Hari kedua Neta bersekolah disini dan tentu Neta sering kali melihat pria yang di kagumi nya berjalan ke arah berlawanan dengan dirinya.
Wangi parfum di tubuhnya menyapa indera pernapasan Neta, wangi khas dengan aroma segar dan manis menjadi kesukaan Neta.
"Selamat pagi kak." Sapa Neta dengan sedikit menunduk dan tersenyum tipis.
Sapaan itu hanya angin lalu untuk dia, dia hanya melirik dan tidak menyapa balik. Dan itu cukup membuat senyum Neta hilang. Saat pria itu sudah menaiki tangga menuju kelas nya, mata coklat itu menatap pria pujaannya sampai menghilang diantara tembok.
"Hayoo lagi ngapain nih,, lagi liatin siapa sih Zan?" Suara teman Neta membuat diri nya terkejut. Ia menolehkan kepalanya kearah temannya yang merangkul dirinya sambil melihat sekeliling yang Neta tatap.
Aditi mengangkat alisnya satu seakan menunggu jawaban Zanneta. "Enggak ada kok, ayok ke kelas."
Saat sudah sampai di kelas ternyata sudah ramai, ia berusaha mencari tempat duduk dengan masih menggandeng tangan Aditi.
Akhirnya pilihannya jatuh di bangku barisan ketiga samping jendela. Baru saat dirinya duduk dengan diikuti Aditi duduk disebelah nya sambil mengeluarkan bukunya. "Oh ya Zan si congor satu mana yah kok belum dateng." Tanya Aditi.
Aku menoleh dan menjawab tidak tahu diiringi gelengan kepala, saat akan menyalakan hape nya Neta harus dibuat terkejut lagi. Salah apa dirinya harus mempunyai teman yang selalu mengejutkan dirinya, pikirnya sambil menutup mata dan menghelai nafas menahan gejolak kesal dan umpatan.
"COCOTE CANDRAA!! Bisa enggak sih kalau mau nyapa jangan kagetin anak orang, gue bisa jantungan goblok!" Maki Aditi yang ternyata sama terkejutnya dengan Neta dan dia sama sekali tidak berkaca bahwa dirinya pun sama. Ucap dalam hati Neta sambil memutar bola mata jengah.
Yang mengejutkan Neta dan aditi hanya memberikan ketawa canggung merasa bersalah. "Maap lagian diam diam bae yaudah gue kasih kejutan" bibirnya melengkung kebawah dengan penuh penyesalan.
Aku yang melihatnya pun tak tega, "udahlah lain kali jangan gitu kalau yang kalian kagetin punya penyakit jantung gimana? Bahayakan."
"Kok 'kalian' gue enggak ya Zan" bingung aditi.
"Iyaa 'kalian' kamu enggak nyadar pas di lorong hah?!" Ucap kesal Neta dan di tanggepin ketawa malu nya saat mengingat kejadian di lorong itu.
Saat Guru datang kelas menjadi hening dan Candara yang duduk kebelakang berubah menghadap kedepan.
"Selamat pagi anak-anak, Perkenalkan saya adalah Bu Erni Guru sejarah kalian sekaligus wali kelas kalian di tahun ini." Ucap Bu Erni dengan senyum sahaja nya.
"Pagii buu" Ucap serempak murid kelas.
Saat masa perkenalan mata Neta melihat kakak kelas yang sedang berolahraga di lapangan dan ia melihat jelas pria pujaan nya ada disana. Saking fokusnya ia menatap pria itu sampai tidak sadar ada seseorang diantara kakak kelas nya yang melihat tatapan Neta dengan teman nya dan itu sampai berlanjut hingga jam istirahat berbunyi.
Salah satu pria menghampiri Abyaz yang terlihat bengong sepanjang jalan, "Lu kenapa bro? Lagi ada masalah?". Tanya Bena dengan merangkul bahu temannya.
"Egak ada" singkat, padat, dan itu membuat kesabaran Bena menipis, dengan mengepalkan kedua tangan seakan meremaskan temannya yang sudah berjalan menjauh menuju kantin dengan perasaan kesal.
Abyaz mencari tempat duduk sampai matanya menemukan gadis yang menjadi alasannya risau. Ia mencoba menampik perasaan ini dan berusaha terlihat cuek, saat sudah duduk dan memainkan ponsel nya.
"Mau makan apa nih?" Tanya Byakta kepada teman-temannya.
"Samain aja." Ucap Abyaz mewakili mereka. Byakta hanya mengangguk dan berlalu untuk memesan makanan.
"Woi Mufid!! Makan sini aja kaga ada meja kosong kan." Ajak Bena saat melihat teman kelas nya sedang kebingungan mencari tempat duduk.
"Gapapa nih? Kalau ganggu gue bisa cari tempat yang kosong". Dengan raut canggung akhirnya ia memilih duduk bersama Bena dan temannya.
Abyaz hanya melirik sekali saat Mufid duduk di hadapan nya. "Gua mau tanya" Ucap tiba-tiba Abyaz mengalihkan perhatian Bena dan Mufid yang tengah asik dengan kegiatan masing-masing.
Bena, Mufid saling melirik dengan perkataan yang tidak mereka pahami, "maksud lu sapa Yaz? Gue apa Mufid nih"
Abyaz hanya menunjuk dengan dagu nya kedepan dan Mufid menujuk diri nya sendiri dengan ekspresi bingung. "Ooo..oh boleh kok Tanya aja."
"Lo kenal cewe disana?" Tanpa basa basi Abyaz menunjuk kearah tempat adik kelas yang duduk tengah kantin.
"Hah? Maksudnya? Gue kenal aja kaga Yaz, kenapa sih?" Bingung Mufid dengan pertanyaan itu.
"Lu kenapa sih Yaz, lu kenal tuh adik kelas? Apa suka?" Tanya Bena yang juga sama bingung nya.
Abyaz hanya melirik tajam ke arah Bena dan itu mampu membuat Bena menutup mulut tidak mau ambil resiko jika sudah diberi tanda.
"Enggak ada." Namun pikiran nya merasa lega saat dia tidak mengenal gadis itu tapi beberapa kali pikiran nya kacau dengan berbagai pertanyaan, lalu kenapa gadis itu menatap Mufid sebegitunya, apakah dia suka sama Mufid. Sial segera ia menampik pikiran konyol itu, jika begini terus bisa bisa nya dia gila.
Suara itu mengalihkan pikiran Abyaz saat makanan tersaji di depannya dan mulai ia memakannya untuk mengalihkan berbagai pertanyaan dipikirannya.
"Wih oh iya Baya lu kan Ultah nih, traktir lah, gila sampai lupa gue kalo sobat gue hari ini ultah haha"
Byakta yang mendengar nya kesal bagaimana bisa Bena ingat hari ulang tahun nya, sial pasti ada apa nya nih anak. Pikirnya.
"Mau apa lu, gak usah basa basi." Ucap jengah nya dengan menghembuskan nafas nya, pasti dompet nya terkuras lagi.
Abyaz yang melihat tertekan nya Byakta hanya tertawa kecil, ia sudah tahu dengan kelakuan kedua teman nya.
"HBD Bay" Ucap Abyaz dengan menyodorkan kunci motor yang Byakta inginkan sejak lama."Wihhh makasih Yaz, aduh ngerti banget lu apa yang gue pengen." Byakta kegirangan saat mendapatkan hadiah dari Abyaz, dengan lebay nya Byakta melayangkan flying kiss kearah Abyaz.
Abyaz yang mendapat kan itu hanya berujar pelan namun bisa didengar kedua temannya, "najis."
Byakta dan Mufid tertawa melihat ekspresi datar Abyaz sampai ia dikejutkan kelakuan Bena yang membuat dirinya mengelus dompet nya kasian.
"WOII SI BYAKTA ULTAH NIH KATA NYA MAU BAYARIN KALIAN SEMUA YANG DI KANTIN, JADI KALAU MAU TAMBAH LAGI SOK ATUH, BYAKTA YANG BAYARIN" teriakan Bena membuat seluruh atensi murid di kantin riuh dan ada juga yang mengucapkan 'HBD' kepada Byakta.
"Wih yu kalian mau pesan apa buruan mumpung gratis nih" Ucap senangnya Candara saat mendapat gratisan.
"Mata elu gratisan mulu, heran, yaudah gue mau nambah jus mangga aja es ny tambahin tapi jangan di blender" gerutu aditi saat melihat teman nya itu dan akhirnya mengajukan pesannan.
Pandangan Candara dan Aditi beralih ke Neta, "huh samain aja" pasrah saat tatapan mereka memaksanya untuk memesan juga.
Yah memang dirinya tidak enak jika ada gratisan maka dirinya lebih baik menolak tidak seperti Candara yang memang suka sekali dengan kata gratisan, padahal diri nya orang berada tapi kata nya 'kalau ada yang gratis kenapa mesti keluarin duit' nah, kadang aku heran dengan pikiran Candara itu.
Saat dirasa makanan sudah habis Neta meminta izin untuk ke kelas terlebih dahulu, "aku ke kelas dulu ya, minuman nya bawa aja, makasih Diti". Saat mendapat anggukan kepala dari Aditi kini ia berjalan menuju kelas. Dirinya tidak bisa terlalu lama di keramaian maka gini batrai sosial nya habis. Mata Neta sempat bertatap dengan kakak kelas yang hampir dirinya tabrak waktu lalu dan tatapanya terlalu aneh untuk dijelaskan.
Next.

KAMU SEDANG MEMBACA
ABZAN
أدب المراهقينIni adalah Akhir Cerita dari seorang gadis yang jatuh hati sejak bertemu dengan kakak kelas nya yang cuek. Kisah tanpa sebuah perkenalan rasa suka dan tanpa komitmen tapi hanya sekedar dua orang yang selalu berpapasan. Seorang gadis yang memendam c...