9

15 12 6
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak maniez



Sudah satu minggu Zanneta tidak memberi jawabannya sampai berakhir Abyaz yang uring-uringan sesekali overt thinking. Hari ini adalah hari senin dan tugas Abyaz untuk menjemput calon kekasihnya.

Saking macetnya karena ini hari sibuk membuat Abyaz dilanda panik, takut dirinya terlambat menjemput. Pernah waktu itu dia yang kesiangan sampai terlambat beberapa menit pun Zanneta sudah berangkat duluan Saking lamanya ia datang.

Yah selama satu minggu Abyaz sudah mulai perlahan membuat Zanneta luluh walau ada setitik canggung diantara keduanya. Ibunya Zanneta pun sudah mengetahui akan kedekatan mereka walau reaksinya biasa saja, meski sempat berfikir bahwa kepanikan Zanneta saat Abyaz menjemputnya didepan rumah karena takut akan reaksi Ibunya itu ternyata tidak seperti pemikirannya.

Zanneta saja yang terlalu berlebihan menyimpulkan walau Abyaz pernah sesekali mendengar omongan ibu dan anak itu. Seperti beberapa hari kemarin saat dirinya ketahuan oleh Ibunya Zanneta.

Saat itu Abyaz habis mengantar Zanneta pulang dari sekolahnya walau sedikit memaksa saat mendapatkan penolakan.

Didepan sana Abyaz menghiraukan ucapan Zanneta untuk berhenti saat ia tahu kalau Ibunya ada didepan rumahnya.

"Kak plies berhenti disini...kak! Yaampun jangan turun kak! Astaga...."  Ucap panik Zanneta saat melihat Abyaz turun terlebih dahulu, sesudah keluar Abyaz berjalan memutari mobil berniat membuka pintu untuk Zanneta.

"Ayok keluar," Ajak Abyaz saat dirasa uluran tangannya tidak digapai gadis itu.

Zanneta panik dan hari ini ia malas sekali mendengar omelan Ibunya kalau sampai tahu ia pulang dijemput laki-laki. Saking lamanya melamun Zanneta sampai tidak tahu saat Abyaz mengulurkan tangannya.

"Eee-eeh kak!!"  Zanneta terkejut saat ada yang menarik tangannya untuk turun dan entah sejak kapan  seat belt itu sudah terlepas.

Abyaz yang melihat itu jengah sesekali menghembuskan nafas berulang kali, dirasa sudah diujung batas kesabaran Abyaz pun menarik tangan Zanneta agar keluar dari mobil.

"Kak!! Apa-apaan sih!!" Teriak kesal Zanneta.

"Apa? Gak mungkin kan hubungan kita harus kayak gini..." Ucap Abyaz lelah.

"Hubungan? Haha kakak lucu yah, aku aja belum kasih jawabannya." 

"I know Neta! Know. Aku beri kamu waktu satu minggu untuk menjawab, emang kamu pikir aku gak cape harus nunggu selama ini? Aku tahu kamu udah ada rasa cuman untuk singgah saja kamu masih ragu. Tolong jangan kayak gini.." ucapannya terdengar lelah dan melihatnya pun dengan mata sayu sarat akan keputusasaannya.

"Zanneta dia siapa? Kenapa gak dibawa masuk?" Pertanyaan ibunya Zanneta mengurungkan ucapan putrinya. Mereka berdua saling menatap dan berakhir menatap kedepan tepatnya sang ibu yang berdiri tidak jauh dari depan gerbang.

Di ruang tamu Abyaz duduk dengan tegap seakan tidak terpengaruh akan suasana canggung seperti kisah orang yang bertemu dengan keluarga orang yang dicintai.

Zanneta merasakan kegugupan, takut Ibunya berkata yang tidak-tidak tapi saat Zanneta menatap Abyaz yang berada di depannya seperti tidak terpengaruh lagaknya dia memang sudah meniatkan pertemuan ini. Sekejap Zanneta merasa kesal saat praduga nya terasa benar.

"Neta buatkan minum buat tamu." Suruh ibu yang seperti mengusirnya agar perbincangan ini bisa dimulai.

Zanneta mengangguk berdiri dan melangkahkan kakinya kearah dapur yang berada dibelakang ruang tamu.

ABZAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang