Di tengah cuaca yang terik membuat beberapa orang yang berada di luar taman kepanasan, mereka di antaranya Zanneta, Zifa, Radit, Joko, Sinta, cindi.
"Sialan panas banget siapa sih yang nyaranin ke taman?!" Ucap Sinta dengan penuh kekesalan mendelik kearah teman sekelompoknya.
"Noh,noh si Radit noh." Zifa yang juga ikut kesal mendorong bahu Radit di sampingnya sampai maju kedepan dengan penuh ke sinisan ia memandang.
"Apaaan sih selow aja anying! Lagian ini tempat pas buat menganalisis lingkungan." Balas sinis Radit memandang Zifa yang mendorongnya hingga ia bergerak pindah ke samping Zanneta.
"Zanneta aja gak protes sama sekali yah Zan?" Lanjut Radit meminta persetujuan.
"Hem iya."
Melihat respon Zanneta yang mengiakan tersenyum bangga dan di sambut mereka dengan decihan. Sekarang mereka fokus mengerjakan tugas mereka masing-masing setelah sang ketua kelompok memberikan perintah.
"Emm, Zan di-dibawah sepatu lo a-ada ulat.." Ucap tiba-tiba Zifa dengan nada ragu melirik reaksi Zanneta yang mematung.
"Zan muka lu kok pucat? Zan lu takut ya? Aduh gimana nih, Zan, woi, Zan." Saat Zifa melihat reaksi Zanneta yang mematung membuat ia tidak bisa mengontrol diri dan dengan panik ia memanggil manggil Zanneta dirasa tidak mendapatkan respon.
Suara Zifa memasuki indera pendengar Zanneta yang telah kembali normal setelah aksi mematungnya karena terkejut oleh ucapan Zifa tadi. Ia yang takut bukan takut sih cuman geli melihat binatang kecil yang kenyal seperti ulat berada di dekatnya apalagi menempel. Jika yang dikatakan temannya Zifa benar ia pasti akan menjerit dan menangis makanya dengan perlahan Zanneta melirik kebawah tepatnya dicelana yang sekarang menempel di sana, bulu kuduknya seketika berdiri, geli melihatnya.
"AAAAAAAAAAAAAAAA ULAATTTTT ZIFA TOLONGIN, ULATNYA NEMPEL DI CELANA." teriak Zanneta tidak berani bergerak, memejamkan mata ketakutan.
"GUE GAK BISA ZANET, GUE JUGA GELIII." Balas Zifa berteriak setelah terkejut mendengar teriakan Zanneta.
Aksi teriakan tersebut membuat beberapa orang yang berada di taman menoleh kearah mereka, dari jarak jauh Abyaz yang memang tengah mengamati kekasihnya mendengar teriakan mereka di salah satu sudut dekat pohon besar, dengan cepat ia keluar dari dalam mobil dan berlari menghampiri.
Dengan cekatan Abyaz membuang ulat bulu ke tanah lalu menginjaknya sampai tubuh ulat itu penyet. "Berani sekali bikin gadis ku berteriak ketakutan." Geramnya lirih setelah ulat itu hancur lebur ia segera membawa tubuh kekasihnya kepelukan dan berkata menenangkan tubuh Zanneta yang masih bergetar.
"Ssuut tenang...ulatnya udah mati. Ayo duduk dulu, Zifa beli minuman buat Neta." Suruh Abyaz setelah membawa Zanneta duduk dengan masih berpelukan.
"Ha-hah? Ooh iya." Gugup Zifa saat aksi kekasih temannya seperti heroik. Agak lebay yah tapi emang Zifa orangnya lebay gitu.
Setelah kejadian tadi Abyaz lebih dulu mengantar Zanneta pergi sebelum sang gadis meminta izin, biarlah ia yang menyelesaikan tugas kekasihnya setelah memberitahu ketua kelompok.
Berakhir lah Zanneta berada di puncak bukit melihat alam secara langsung. Disebelahnya ada Abyaz yang masih terus memandangnya dalam, terkadang ia tidak bisa mengartikan tatapan Abyaz kedirinya dan setiap ia membalas memandangnya berakhir ialah yang memutuskannya. Gak kuat liat matanya dalam-dalam , Ucap dalam hatinya.
"Kita makan dulu yah ini udah mau siang."
"Aku gak lapar kak Abyaz."
"Aku bukan kakak kamu." Ucap Abyaz datar tidak suka panggilan Zanneta.

KAMU SEDANG MEMBACA
ABZAN
Ficțiune adolescențiIni adalah Akhir Cerita dari seorang gadis yang jatuh hati sejak bertemu dengan kakak kelas nya yang cuek. Kisah tanpa sebuah perkenalan rasa suka dan tanpa komitmen tapi hanya sekedar dua orang yang selalu berpapasan. Seorang gadis yang memendam c...