4

21 19 3
                                    

Bantu vote dan komen yah kalo bisa share

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bantu vote dan komen yah kalo bisa share.







Hari ini ada acara disekolah, semua anak kelas sedang berdiskusi puisi apa yang akan mereka persembahkan. Saat jam pulang mereka sepakat buat bahas lagi perlombaan nya, saat Zanneta sedang fokus menghadap luar jendela yang sedang hujan. Fokus nya teralihkan saat melihat seseorang bercanda dengan teman-temannya, wajah yang berseri dan senyuman yang manis menarik perhatiannya.

Sejak pertama kali Zanneta menjadi murid disini ia sudah jatuh hati dengan kakak kelas yang punya senyuman manis itu. Yah dia Mufid, dia punya jerawat dan berkulit putih, hidung mancung, punya senyum manis dan hangat. Tapi sayang ia terlalu pengecut untuk mendekati nya yang bisa ia lakukan hanyalah memandang dia dari jauh, seperti ini sekarang.

Dia mungkin tidak setampan orang yang sering di bicarakan teman nya, kak Abyaz namanya, tapi mereka tidak pernah melihat sisi lain kak Mufid. Ia adalah anak pesantren yang bersekolah di SMP Semesta tapi ia tidak tahu apakah ini cinta atau hanya rasa kagum saja.

"Eh udah sore yaudah di lanjut besok, kita pulang". Ucap sang ketua kelas.

"YEY PULANG PULANG, DARI TADI KEK! Darex kita mau pulang basah kuyup gitu?" Ucap Asel.

Dan di angguki Darex.

"Yey hujan hujan–nan" antusias Asel sembari menggandeng Darex dan kawan kawan nya.

"Ck kek anak kecil" decak Syifa melihat kelakuan Asel.

"Udah kali lu sewot bener sama Asel dari tadi nanti suka mampus". Ucap Candara yang sudah di samping Zanneta didepan pintu kelas.

"Dih ogah amit amit". Gerutu Syifa dengan tatapan malas dan pergi begitu saja.

"Dih biasa aja kali tuh muka nya!! Pengen gue tonjok". Kesal Candara saat Syifa lewat menyenggol bahu nya.

"Udah kali biarin aja, Zan lu pulang sama siapa? Nunggu angkot lagi? Ini hujan loh". Tanya Aditi

"Iyah naik angkot kok, kalian duluan aja".

"Gapapa nih? Atau mau nebeng kita?". Tawar Aditi lagi.

"Enggak, udah sana" tolaknya lagi sambil mendorong kedua temannya untuk pergi.

Saat akan keluar dari kelas dan bersiap menerjang hujan, ia hampir saja bertabrakan dengan kakak kelas yang ia sukai dan mata itu akhirnya bisa saling menatap satu sama lain. Waktu seakan berhenti beberapa detik dan setelahnya kak Mufid langsung mengalihkan pandangannya berlalu begitu saja.

ABZAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang