𝔅𝔞𝔟 𝔰𝔢𝔟𝔢𝔩𝔞𝔰 : ༺𓆩𝕊𝕥𝕚𝕝𝕝 𝕙𝕖𝕣𝕖?𓆪༻

100 13 39
                                    

Rencana ke bioskop hari ini gagal total. Usai mengusir Kenny pergi, Eren menyarankan agar mereka pulang ke apartemen saja saat melihat kondisi Levi yang jelas tak baik.

Sepanjang perjalanan pulang, tak ada yang berbicara. Sesekali Eren memberikan sentuhan lembut, seperti elusan di kepala dan bahu. Ia takut jika Levi tiba-tiba menepis dan kembali bersikap beku padanya.

Levi memutuskan untuk tak pulang ke apartemen hari ini, melainkan ke rumahnya saja. Lantaran jarak stasiun ke apartemen memang sedikit lebih jauh dibandingkan ke rumahnya. Ia sudah amat lelah hari ini dan ingin segera menenggelamkan diri ke kasur dan melupakan semua apa yang terjadi.

Sesampainya di depan pintu ganda rumah itu, hari sudah gelap. Levi melangkah masuk lebih dulu, sedangkan Eren tetap di sana. Seolah ia mengerti tentang apa yang akan dikatakan Levi.

"Bisakah kau tinggalkan aku sendiri malam ini? Aku butuh waktu," ucap Levi yang langsung diangguki Eren dengan senyum tipisnya.

"Tentu. Tapi aku tidak akan pergi."

Kening Levi berkerut. "Hah?"

"Aku tidak akan pergi." Eren mengulangi kalimatnya kemudian menunjuk lantai marmer di bawah. "Aku akan tetap menunggu di depan sini hingga pagi. Jaga-jaga saja semisal kau butuh sesuatu."

"Kau tidak perlu repot-repot. Pulanglah! Kita akan bertemu lagi di sekolah." Saat Levi akan menutup pintu, tangan Eren tiba-tiba menahan pintunya. Itu membuat Levi mengerutkan keningnya. Hei, bagaimana jika ia tidak sengaja menjepit jemari Eren?

"Tolong jangan lakukan hal gila di dalam," ujar Eren yang mendapati tatapan tanya Levi. "Jangan mencoba mati."

"Hah?" Levi menatap mata Eren, mencoba mencari maksud lain dari perkataan pria itu, tetapi yang ia lihat hanyalah kekhawatiran dan rasa takut kehilangan. Apa pria ini benar-benar berpikir Levi akan bunuh diri?

"Jika kau mati, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri. Selamanya."

Levi mengerjap cepat, lalu mengangguk kaku. "Aku tidak akan." Ia kemudian menutup pintu cepat setelah Eren menarik kembali tangannya.

Pintu ditutup kuat tepat di depan wajahnya, membuat rambut Eren sedikit bergerak lantaran angin kecil yang ditimbulkan. Pria itu tersenyum, kemudian bersandar pada pintu kayu mahoni itu. Perlahan ia merosotkan tubuhnya hingga jatuh ke lantai yang dingin. Dia benar-benar tak pergi.

Levi menjatuhkan diri ke kasur dengan kepala menghadap ke bantal. Alih-alih memikirkan semua perkataan Kenny, ia malah memikirkan Eren yang katanya akan tetap tinggal hingga pagi.

Levi membalikkan tubuhnya menjadi telentang, menatap lurus ke langit-langit kamar. "Apa dia benar-benar menunggu di depan rumah?" Ia mulai bermonolog. "Sebodoh apa dirinya hingga ingin melakukan itu? Ya, dia pasti sudah pulang."

Levi memejamkan mata, mencoba untuk tidur. Sesaat kembali terbuka ketika mendengar suara guntur dan merasakan kilat cahaya masuk melalui celah jendela. Hujan kembali mengguyur bumi, membawa hawa dingin ke kulit putih Levi. Ia menarik selimut hingga menutupi sebagian wajahnya.

Hampir 30 menit Levi tetap berada dalam usahanya untuk tidur. Bayang-bayang pria itu seakan tak mengijinkannya untuk terlelap. Pertanyaan bagaimana jika Eren masih di luar terus menghantui pikiran Levi.

Ia bangun perlahan lalu menyibak selimutnya. Levi benar-benar harus memastikan sendiri, jika tidak, ia benar-benar tidak akan bisa tidur hingga pagi. Diliriknya jam dan sekarang sudah pukul 22.07 PM.

Sebelum itu, ia mengganti pakaiannya dengan piyama hitam berbahan sutra, dengan motif polkadot perak. Setelah selesai barulah ia melangkah menuju pintu depan.

𝕄𝕚𝕤𝕥𝕒𝕜𝕖𝕤 • 𝔼𝕣𝕖𝕟 𝕩 𝕃𝕖𝕧𝕚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang