6

19 18 2
                                    

Kalau ada typo tandain yah, oke maniez..






Cukup lama mereka berbincang setelah mulai akrab dengan orang didepannya sampai menjelang sore, ia tersadar saking asik dan nyaman berbincang. "Kak ini udah mau sore dan aku harus pulang...emm hutangnya berarti udah lunas kan kak?" Harap cemas melihat ekspresi tak terbaca pria didepannya.

Abyaz hanya mengangguk pelan, tangannya menyambar kunci mobil bersiap melakukan rencananya. "Pulang sama gue." Suara tegasnya menandakan tidak mau dibantah.

Zanneta memandang punggung Abyaz yang mulai menjauh, "mau sampai kapan lu jadi patung."

Setelah sadar segera ia mengikuti pria didepannya yang sudah membuka pintu mobil setelah masuk kedalam, ia mengucap 'terimakasih' dengan lirih. Batinnya masih bertanya-tanya akan sikap pria yang sudah duduk disampingnya depan kemudi.

Dirinya tidak mau terlena akan perlakuan pria itu. Hening, membuat rasa canggung itu kembali. Ia beralih memandang jendela mobil disampingnya dengan pikiran rumit.

Mendung itulah pandangan yang ia lihat. Abyaz sesekali melirik Zanneta yang berada disampingnya mendengar dia menghelai napas beberapa kali.

"Habis ini belok atau lurus?" Memberanikan diri memulai bicara setelah keheningan membuat ia kesal. Sial dari tadi kek gue ngomong, gentle Byaz, gentle!. Batinnya kesal.

"Ha..eh iya lurus habis itu ada pertigaan belok kiri." Jelasnya setelah tersadar dari lamunannya.

"Lagi mikirin apa? Dari tadi kayaknya berat banget."

"Hem enggak kok." Bingung itulah kata menggambarkan dirinya setelah mendengar nada khawatir pria disampingnya.

"Cerita aja siapa tau itu bisa bikin lu lega."

"Emm cuman lagi mikirin besok pelajaran atau enggak,  kan hari ini kenaikan kelas jadi bingung aja belum ada pemberitahuan guru."

"Tenang aja nungguin info dari sekolah emang suka telat." Mengangguk mengerti mendengar penjelasan itu.

"Berarti lu udah kelas 12 dong mau lulus."

"Kakak kok jadi banyak ngomong gini? Pas di kafe enggak tuh." Akhirnya kata itu bisa juga ia ajukan setelah perang batin.

Memandang Abyaz dengan raut bingung sampai dirinya menghadap langsung ke arahnya. Shit gemes banget pengen gue cium. Gemas melihat ekspresi gadis disampingnya untung saja dirinya bisa mengendalikan diri kalau tidak sudah pasti rencana dalam otaknya ia kabulkan mencium gadis itu dengan brutal.

"Ekhem, semau gue dong oh atau gak lu mau gue selalu ngomong cuek gitu. Lagian lu orangnya gak suka kan dicuekin."

"Kok kakak tau aku gak suka orang nyuekin aku?". "Eh.." panik melanda saat dirasa ia jujur, takut, dan sesekali melirik pria disebelahnya. Duh kesinggung gak yah? Ini mulut kenapa sih. Batinya berucap.

Abyaz menaikkan alisnya satu melihat ekspresi panik gadis itu saat ucapannya yang asal itu ternyata mengundang jawaban kejujuran dari gadis itu.

"Oh jadi gitu... yaudah gue akan ngomong gini hanya sama lu doang." Ia hanya berucap panjang hanya kepada orang yang dia sayang seperti Ibunya dan gadis ini 'Zanneta' namanya yang selalu mengisi dipikirannya.

Zanneta yang mendengar itu menoleh dengan mulut terbuka sedikit, raut terkejut terpampang sampai ia tidak sadar mobil berhenti berjalan.

"Sudah sampai, awas ada lalat masuk." Dengan alis terangkat ia mendengus menahan ketawa yang akan keluar.

Tersadar dari raut terkejut segera ia ikut keluar menyusul langkah Abyaz yang ada didepannya. Aish muka aku pasti jelek banget ish. Sesekali merutuk dalam hati karena ekspresi konyol yang tanpa sengaja hadir.

"Kak..kak..kak Abyaz gak mau pulang langsung? Bukannya aku berniat ngusir cuman Ibu aku lagi gak ada dirumah dan sebentar lagi kan mau hujan nanti kakak kejebak hujan gimana?." Panik menyerangnya saat pria itu akan mengetuk pintu rumahnya, sungguh baru kali ini dirinya membawa pria sampai kerumahnya. Ia panik akan keciduk tetangganya melihat ia membawa pria kerumah.

Abyaz yang melihat kepanikan tergambar dari wajah gadis didepannya seketika terhenti untuk mengetuk pintu didepannya. Ada apa dengan gadis itu kenapa terlihat panik?. Benaknya bertanya.

Mencoba mengiyakan apa yang dibilang gadis itu agar dia tenang dan tidak terlalu ikut campur dulu. "Oke lain kali gue boleh mampir kan?"

"Iyah iya" ucapnya cepat sambil melirik sekeliling takut  Ibunya datang atau tetangga melihat.

Dengan tidak rela Abyaz kembali ke mobil setelah pamit dengan dia, setelah mobil itu menjauh barulah Zanneta bisa menghelai nafas lega. Sebenarnya Ibunya tidak mempermasalahkan ia berpacaran atau membawa laki-laki tapi ia terlalu malas menjawab omongan Ibunya yang tidak ada hentinya sampai mengungkit cerita lama dan tetangga yang selalu bergosip.

Sedangkan didalam mobil menuju pulang Abyaz masih bertanya-tanya, bingung dengan ekspresi panik dia saat ia berniat berkunjung.

"Sebenarnya ada apa sih, kok bisa dia panik gitu." Rasa penasaran hadir dan berniat menghubungi asistennya untuk mencari tahu.

>>>>>>>>>>>>>>

Pagi nya Zanneta bersiap untuk berangkat sekolah.
Dengan langkah cepat ia pamit berteriak "IBUUU AKU BERANGKAT"

"GAK SARAPAN DULU?"

mendengar teriakan Ibunya ia membalas "GAK USAH, orang gak biasa sarapan di kasih sarapan.." dumel zanneta sambil memasang sepatu didepan pintu.

Sang ibu yang masih mendengar gerutuan anaknya hanya geleng kepala.

Zanneta melangkah keluar rumah dengan riang sambil memakai earphone menyetel lagu kesukaan.

"Aaa kamchagiyaa." Kaget Zanneta melihat Abyaz didepan rumahnya dengan posisi dia menyender didepan mobil.

"Kakak kok ada disini?" Sambil sesekali melihat kedalam rumah memastikan Ibunya tidak keluar.

Abyaz yang melihat Zanneta tiba dengan raut terkejut ia tersenyum mendekat, "sengaja mau nganter lo"

"Hah kok tiba tiba"

"Dah ayok masuk sebelum nyokap lu tau". Abyaz memaksa Zanneta dengan mendorongnya untuk masuk mobil.

"Eh kok tahu?"

"Dah jelas, sekarang jelasin kenapa lo gak mau nyokap lo tahu." 

Setelah mobil berjalan Abyaz sebenarnya ingin mendengar alasan Zanneta yang selalu keliatan panik saat dirinya datang kerumah. Ya Abyaz sudah mendengar dari asistennya tadi pagi dan langsung mengambil keputusan untuk bisa lebih dekat lagi dengan gadis pujaannya.

"Kalau gak mau cerita juga gapapa," jelas Abyaz memberikan pengertian saat melihat Zanneta ragu untuk menceritakan alasannya.

"Emm sebenarnya aku malas aja dengerin Ibu ngomong walau dia nggak larang aku deket sama siapa, itu aja sih."

Abyaz mengangguk merespon, pada saat sudah sampai di gerbang sekolah ia akan menyatakan sekarang sebelum Zanneta dimiliki orang lain.

"Neta gue suka sama lo, gue beri waktu untuk jawabnya Neta dan tolong jangan deket sama cowo lain sebelum lo ngasih jawaban." Ucapan serius Abyaz membuat Zanneta Kaget dan bingung.

"Emm kak makasih tumpangannya aku duluan" ragu Zanneta membuka pintu mobil dan saat ia akan melangkah ia berucap "nanti aku pertimbangin jawabannya" dan setelah itu Zanneta berlari.

Abyaz melihat cara berlari gadisnya terkekeh gemas, ah gadisnya, sayang sekali dia belum menjadi miliknya.
Tapi mendengar Ucapan tadi berarti ia belum di tolak dong masih ada jawaban yang menunggu kan. Semoga jawabannya bikin gue seneng, semoga dia nerima gue. Harap Abyaz dalam hati, dengan hati senang ia melaju menuju tempat kuliahnya dan sesekali tersenyum saat bayangan ekspresi terkejut, bingung, panik, malu gadis itu terasa menggemaskan.


.tbc.

Beri komentar dan share maniez..

ABZAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang