7

18 15 1
                                    

Kalau ada typo kasih tanda yah 🏴‍☠️
Selamat membaca...





Lain tempat, tepatnya di kampus Cakrayasa sekolah internasional milik temannya Bena Angkasa. Abyaz dan temannya yang lain memang tidak bisa dijauhkan, jika ia dulu pindah pas masa dirinya mau masuk kelas 12 SMA sampai ia lulus dan berkuliah.  Disini temannya ikut berkuliah ditempat yang sama dengannya dan ia hanya bisa menghelai nafas melihat kelakuan temannya yang konyol.

Byakta dan Bena berdiri ditempat parkir menunggu Abyaz sampai.

"Lama kek siput anjir pegel kaki gue." 

"Diam lu! Dumel mulu perasaan dari tadi, telinga gue sakit nih!" Kesal Byakta mendengar beribu keluhan yang keluar dari mulut Bena.

"Ck emang lu kaga pegal apa anjir...duh." decak Bena sambil mengurut kakinya yang pegal.

"Duduk bisa kan lu, bangke! Noh mobil banyak tinggal duduk apa susahnya anjir." Kekesalan Byakta memuncak hingga menyikut kaki Bena sampai sang empu mengerang sakit. 

Saat akan mencecar berbagai umpatan suara mobil yang dikenal mereka datang hingga menghentikan pertengkaran dua makhluk yang kini sedang melongo melihat temannya yang baru datang dengan aura bahagia.

"Si anjir temen lu kerasukan apa Ben? Lu liat kan dia senyum tadi Ben?" Ucap panik Byakta saat tidak sengaja melihat Abyaz tersenyum kecil.

"Kaga tau lah anjir, panggil mbah yito coba woi." Jawab Bena sambil menabok bahu Byakta untuk memanggil seseorang.

Saat Byakta akan menghubungi orang yang tadi dipanggil mbah oleh Bena, gerakan tangan Byakta terhenti melihat Abyaz yang sudah ada didepan mereka dengan aura mengerikan.

"Jangan coba-coba." Ucap Abyaz tegas sampai membuat Byakta, Bena menelan ludah mereka karena aura yang dikeluarkan Abyaz.

Plak..Plak

Suara geplakan yang diberikan Abyaz dua kali sampai terdengar ditelinga orang-orang yang masih berada ditempat parkir.

"Aduh...bangsad"

Suara kedua orang mengaduh kesakitan, bahu mereka terasa panas. memang tangan Abyaz kayaknya ada kekuatan api sampai rasa nyeri itu tidak hilang.

Abyaz meninggalkan kedua temannya yang masih berada ditempat sambil mengelus bahu yang nyeri.
Punya temen gini amat ck. Decak Abyaz dalam hati.

"WOI TUNGGUIN PACAN!" teriak Bena dan Byakta bersamaan mengejar Abyaz yang sudah menjauh.

"Stop manggil gue Pacan!" Tekan Abyaz saat kedua temannya sudah berjalan disampingnya. Kedua temannya membalas dengan cengiran bodoh.


>>>>>>>>>>>>>>


Saat sudah duduk di bangku belakang favoritnya Zanneta melamunkan hal tadi saat ia jalan dikoridor.

Disekolah Zanneta sekarang menjadi perhatian banyak orang setelah melihat Zanneta turun dari mobil dan karena ada yang melihat ia diantar sama cowo secepat itu berita tersebar.

Ia harus mati-matian menahan rasa kesal saat banyak mata melihat dirinya. Tatapan orang adalah hal yang paling mengerikan bagi Zanneta dan karena rasa tidak nyaman, introvert, trust issues terhadap pertemanan membuat ia memilih menjauh dari mereka.

Rasa itu yang membuat sang Ibu tidak suka melihat ia terus jadi pendiam, Zanneta juga tidak ingin menjadi seperti ini karena lingkungan yang tidak sefrekuensi.

Tidak apa tidak punya teman banyak yang penting dirinya nyaman dengan rasa ini. Seandainya dua temannya tidak berpisah mungkin ia tidak akan merasa kesepian.

ABZAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang