11

9 7 2
                                    


Sudah dua hari ini Zanneta tidak melihat Abyaz, rasa khawatir selalu datang karena ia tidak tahu dimana Abyaz setelah satu hari itu ia datang menjenguk tapi ternyata di ruangan itu sudah kosong. 

"Huh dia pergi gak bilang. aghh sial banget aku harus suka sama itu cowo." Desah Zanneta prustasi dengan rasa khawatir yang membelenggunya. Seharusnya kalau kayak gini jangan kasih harapan. Batinnya lelah.

Hanya karena dia Zanneta jadi mengabaikan pelajaran dari guru yang menerangkan, untung saja ia duduk dibangku terakhir kalau tidak guru sudah menotis dirinya yang melamun.

"Oke untuk minggu kedepan kalian akan maju berkelompok untuk menganalisis lingkungan sekitar. Nah, ini kelompoknya mau ibu bagi apa pilih sendiri?" Tanya Bu Maraget.

Mereka semua ada yang langsung saling kode untuk berkelompok bersama, ada yang diam pasrah, ada yang berbisik menentukan kelompok mereka. Semua itu terlihat dan sudah terbiasa bagi Zanneta jika ada pembagian kelompok, sampai sang ketua angkat tangan mengajukan jawaban "ibu saja yang pilih, biar adil!."

"Oke jawaban yang bagus Agus." Dengan raut senang atas jawaban anak muridnya Bu Maraget langsung membuat kelompok.

Zanneta puas melihat teman sekelasnya mengeluh saat sang ketua kelas mengajukan pilihan, ia tahu bakal ada beberapa anak yang jadi kelompok buangan hanya karena dari mereka ada yang tidak akrab dengan teman yang lain dan sudah terbiasa kan jika ada pembagian kelompok.

Setelah pelajaran selesai dan semua siswa pergi kekantin atau ada yang pergi ke perpustakaan dan banyak lagi aktivitas di lingkungan sekolah. Hanya saja Zanneta lebih memilih untuk menghindari kerumunan dan lebih suka pergi sendiri membeli makanan lalu pergi kebelakang sekolah yang sepi,
Lebih baik ia menghindari yang namanya teman dari pada harus merasakan dijauhi saat berkumpul.

Di saat menikmati sandwich yang ia beli dan sesekali membaca novel yang dipinjam dari perpustakaan, sampai dering ponsel mengalihkan perhatiannya.

"Halo?"

".....—"

"Siapa ini? Kalau gak jawab aku matiin, gajelas banget." Saat sang empu mau menjawab Zanneta memotong tidak sabaran.

"Hey jangan! Ini aku, masa gak kenal jahat banget.." Ucapnya dengan nada sedih.

"O‐oh kak Abyaz....em kenapa baru kasih kabar?." Ucapnya lirih dengan ragu-ragu sambil memilin bajunya.

"Hehe maaf yah, aku gak sempet kabarin soalnya lagi ada problem. Maaf yah hum?"

Mendengar nada lucu dari dia membuat Zanneta dengan perlahan menarik ujung bibirnya membentuk senyum tipis malu-malu menundukkan kepala menyembunyikan rona merah diwajahnya. Oh astaga muka ku pasti memerah. Rutuknya dalam hati.

"Ehm iya, tapi lain kali jangan kayak gitu."

"Hahaha iya sayang pasti."

"Aku kangen pengen liat wajah kamu." Setelah mengucapkan itu panggilan berubah menjadi vidio dan itu membuat Zanneta kaget dengan jantung berdebar dan ragu-ragu ia menerimanya.

"Kok lama? Kaget ya, maaf ya." Ucapnya sesal melihat raut wajah gadisnya masih dalam terkejut.

"Ha-hah?, o-oh iya gapapa." Ucapnya terbata masih dalam rasa canggung.

"Pulang jam berapa? Nanti aku jemput kabarin ya."

"Iya"

"Apa? gak denger sayang, kamu bisik bisik gitu kenapa, apa ada sesuatu.." Ucapnya jahil diakhir ia ikut berbisik.

ABZAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang