tanpa izin, tapi saat ini ia dengan lancang memasuki kamar pria sakit yang tengah tertidur.

Oh astaga, Levi yang tengah tertidur sangat manis! Wajahnya sangat tenang, beda jika dalam keadaan sadar.

Meja di samping kasur penuh dengan segala macam obat-obatan dan air putih yang sisa setengah, sedangkan di lantai terdapat beberapa remasan tisu.

Eren memperhatikan wajah Levi. Wajah pria itu tampak pucat dengan hidung yang memerah, di dahinya tertempel semacam kompres pendingin.

Levi terkena demam dan flu.

Sepertinya hanya Levi yang ada di sini. Itu artinya Levi harus mengurus dirinya sendiri saat ia sendiri tengah sakit. Bagi Eren itu sama saja bohong.

Tangannya terulur untuk menyentuh dahi Levi. Panas, itu yang ia rasakan. Kulit pria itu juga agak lengket karena keringat dingin yang keluar.

𝕄𝕚𝕤𝕥𝕒𝕜𝕖𝕤 • 𝔼𝕣𝕖𝕟 𝕩 𝕃𝕖𝕧𝕚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang