"Levi, apa akhir-akhir ini kau dekat dengan seseorang?"
Begitulah pertanyaan Hange begitu bel istirahat berbunyi. Kening Levi mengerut. Bukan tak mungkin jika Hange akan menyadari kedekatannya dengan Eren, tapi apakah secepat ini?
"Apa maksud?"
Hange menunjuk dengan dagunya ke arah pintu. "Tuh."
Levi mengikuti arah pandang Hange, dan benar saja, Eren ada di sana. Berdiri di ujung pintu dengan wajah santai.
"Apa yang kau butuhkan?" tanya Petra, salah satu classmate Levi, pada Eren.
Eren menyunggingkan senyumnya. "Oh, aku menunggu Levi."
"Levi?" Gadis itu menaikkan sebelah alisnya. "Oooiiii! Levi! Anak ini mencarimu!" teriak Petra pada Levi sembari melambaikan tangannya.
Hange yang mendengarnya lantas membenarkan kacamatanya. Kilatan mata Hange terlihat menyiratkan kecurigaan, terlebih tawaannya, terdengar sangat menggangu di telinga Levi.
"Hehehehe ... lihat, anak itu mencarimu. Aku bisa mencium bau-bau kede—"
"Hentikan!" potong Levi sembari berdiri dari kursinya. "Jangan menerka secara asal!"
Setelah mengatakannya, Levi berjalan ke arah Eren dengan langkah agak terseret. Sementara Hange masih senyum-senyum sendiri.
"Entar kalau jadian, jangan lupa PJ, ya! PJ!"
Levi menahan malu sembari berusaha tak mendengarkan teriakan Hange yang sepertinya bisa terdengar hingga ke lorong kelas.
"Apa maumu?" tanya Levi ketus saat mereka sampai ke tempat yang tidak begitu banyak orang.
"Hah? Tentu saja aku mau menghabiskan waktu istirahat bersamamu. Tingkatan kelas kita berbeda, ruangannya juga jauh, jadi aku ingin memanfaatkan 45 menit ini untuk menemuimu di sekolah," jelas Eren panjang lebar.
Alis Levi berkedut. "Tapi kau bisa saja mengundang kesalahpahaman teman sekelasku!"
"Salah paham seperti apa?"
Levi berdecak kesal mendengarnya. Ia tau jika nilai bahasa Eren cukup tinggi, hingga tak mungkin ia tak bisa memahami maksud tersirat dari sebuah kalimat.
"Semua orang jadi berpikir kita ada apa-apanya!"
"Lah kan memang. Saat ini kita sedang pendekatan. Setelah itu kita bisa menuju hubungan yang lebih jauh lagi, 'kan?" tanya Eren sembari menatap Levi dengan intens.
Belum sempat Levi protes, Eren sudah lebih dulu menariknya ke arah tempat yang biasa kita sebut kantin.
"Hari ini kau bebas ingin memesan apa saja, aku yang traktir!"
"Yakin?"
"Tentu saja."
"Itu kau yang mengatakannya, lho."
***
Eren menatap nanar rongga dompetnya yang kini sudah bersih. Saking bersihnya sampai tidak isinya. Ia kemudian beralih menatap Levi yang tengah mengunyah sandwich dagingnya semangat.
Jika dihitung dengan empat piring kosong yang ada di meja, ini sudah sajian yang ke lima. Ramen, onigiri, mochi, burger, sandwich, di tambah es teh satu gelas ukuran besar.
Semua itu Levi lahap dengan waktu singkat. Ia tak menyangka jika pria kecil seperti Levi bisa makan begitu banyak.
Sementara Eren baru makan nasi goreng plus es teh medium size. Padahal masih istirahat pertama, tapi uang saku Eren sudah habis duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕄𝕚𝕤𝕥𝕒𝕜𝕖𝕤 • 𝔼𝕣𝕖𝕟 𝕩 𝕃𝕖𝕧𝕚
Romance𝘽𝙖𝙜𝙞 𝙇𝙚𝙫𝙞, 𝙙𝙪𝙖 𝙠𝙚𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙧𝙗𝙚𝙨𝙖𝙧𝙣𝙮𝙖 𝙙𝙞 𝙢𝙖𝙨𝙖 𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙢𝙚 .... "𝘼𝙠𝙪 𝙩𝙖𝙠 𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙪𝙡𝙖𝙣𝙜𝙞 𝙠𝙚𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙙𝙞 𝙢𝙖𝙨𝙖 𝙡𝙖𝙡𝙪! �...